Aristippos
Aristippos adalah salah seorang filsuf dari Mazhab Hedonis.[1] Ia adalah pendiri mazhab tersebut.[2] Karena ia berasal dari kota Kirene, maka Mazhab Hedonis dikenal juga dengan sebutan Mazhab Kirene.[2][3] Aristippos adalah teman sekaligus salah seorang murid Sokrates.[1][2][4] Ia mengembangkan pandangan Sokrates bahwa keutamaan hidup manusia adalah mencari "yang baik".[1][2] Usaha tersebut serupa dengan Mazhab Sinis namun mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang "yang baik" itu.[1] Riwayat HidupAristippos berasal dari Kirene, Afrika Utara.[5][6] Ia lahir sekitar tahun 435 SM dan meninggal sekitar tahun 335 SM.[5][6] Ketika ia masih berada di Kirene, ia mendapat pengaruh dari pemikiran Mazhab Phytagoras.[5][6] Sejak tahun 416 SM, ia berada di Athena dan berguru pada Sokrates di sana.[5][6] Setelah Sokrates wafat, ia menjadi seorang guru filsafat yang dibayar, dan berkeliling ke beberapa tempat.[6] Pada awalnya ia mengajar di Athena, tetapi kemudian berpindah ke tempat-tempat lainnya.[5][6] Ia diketahui pernah mengunjungi Sirakusa dan Aegina, sebelum akhirnya kembali ke Kirene dan membuka sekolah di situ.[5][6] Ia memiliki seorang anak perempuan bernama Arete dan seorang cucu laki-laki yang bernama sama dengannya, Aristippos.[4][5][6] Anak perempuan dan cucunya meneruskan sekolah Mazhab Hedonis tersebut.[5][6] Pemikiran Tentang KesenanganAristippos menafsirkan konsep "yang baik" dari Sokrates sebagai kesenangan (dalam bahasa Yunani hedone).[1][2] Maksudnya kesenangan di sini adalah bukan saja kesenangan ragawi tetapi juga kesenangan rohani.[1] Karena pengajarannya itulah, aliran pemikiran dari Aristippos ini disebut Mazhab Hedonis.[2] Akan tetapi, orang yang bijaksana tidak akan mengejar kesenangan tanpa batas, sebab kesenangan yang tak terbatas pada akhirnya akan mengakibatkan kesusahan.[2][3] Yang harus dikejar adalah kesenangan maksimal yang diserta kesusahan secara minimal.[2][3] Untuk itu, rasio manusia bertugas untuk menentukan apa yang harus dilakukan manusia untuk mendapatkan kesenangan secara maksimal dan merasakan kesusahan secara minimal.[1][4] Karena itu, dalam perspektif Aristippos, pengendalian diri dan asketisme amat diperlukan dalam mencapai hidup yang ideal.[2] PengaruhAristippos memberikan pengaruh terhadap filsuf-filsuf lain yang melanjutkan Mazhab Hedonis.[5][6] Beberapa orang filsuf yang terkenal dari masa selanjutnya adalah Theodorus, Hegesias, dan Euhemerus.[5][6] Referensi
Lihat JugaPranala luar
|