Antiochus I Theos dari Commagene
Antiochus I Theos Dikaios Epiphanes Philorhomaios Philhellen (bahasa Armenia: Անտիոքոս Երվանդունի, bahasa Yunani Kuno: Ἀντίοχος ὁ Θεὸς Δίκαιος Ἐπιφανὴς Φιλορωμαῖος Φιλέλλην, yang berarti Antiochos, dewa yang terkenal, sahabat Romawi dan sahabat Yunani, skt. 86 SM – 38 SM, bertakhta 70 SM – 38 SM) merupakan seorang raja dari Kekaisaran Commagene dan raja yang paling terkenal dari kerajaan tersebut. Reruntuhan situs makam Antiochus di atas Gunung Nemrut di Turki yang terdaftar oleh UNESCO pada tahun 1987. Beberapa bas pasir relief yang ditemukan di situs berisi gambar tertua dari dua tokoh berjabat tangan.[1] Keluarga, Silsilah dan kehidupan awalAntiochus I merupakan putra dan diduga adalah putra tunggal Raja Mithridates I Callinicus dan Ratu Laodice VII Thea, Commagene. Antiochus setengah Armenia, kerabat jauh Wangsa Orontid[2] dan setengah Yunani. Ayahanda Antiochus, Mithridates adalah putra Raja Commagene Sames II Theosebes Dikaios dan ibundanya tidak diketahui. Mithridates berhubungan dengan raj-raja Parthia dan menurut penelitian arkeologi di Gunung Nemrut, juga merupakan keturunan dari keluarga Raja Darius I dari Persia. Ibunda Antiochus, Laodice VII Thea merupakan putri Yunani Kekaisaran Seleukia. Ayahanda Laodice merupakan Raja Seleukia Antiochus VIII Grypus dan ibundanya adalah putri Ptolemaic dan kemudian Ratu Seleukia Tryphaena (lihat Kleopatra VI). Dengan demikian, Antiochus adalah keturunan langsung Seleucus I Nicator dari Kekaisaran Seleukia, Ptolemy I Soter dari Mesir, Antigonus I Monophthalmus dari Makedonia dan Asia, Lysimachus dari Trakia dan pemangku raja Makedonia, Antipater. Kelima pria itu telah menjabat sebagai jenderal-jenderal di bawah Raja Yunani Makedonia, Aleksander Agung. Pernikahan orang tua Antiochus adalah bagian dari perjanjian perdamaian di antara kerajaan-kerajaan mereka, dan ayahandanya memeluk kebudayaan Yunani. Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupan awalnya. Ketika ayahandanya meninggal pada tahun 70 SM, Antiochus menggantikannya sebagai raja. Antiochus menikahi Putri Isias Philostorgos dari Cappadocia, putri Raja Ariobarzanes I dari Cappadocia dan istrinya Athenais Philostorgos I. Mereka memiliki lima orang anak:
Hubungan dengan bangsa RomawiSementara Republic Romawi menganeksasi wilayah-wilayah di Anatolia melalui diplomasi yang cakap, Antiochus dapat menyimpan kebebasan Commagene dari bangsa Romawi. Antiochus pertama kali disinggung di dalam sumber-sumber kuno pada tahun 69 SM, ketika Lucullus berkampanye melawan Tigranes yang Agung, Raja Armenia. Antiochus berdamai dengan Jenderal Pompeius pada tahun 64 SM, ketika Pompeius berhasil menguasai Suriah. Antiochus dan Pompeius kemudian bersekutu. Antiochus pada tahun 59 SM diberikan toga praetexta dan diberikan pengakuan resmi dari Senat Romawi sebagai sekutu Roma. Antiochus menerima tongkat gading dan jubah kemenangan dan disambut sebagai "raja, sekutu dan sahabat". Pengakuan ini adalah cara tradisional untuk mengakui dan menghargai sekutu-sekutu Roma. Dari pemerintahannya seterusnya, raja Commagene terbukti sebagai sekutu Roma yang paling setia. Ketika Marcus Tullius Cicero merupakan gubernur Romawi Kilikia pada tahun 51 SM, Antiochus memberikan Cicero kecerdasan gerakan bangsa Parthia. Selama perang saudara di antara Julius Caesar dan Pompeius, Antiochus menyediakan pasukan untuk membantu Pompeius. Pada tahun 38 SM, seorang Legatus Triumvir Markus Antonius, Publius Ventidius Bassus, setelah berkampanye melawan Parthia yang ingin menyerang Antiochus dan kerajaannya. Antony dan Bassus tertarik dengan kekayaan Commagene. Namun karena mereka bersiap-siap untuk menyerang Commagene dan ibu kotanya Samosata, Antiochus merundingkan penyelesaian damai dengan mereka. Gunung NemrutAntiochus terkenal sebagai pendiri rumah suci Nemrud Dagi atau Gunung Nemrut. Ketika Antiochus bertakhta sebagai raja, ia membangun sebuah kultus kerajaan untuk dirinya sendiri dan mempersiapkan altarnya untuk disembah setelah kematiannya. Antiochus terinspirasi membuat kultus sendiri dengan gaya Yunani agama Zoroastrianisme. Antiochus meninggalkan banyak prasasti Yunani yang mengungkapkan banyak aspek agama dan menjelaskan tujuan tindakannya. Di dalam satu prasasti, Antiochus mengarahkan bahwa makamnya harus dibangun ditempat yang tinggi dan suci, jauh dari orang-orang dan dekat dengan para dewa, yang di antaranya akan diberikan nomor. Antiochus ingin agar jasadnya bertahan untuk selamanya. Dewa-dewa yang disembahnya adalah Sinkretisme Yunani, Armenia, dan Iran, seperti Hercules-Vahagn, Zeus-Aramazd atau Oromasdes (yang berhubungan dengan dewa Iran Ahura Mazda), Tyche, dan Apollo-Mithras. Stupa monumental di situs menunjukkan kedua pengaruh ikonografi Persia dan Yunani: Pengaruh Persia dapat dilihatpada pakaian, tutup kepala, dan ukuran kolosal di gambar, sedangkan penggambaran fitur fisik mereka berasal dari gaya artistik Yunani. Antiochus mempraktikkan Astrologi dari jenis yang sangat esoteris dan membentuk dasar reformasi kalender dengan menghubungkan tahun Commagenia yang sampai saat itu telah dibentuk pada pergerakan bulan ke siklus Sothic (Bintang Sirius) yang digunakan oleh bangsa Mesir sebagai dasar kalender mereka. Ini menunjukkan bahwa Antiochus memiliki pengetahuan tentang hal itu, jika tidak sepenuhnya diinisiasikan ke Hermetisisme. Kompleks makam Antiochus dibangun dengan cara yang perayaan agama diduga dilaksanakan disana. Setiap bulan ada dua hari raya untuk Antiochus: ulang tahunnya, yang dirayakan pada tanggal 16 setiap bulan, dan hari pemahkotaannya, yang dirayakan pada tanggal 10 setiap bulan. Ia mengalokasikan dana untuk acara ini dari sifat hukum yang terikat ke situs. Ia juga menunjuk keluarga imam dan kepala untuk melaksanakan ritual-ritual, dan keturunan mereka harus melanjutkan adat itu seterusnya. Para imam mengenakan jubah tradisional Persia dan menghiasi gambar dewa-dewa dan leluhur Antiochus dengan mahkota-mahkota emas. Para imam mempersembahkan dupa- rempah-rempah dan lainnya di depan masing-masing gambar. Seluruh warga dan militer diundang ke perjamuan itu untuk menghormati almarhum. Selama upacara sikap kebencian dilarang dan Antiochus menetapkan bahwa orang harus menikmati hidupnya sendiri, makan dan minum anggur, dan mendengarkan musik sakral yang dimainkan oleh musisi kuil. Makam Antiochus dilupakan selama berabad-abad, sampai pada tahun 1883 ketika beberapa arkeolog dari Jerman menggalinya. Menurut prasasti yang ditemukan, Antiochus tampaknya adalah seorang tokoh yang saleh dan memiliki gen istana kerajaan yang telah ditemukan dikota lain dari kerajaan, Arsameia. Tempat ini dikenal sebagai Eski Kale atau 'Kastil Tua'. Di Arsameia, Antiochus meninggalkan banyak prasasti di dalam bahasa Yunani program pekerjaan umumnya dan bagaimana ia memenangkan kotanya. Silsilah
Lihat pulaCatatan Kaki
Referensi
Bacaan Selanjutnya
|