Annemarie Schimmel
Annemarie Schimmel adalah seorang Orientalis asal Jerman yang banyak menulis tentang Islam dan Sufisme. Dunia Internasional mengenalnya sebagai seorang profesor yang mengajar di Universitas Harvard.[1][2] Pada tahun 1995, Schimmel mendapatkan penghargaan Hadiah Perdamaian oleh Perdagangan Buku Jerman (bahasa Inggris: Peace Prize of The German Book Trade),[1][2] karena kontribusinya dalam membuat sintesis Islam dan modern,[1] serta berhasil menulis 105 judul buku bertema Islam.[2] Dia fasih berbicara dalam bahasa Farsi, Turki dan Urdu.[2] Schimmel lahir dari keluarga kelas menengah Protestan, di Erfurt, Jerman.[3] Ayahnya adalah seorang pegawai pos, dan ibunya berasal dari keturunan keluarga pelayaran dan perdagangan Internasional.[4] Masa kecilnya penuh dengan puisi dan literatur, walaupun keluarganya bukan kalangan akademisi. Setelah menyelesaikan sekolah menengah di usia 15 tahun, Schimmel bekerja sebagai relawan di Lembaga Pekerjaan Jerman (Reichsarbeitsdienst; RAD) selama enam bulan.[5] Dia mulai melanjutkan studinya di Universitas Berlin pada usia 17 tahun, ketika Jerman berada di bawah rezim Nazi.[5] Dia banyak dipengaruhi oleh Hans Heinrich Schaeder, seorang pengajar yang menyarankannya untuk mengkaji Diwani Shamsi Tabriz; salah satu karya Jalaluddin Rumi.[5] Schimmel menjadi satu-satunya mahasiswi termuda yang menyelesaikan studi doktoral di usia 19 tahun.[5] Pada tahun 1946 di usia 23 tahun, dia menjadi profesor Kajian Arab dan Islam di Universitas Marburg.[5] Schimmel menikah pada tahun 1950-an, lalu pada tahun 1954 dia menerima gelar doktor keduanya, tentang Sejarah Agama-agama (Religionswissenschaft) di kota Marburg.[5] Schimmel diangkat menjadi profesor Sejarah Agama di Universitas Ankara. Dia mengajar dan mempelajari budaya dan tradisi mistisisme masyarakat Turki selama lima tahun.[1] Dia adalah wanita non-muslim pertama yang mengajar teologi di Universitas.[1] Pada tahun 1967, Schimmel meresmikan program kajian Indo-Muslim di Universitas Harvard; dan menetap di fakultas tersebut selama 25 tahun.[1] Dia dikenal memiliki keahlian ingatan fotografi (bahasa Inggris: photographic memory);[1] dan bekerja sebagai konsultan di Museum Seni Metropolitan dalam mengidentifikasi potongan manuskrip-manuskrip dan benda-benda kuno.[1] Sebagai akademisi, dia banyak memperbaiki pemahaman masyarakat Barat akan Islam.[4] Selain itu, dengan analisis mendalamnya, dia sering kali menyampaikan sisi-sisi artistik dan ideologis dari budaya Islam kepada pembaca Eropa dan Amerika.[4] Dia juga menaruh perhatian yang tinggi pada masalah-masalah kesetaraan gender.[4][6] Schimmel meninggal di Bonn pada tahun 2003. Sebelum meninggal, dia minta dibacakan Surah Al-Fatihah ketika dia dimakamkan.[4] Teman-temannya mengukir motto hidupnya di atas batu nisannya dalam bahasa Arab dan Jerman yang artinya, "Sesungguhnya manusia itu tertidur, dan ketika mereka mati, maka mereka terbangun."[4] Referensi
|