Angsa Berleher Panjang dan Angsa Berleher PendekLegenda klasik menyatakan bahwa angsa menyanyi saat mati dimasukkan dalam salah satu Fabel Aesop, bernomor 399 dalam Perry Index.[1] Fabel tersebut juga mengenalkan peribahasa antitesis antara angsa berleher panjang dan angsa berleher pendek yang menimbulkan pernyataan seperti ‘Setiap manusia berpikir angsa leher pendek miliknya sendiri adalah angsa leher panjang’, dalam merujuk kepada ketepihakan buta dan 'Semua angsa leher panjangku berubah menjadi angsa leher pendek', merujuk kepada pemutarbalikkan keberuntungan.[2] Fabel dan ragamnyaFabel yang dicatat oleh Aftonius dari Antiokhia mengisahkan seekor angsa leher panjang yang dikira pemiliknya sebagai seekor angsa leher pendek berwarna gelap dan nyaris membunuhnya sampai nyanyian angsa tersebut menyadarkannya bahwa ia salah kaprah. Pada permulaan cerita, cerita tersebut mendorong kaum muda untuk belajar, dan cerita tersebut diakhiri dengan pernyataan "bahwa musik sangat kuat sehingga bahkan dampak menghindarkan kematian".[3] Referensi
|