Anggrek bulan
Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) atau Puspa Pesona adalah salah satu bunga nasional Indonesia. Pertama kali ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, Dr. C.L. Blume. Tanaman anggrek ini tersebar luas mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Cara hidupnya secara epifit dengan menempel pada batang atau cabang pohon di hutan-hutan, bahkan bisa juga dijumpai di pohon-pohon pekarangan rumah. Anggrek ini tumbuh subur hingga 600 meter di atas permukaan laut. Karakteristik tanamanAnggrek Bulan termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Akar-akarnya berwarna putih dan berbentuk bulat memanjang serta terasa berdaging. Bunganya sedikit beraroma harum. Umumnya bunganya bewarna putih, berukuran sedang. Anggrek Bulan memiliki waktu mekar yang cukup lama, serta dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih. Anggrek bulan menjadi bibit utama silangan anggrek di dunia.[1] PembibitanAnggrek Bulan memiliki peluang besar untuk dibudidayakan, karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Banyak orang menyukai Anggrek Bulan karena bentuk bunganya yang sederhana, namun anggun dan kharismatik. Menurut Jasmine Adiba Zakiah Zahra dkk, salah satu masalah budidaya Anggrek Bulan adalah ketersedian benih yang seragam dan berkualitas masih terbatas. "Padahal kebutuhan pasar adalah permintaan terhadap bibit Anggrek Bulan yang berkualitas dan dalam jumlah besar," ujarnya.[2] Masalah bibit yang kurang tersedia, antara lain disebabkan sampai saat ini pembibitan Anggrek Bulan masih dengan metode perbanyakan konvensional. Oleh karena itu, diperlukan metode perbanyakan yang tepat, efisien dan cepat seperti kultur jaringan yang dapat menghasilkan bibit yang seragam dalam jumlah banyak. Galeri
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis).
Referensi
|