Anak Naga Beranak Naga

Anak Naga Beranak Naga(Dragons Beget Dragons) merupakan film dokumenter berdurasi 60 menit yang mengangkat kisah Pang Tjin Nio/Encim Masnah, sekaligus mengulas perjalanan gambang kromong asli, musik khas Tionghoa-Betawi. Film ini dirilis pada tahun 2006, disutradarai dan diproduseri Ariani Darmawan.[1]

Sinopsis

Gambang Kromong menjadi populer berkat Lilis Suryani pada tahun 60-an dan duet Ida Royani-Benyamin Sueb pada tahun 70-an. Musik ini merupakan hasil perpaduan kesenian beberapa etnis di Indonesia yakni Tionghoa, Jawa, Sunda dan Deli. Musik ini memiliki sejarah lebih dari 200 tahun lalu. Gambang kromong dengan tata laras Salendro khas Tionghoa awalnya diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa Peranakan.[1] Gambang kromong identik dengan budaya Tionghoa Peranakan di mana kesenian ini sering dipentaskan dalam kelenteng, untuk memperingati ulang tahun berdirinya tempat ibadah tersebut, pada acara pernikahan, upacara pemakaman atau dipentaskan dalam perayaan hari-hari besar etnis Tionghoa.[2]

Meski sudah berusia 80 tahun, Encim Masnah masih sanggup tampil di panggung untuk bernyanyi dan menari. Bersama Setia Nada, kelompok gambang kromongnya, Encim Masnah mengisi acara di berbagai undangan. Selama puluhan tahun bergambang kromong, semangatnya tidak pernah kendur. Encim Masnah hidup dari kesenian Gambang Kromong.[3]

Selain Encim Masnah, tokoh utama dalam film ini, diangkat pula kehidupan orang-orang Tionghoa Peranakan sebagai seniman utama musik Gambang Kromong saat itu, yaitu, Gojin, Aang, Ong Kian, Goyong, dan Ukar Sukardi. Kebanyakan dari mereka telah menetap di Benteng (Tangerang kini) sejak abad ke-15. Meski masih memegang tradisi Konfusianisme dan budaya Tionghoa Peranakan yang kuat. Mereka hidup bersama dengan harmonis bersama penduduk setempat. Mereka menghapus stereotipe kaku bahwa orang Tionghoa-Indonesia adalah komunitas yang cenderung eksklusif dan kaya.[1]

Latar Belakang

Pada akhir tahun 2001 Ariani Darmawan secara tak sengaja menemukan CD rekaman MSPI / Smithsonian Folkways berjudul Music from the Outskirts of Jakarta. Sebagai penggemar lagu-lagu gambang kromong yang dibawakan Benyamin Sueb,[3] menurutnya musik tersebut terdengar asing. Ariani, yang merupakan seorang Tionghoa Peranakan, tertarik mempelajari sejarah dan latar belakang Gambang Kromong itu. Ariani menemukan bahwa Musik Gambang Kromong lahir dari perpaduan antara instrumen musik Jawa, Sunda, Melayu yang diserap bersama-sama dengan laras Tionghoa.[1]

Ia berniat membagikan informasi yang telah ia pelajari kepada publik lewat film dokumenter Anak Naga Beranak Naga. Ia juga menyampaikan bahwa terdapat komunitas etnis Tionghoa yang hidup di pinggiran kota Jakarta selama ratusan tahun yang hidup sederhana. Mereka hidup berbaur dan berdampingan dengan penduduk setempat. Mereka sangat terbuka terhadap budaya asing dan menyerapnya tanpa harus mengurangi ciri khas budayanya sendiri. Orang-orang ini, secara sadar maupun tidak, juga telah membantu mempertahankan budaya lokal yang terpinggirkan.

Karier "Pang Tjin Nio"

Pang Tjin Nio adalah nama lain dari Encim Masnah. Dia ini satu-satunya sinden lagu-lagu klasik gambang keromong yang tersisa. Lahir di Banten Lama, dekat kelenteng Dewi Kwan Im. Selain Film Naga Beranak Naga, Encim Masnah juga pernah diangkat dalam film Dua Perempuan yang juga merupakan film dokumenter. Encim Masnah pernah menjadi bintang tamu Kick Andy Show di Metro TV.[4]

Referensi

  1. ^ a b c d "Film Dokumenter Anak Naga Beranak Naga (Dragons Beget Dragons)". kineruku. Diakses tanggal 10 April 2019. 
  2. ^ Rokhani, Umilia; Salam, Aprianus; Rochani-Adi, Ida (2015). "Konstruksi Identitas Tionghoa melalui Difusi Budaya Gambang Kromong: Studi Kasus Film Dikumenter Anak Naga Beranak Naga". Resital. 16 (3): 141–152. doi:10.24821/resital.v16i3.1679. 
  3. ^ a b Budiman, Irfan (8 October 2018). "Kisah Naga dan Gambang Kromong". lembagakebudayaanbetawi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-11. Diakses tanggal 10 April 2019. 
  4. ^ Santosa, Iwan; Julianto, Irwan (06 Februari 2012). "Sinden Gambang Keromong Klasik Terakhir Halaman 2 - Kompas.com". Kompas.com. Diakses tanggal 10 April 2019. 
Kembali kehalaman sebelumnya