Alwi bin Thahir al-Haddad
PendidikanAlwi bin Thahir Al-Haddad memiliki kecerdasan dan keteguhan dalam menuntut ilmu. Ia selalu mengikuti kajian ulama-ulama besar sehingga mampu mengumpulkan berbagai ilmu rasional dan ilmu agama serta mampu memahaminya. Alwi bin Thahir Al-Haddad mampu menemukan solusi dan mengambil keputusan terhadap perkara yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an dengan sangat cermat. Alwi bin Thahir Al-Haddad menekuni pelajaran Hadis. Ia berulang kali mempelajari 6 Kitab Induk Hadis, Kitab Taman Orang-orang Saleh, Kitab Pencapaian Keinginan, dan Kitab Kumpulan Peringatan, serta kitab-kitab periwayatan hadis. Alwi bin Thahir Al-Haddad sukses memperoleh ilmu dan ijazah dari para gurunya. Ia juga menguasai kitab berjudul Menghidupkan Ilmu Agama.[1] PekerjaanAlwi bin Thahir Al-Haddad bekerja sebagai guru besar para ulama. Beliau mengajar di Jami'at Kheir yang berlokasi di Jakarta. Beliau juga mengajar di Bogor dan kota-kota lain yang ada di Pulau Jawa. Ia juga menjadi pendakwah di negara Malaysia, Arab Saudi, dan negara-negara Afrika Timur yaitu Somalia dan Kenya.[1] Ia pernah menjabat sebagai Mufti Johor Bahru[2] Beliau menjabat sebagai mufti Kerajaan Johor selama 27 tahun. Ia memulai jabatannya pada tahun 1934 dan mengakhirinya pada tahun 1961.[1] KaryaSalah satu karya Alwi bin Thahir Al-Haddad yang sangat terkenal di Asia Tenggara adalah buku berjudul Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh[3] Ia juga pernah mengarang kitab yang membahas mengenai garis keturunan Nabi Muhammad. Kitab tersebut ialah Perkataan yang Merinci dan Keseluruhan Sejarah Hadramaut.[4] Pada tahun 1957, ia pernah menulis tentang tahapan awal kedatangan para habib ke Indonesia.[5] Beliau juga membuat berbagai karangan dan kajian-kajian di berbagai surat kabar. Topik yang dibahas selalu berkaitan dengan kemasyarakatan, politik Islam, akidah Islam, sejarah Islam dan fatwa Islam.[1] GuruAlwi bin Thahir Al-Haddad merupakan sosok ulama besar yang terkenal dengan kemampuan menganalisa yang sangat mendalam.[6] DI Hadhramaut ia berguru kepada: 1) Ahmad bin al-Hasan al-Attas al-Alawi, 2) Thahir bin Umar al-Haddad, dan 3) Muhammad bin Thahir al-Haddad. Alwi bin Thahir al-Haddad juga memperoleh ilmu dari kedua pamannya yang bernama Abdullah bin Thaha al-Haddad dan Thahir bin Abi Bakri al-Haddad. Al-Mu’ammar Sirajuddin Umar dan Abdur Rahman bin Sulaiman al-Ahdal juga pernah menjadi gurunya dalam hal periwayatan hadis.[1] MuridAlwi bin Thahir Al-Haddad memiliki murid yang sangat banyak. Sebagian dari mereka telah menjadi tokoh penting dan ulama besar di masyarakat. Murid-murid Alwi bin Thahir Al-Haddad di antaranya: 1) Alwi bin Syaikh Bilfaqih al-Alawi, 2) Alwi bin Abbas al-Maliki, 3) Salim Aali Jindan, 4) Abu Bakar al-Habsyi, 5) Muhammad bin Ahmad al-Haddad, 6) Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih, 7) Husein bin Abdullah bin Husein al-Attas, 8) Hasan Muhammad al-Masyath al-Makki, dan 10) Abdullah bin Nuh.[1] Referensi
|