Alfredo Stroessner
Alfredo Stroessner Matiauda, namanya sering diucapkan Strössner atau Strößner, (3 November 1912, Encarnación - 16 Agustus 2006, Brasíl) menjabat Presiden Paraguay pada periode 1954-1989. Ia juga dikenal sebagai diktator. Masa mudaAyah Stroessner, Hugo, adalah seorang akuntan, imigran dari Jerman, yang bekerja di sebuah pabrik bir. Ibunya, Heriberta Matiauda, adalah seorang berkebangsaan Paraguay keturunan Guarani. Nama Alfredo dieja Stroessner, Strössner atau Strößner. Pada usia 17 tahun Stroessner masuk militer Paraguay dan menjadi letnan dua tahun kemudian. Ia ikut bertempur dalam Perang Chaco melawan Bolivia pada 1932, dan memberikan sumbangannya yang terbesar kepada tentara Bolivia berupa mortirnya. Ia lupa dan mortirnya tertinggal ketika ia melarikan diri dari suatu serangan Bolivia yang lemah. Tahun-tahun berikutnya ia perlahan-lahan naik pangkat. Pada 1948 ia mencapai pangkat brigadir jenderal dan menjadi jenderal termuda di Amerika Selatan. Stroessner menjadi panglima angkatan darat. Pada 1954 ia diangkat menjadi Penglima semua divisi dan belakangan memaksa Presiden Federico Chavez meninggalkan jabatannya melalui sebuah kudeta militer. Stroessner menjadi presiden dan kemudian terpilih kembali hingga 8 kali (pada 1958, 1963, 1968, 1973, 1978, 1983, 1988). Seringkali ia merupakan satu-satunya calon, atau hasil pemilihan umumnya sangat dipertikaikan karena dianggap curang. Ia tetap berkuasa selama 35 tahun, dan menjadi orang nomor dua setelah Fidel Castro yang terlama berkuasa sebagai diktator Amerika Latin pada abad ke-20. PolitikStroessner adalah pemimpin yang bekerja keras dan dilaporkan sering kali mulai bekerja pada pk. 4 pagi dengan memberikan perintah dari tempat tidurnya. Ia berangkat ke istana pemerintah pagi-pagi, tak pernah lewat dari pk. 6. Meskipun ia beristirahat selama tiga jam di tengah hari, Stroessner konon bekerja terus hingga pk. 1 malam dan tidak pernah mengambil cuti selama pemerintahannya. Stroessner sangat membenci komunisme. Karena itu rezimnya sangat bersahabat dengan kepentingan-kepentingan Amerika Serikat. Selama pemerintahan Stroessner, tak satupun negara komunis yang mempunyai kedutaan di Paraguay, kecuali Yugoslavia. Ia juga dihormati karena disiplin keuangan dalam kebijakannya dalam membayar kembali pinjaman-pinjaman yang diberikan kepada pemerintah Paraguay oleh Bank Dunia dan lembaga-lembaga lainnya dan dengan demikian berhaisl mempertahankan kestabilan mata uang negaranya. Persahabatan dengan AS berlanjut lama hingga Pemerintahan Carter dan kemudian Pemerintahan Reagan mulai memboikot rezim dan negaranya. Sebagai negarawan, Stroessner banyak melakukan kunjungan kenegaraan, termasuk kepada Kaisar Hirohito dari Jepang, Presiden Johnson dari Amerika Serikat, Presiden Charles de Gaulle dari Prancis dan sejumlah kunjungan ke Jerman Barat, meskipun di kemudian hari hubungannya dengan Jerman Barat memburuk. Karena ia dikenal sebagai selalu pro-Jerman, hubungan yang memburuk ini, ditambah dengan perasaan bahwa AS telah meninggalkannya, dianggapnya sebagai pukulan pribadi oleh Stroessner. Meskipun Stroessner seorang otokrat yang sangat ketat, ia menjadi lebih toleran terhadap oposisi politik di kemudian hari. Namun diperkirakan oleh sejumlah orang bahwa rezimnya, yang ikut serta dalam Operasi Burung Kondor bersama Augusto Pinochet dan Jorge Rafael Videla, meneybabkan matinya sekitar 400 hingga 3.000 orang karena taktik yang keras dan kejam selama pemerintahannya selama 35 tahun. Rezimnya juga dituduh melakukan penyiksaan, penculikan dan korupsi yang meluas. Semua ini dibuktikan lewat "arsip-arsip teror" yang ditemukan pada 1992 di Lambaré, daerah tepi kota Asunción. Ia tidak pernah membantah tuduhan-tuduhan korupsi di sejumlah tingkatan pemerintahannya. Stroessner juga mempunyai hubungan yang sangat buruk dengan Gereja Katolik Roma dan dipersalahkan atas sejumlah tindakan melawan gereja. Sebagian berpendapat bahwa Gereja Katolik adalah satu-satunya alasan mengapa Stroessner tidak dapat berkuasa mutlak di seluruh negerinya. Stroessner tampaknya memperlihatkan simpati kepada para bekas Nazi, karena ia dituduh memberikan asilum kepada sejumlah bekas Nazi di Paraguay, termasuk Dr. Josef Mengele yang tersohor, setelah Perang Dunia II. Affair Mengele menghasilkan tekanan yang sangat buruk bagi Stroessner dan ia dikritik habis-habisan oleh media dunia atas keterlibatannya ini. Rezimnya juga kehilangan dukungan luar negeri karena berbagai tindakan genosida yang dilakukan Aché oleh Misi Suku-suku Baru. Sebagian dari mereka juga disiksa di pusat penyiksaan Tecnica yang terkenal. Namun Stroessner juga dikenal karena sejumlah kebijakan ekonominya yang positif, termasuk pembangunan PLTA Itaipu yang terbesar di dunia. Dengan PLTA ini ia mengekspor tenaga listrik ke negara-negara lain, dan mengembangkan ekonomi Paraguay. Ia juga dikenal karena berbagai proyek infrastrukturnya yang memperbaiki sistem jalan raya negara itu. Program lain yang didukung Stroessner adalah memberikan 20 hektare tanah yang dapat diolah dengan harga nominal bagi setiap tentara yang menyelesaikan dinas militer, dengan syarat bahwa tentara itu akan menggunakan tanahnya untuk tujuan-tujuan pertanian. Lebih dari 10.000 tentara menerima tawaran ini. KejatuhanPada 1989, setelah 35 tahun berkuasa, Stroessner digulingkan melalui sebuah kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Andrés Rodriguez. Ia melarikan diri ke Brasil, dan tinggal di pengasingan. Kota Puerto Flor de Lis di sebelah timur diubah namanya menjadi Puerto Presidente Stroessner untuk menghormatinya, tetapi pada 1989 diubah kembali namanya menjadi Ciudad del Este ("Kota Timur"). Bangsa Paraguay tetap terpecah karena Stroessner dan warisannya yang kontroversial. Banyak yang membencinya, menganggapnya sebagai orang yang sangat korup dan diktator yang otoriter. Namun mereka yang membela warisannya menyebutkan kestabilan politik dan kemajuan ekonomi yang terjadi di bawah pemerintahannya. Namun secara umum, warisannya adalah sekelompok politikus korup yang masih berkuasa, dan pesimisme umum dan perasaan bahwa segala sesuatu di Paraguay buruk. Stroessner meninggal karena radang paru-paru stroke pada 16 Agustus 2006, di Brasília, Brasil pada usia 93 tahun. Sebelumnya, pada bulan Juli, ia menjalani operasi hernia. Ketika mendengar laporan tentang kesehatan Stroessner yang kian memburuk, Presiden Paraguay, Nicanor Duarte, mengatakan bahwa pemerintah negaranya tidak berencana untuk memberikan penghormatan kepada bekas diktator tersebut. Pranala luar
Rujukan
Referensi |