Ahmed Izzet Pasha
Ahmed Izzet Pasha (1864 – 31 Maret 1937), dikenal sebagai Ahmet İzzet Furgaç setelah pemberlakuan UU Nama Belakang Turki pada 1934, adalah seorang Jenderal dari Kekaisaran Utsmaniyah selama Perang Dunia I. Izzet juga merupakan salah satu dari Wazir Agung yang menjabat diakhir masa Kesultanan Utsmaniyah. KarirAhmad Izzet dilahirkan di Naslic, Manastir Vilayet dalam sebuah keluarga keturunan Albania[2][3]. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri di daerah tersebut. Dari tahun 1887 hingga 1890 Izzet menerima pendidikan strategi dan geografi militer di Kolese Militer Utsmani[4]. Setelahnya pada tahun 1894 ia bertolak menuju Jerman untuk belajar dibawah bimbingan Colmar Freiherr von der Goltz[3]. Sebagai hasil dari partisipasinya dalam Perang Turki-Yunani ia dinaikkan jabatannya menjadi Miralay (setingkat Kolonel). Pada tahun 1908 setelah Revolusi Turki Muda, Izzet menjadi Kepala Staf Angkatan Bersenjata Utsmani. Selama periode itu (dibawah pemerintahan Turki Muda) ia selalu menentang tindakan militer Turki melawan para nasionalis Albania selama Revolusi Albania. Penentangannya yang kuat terhadap kebijakan Mahmud Shevket Paşa menyebabkan pemecatannya dan ia dimutasi ke Yaman pada bulan Februari 1911[3] Ditahun 1916, ia diangkat menjadi Panglima Tentara Kedua yang bertempur di Kaukasus bersama dengan Tentara Ketiga[2]. Pada tahun 1917 Izzet diangkat menjadi Panglima Grup Tentara Anatolia dengan pangkat Marsekal[5]. Wazir AgungSetelah perang, dengan dukungan dari Mustafa Kemal Pasha[6], Izzet diminta untuk memimpin pemerintahan yang ditandai dengan penandatanganan Gencatan Senjata Mudros mewakili pihak Kekaisaran Utsmani sekaligus mengakhiri Perang Dunia I bagi pihak Kekaisaran Utsmaniyah[2]. Izzet juga menjadi Menteri Luar Negeri selama kepemimpinannya sebagai Wazir Agung. Pemerintahannya terdiri dari fraksi CUP yang sangat anti perang. Tidak ada kelompok minoritas yang terwakili di dalamnya, meskipun ia ingat menawarkan beberapa kementerian kepada dua birokrat Yunani dan Armenia yang dihormati[7]. Izzet mengeluarkan sebuah proklamasi yang mengizinkan para warga yang terdeportasi untuk dapat hak kembali kampung halamannya masing-masing. Sebelum ia mengundurkan diri, Izzet mempromosikan rencana-rencana untuk membentuk sekelompok komisi-komisi yang akan mengembalikan atau memberikan kompensasi para warga yang kehilangan rumah dan pekerjaannya akibat pendeportasian. Namun komisi ini sering kali mengakibatkan properti yang dikembalikan dinilai secara tidak akurat, sudah dijarah, atau ditempati oleh muhacir yang dimukimkan kembali. Pejabat setempat juga mempersulit proses pemulangan dengan menolak layanan. Pada tahun 1920, 335.000 orang Yunani dan Armenia Ottoman kembali ke rumah mereka, menurut pers Ottoman[8]. İzzet menghabiskan sebagian besar 25 hari jabatan perdana menterinya dengan terbaring di tempat tidur setelah terkena flu Spanyol. Dia diberhentikan pada tanggal 8 November 1918. Setelah itu, dia dikritik karena mengizinkan ketiga dari Tiga Pasha melarikan diri ke luar negeri pada malam tanggal 2–3 November sebelum mereka diadili di Pengadilan Militer Turki tahun 1919–20 karena kejahatan termasuk kekejaman terhadap orang-orang Armenia di Kekaisaran Turki Utsmani. Izzet Pasha memberikan janji keselamatan kepada Talat[7]:
Pasca Bubarnya UtsmaniyahSetelah Kekaisaran Utsmaniyah dibubarkan, Izzet kehilangan gelar Paşa setelah didirikannya Republik Turki, sehingga Izzet memutuskan untuk mengambil nama belakang Furgaç pada tahun 1934. Izzet kemudian wafat pada 31 Maret 1937 di Istanbul, Turki. LegasiKeputusan Ahmed Izzet yang dibuat pada era kampanye Kaukasus telah menerima kritikan dan dipandang sebagai salah satu faktor penyebab kejatuhannya sementara reputasinya yang tinggi di Turki dikaitkan dengan keberhasilan aktivitasnya selama Perang Kemerdekaan Turki[9]. Daftar ReferensiSitasi
PustakaGingeras, Ryan (2022). The Last Days of the Ottoman Empire. Great Britain: Penguin Random House. ISBN 978-0-241-44432-0. Pranala Luar |