Ahmad Syarwani Zuhri
Prof. Dr. KH. Ahmad Syarwani Zuhri (8 Agustus 1950 – 26 Maret 2019) [1] adalah seorang ulama dan tokoh Islam Indonesia. Ia merupakan ketua MUI Kota Balikpapan dan pendiri Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari Balikpapan. KelahiranAhmad Syarwani Zuhri lahir di desa Sungai Gampa, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, lebih kurang 40 km dari Kota Banjarmasin, dari pasangan Haji Zuhri bin Haji Acil dan Hajjah Marwiyah binti Haji Khalil. Ayah beliau, Haji Zuhri adalah seorang petani biasa dan beliau lahir dalam lingkungan adat keluarga yang sangat fanatik.[2] PendidikanAwalnya, Ahmad Syarwani kecil dimasukkan ke sekolah agama Islam tingkat Ibtidaiyah dan kemudian Tsanawiyah di Madrasah Sulam ‘Ulum di Desa Sungai Gampa (1959-1961). Ia diasuh para guru, terutama K.H. Muhammad Marzuki Musthafa, hingga berhasil meneruskan ke tingkat selanjutnya.[3] Kemudian ia belajar di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Masuk pada 1962 dan lulus pada 1970. Pada masa itu, pesantren ini di bawah asuhan Guru Tuha, yaitu K.H. Abdul Qadir Hasan dan K.H. Anang Sya’rani Arif yang merupakan muhaddits Kalimantan Selatan.[3] Bangil, PasuruanAtas dorongan orang tua dan para guru agama, ia melanjutkan pendidikan ke kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, dan di Pondok Pesantren Datuk Kelampian selama tiga tahun (1970-1973), yang diasuh Guru Syarwani Abdan.[2] Kemudian, atas arahan guru beliau, ia melanjutkan pendidikannya ke Arab Saudi dan bermukim di sana selama 12 tahun.[2] Jazirah ArabSelama di Mekkah Al-Mukarramah, ia sempat menimba ilmu dari tokoh Islam dunia, ulama dan guru besar Al-Haramain: Makkah dan Madinah.[2] Antara lain:
Sedang di kota Madinah Al-Munawarrah, ia sempat belajar dan memperdalam ilmu kepada:
Walau cukup lama di Mekkah dan Madinah, rupanya dahaga ilmunya belum terpuaskan. Maka berangkatlah ia ke Syria untuk belajar serta mengambil ijazah ilmu-ilmu tafsir dan ilmu-ilmu hadits kepada para ulama di sana. Antara lain:
Dari Syria, ia menuju Irak. Di sana, ia memperdalam ilmu dengan beberapa ulama besar. Antara lain:
Setelah menuntut ilmu di Irak, ia melanjutkan pengembaraannya ke Negeri Piramida, Mesir, yang cukup terkenal sebagai gudangnya ilmu dan ulama. Di sana, ia memperdalam ilmu kepada para ulama negeri itu, seperti:
Kemudian ia ke Maroko. Di sana, ia antara lain belajar kepada:
Lalu, ia hijrah ke Yaman. Di sana antara lain ia memperdalam ilmu kepada:
Ia juga pernah mengambil ijazah dari dua ulama besar negeri Sudan, yaitu Syaikh Ibrahim Ar-Rasyidi As-Sudani dan Syaikh Al-’Allamah Ahmad Jabarti.[2] Dakwah, ketokohan & pengaruhPada tahun 1986 ia kembali ke tanah air dan langsung menuju kampung halaman di Sungai Gampa, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Atas inisiatif keluarga, ia kemudian membeli rumah di Martapura, yaitu di Jalan Pesayangan Gang Kurnia RT I No. 1.[4] Beberapa saat ia menempati rumah yang baru dibeli, sambil merasakan nikmatnya barakah berkumpul dengan guru-guru dan ulama-ulama di Martapura, seperti K.H. Samman Mulia, K.H. Muhammad Zaini Ghani, K.H. Husin Dahlan, K.H.M. Ramli Radhi, K.H. Badaruddin, K.H. M. Royani.[3] Namun kemudian, beberapa keluarga dan kawan seperguruan sekaligus gurunya, K.H. ]Muhammad Shafwan (Guru Handil), Handil 6 Muara Jawa, sangat mengharapkan supaya ia bisa mengajar di [[{Balikpapan]], Kalimantan Timur. Kemudian ia pindah dan menetap di Balikpapan. Pada pertengahan tahun 1987, mulailah dibangun Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari.[3] Pada pertengahan tahun 1987, tanah seluas 30 ha itu dulunya hutan semak belukar dan terletak di Km 19,5 Jalan Raya Balikpapan-Samarinda tersebut kemudian dibuka dan di atasnya didirikan pondok pesantren yang nama lengkapnya Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari. Pembangunan Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari dimulai pada 1987. Perataan tanah pada 1990 dibantu oleh Denzipur Kodam VI Tanjung Pura. Pada tanggal 13 Maret 1993, diresmikanlah pondok pesantren ini.[butuh rujukan] Kini di pondok pesantren ini sudah tersedia masjid, gedung Ma’had Aly, penginapan santri, perumahan para ustad, selain rumah untuk pengasuh pondok pesantren.[butuh rujukan] Di samping itu juga perpustakaan, puskesmas, kantin, dan lapangan olahraga.[butuh rujukan] K.H. Syarwani Zuhri memulai proses pendidikan di pesantren ini awalnya hanya dengan 45 santri.[butuh rujukan] Waktu itu ia masih sendirian. Kini, jumlah santri di Pondok Pesantren Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari ada sekitar 700 putra dan 200putri.[butuh rujukan] Santri putri memang masih sedikit, karena pondok pesantren putri baru didirikan tahun 2004.[butuh rujukan] ReferensiCatatan Kaki
Pranala luar
|