Ahmad Badawi
Kiai Haji Ahmad Badawi (5 Februari 1902 – 25 April 1969), adalah seorang ulama, guru, politikus Partai Masyumi, penasihat pribadi Presiden Soekarno di bidang agama, anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia Periode 1966-1968, dan juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1962-1965.[butuh rujukan]. Riwayat HidupLahir di Kauman, Yogyakarta, pada 5 Februari 1902, beliau adalah putra dari pasangan KH Muhammad Fakih dan Nyai Hj Sitti Habibah. Kedua orang tuanya adalah warga Muhammadiyah. Bahkan, Sitti Habibah merupakan adik kandung dari pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Dengan demikian, beliau adalah keponakan sang pendiri Muhammadiyah sekaligus salah satu di antara murid-murid pertama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang pertama kali dirintis oleh sang paman, KH Ahmad Dahlan (1911). Seperti kebanyakan tokoh masa pra-kemerdekaan, Ahmad Badawi juga turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan. Tercatat ia pernah menjadi Angkatan Perang Sabil (APS). Saat terjadinya agresi militer Belanda kedua, beliau ditugaskan sebagai Imam II APS untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga pernah menjadi anggota Laskar Rakyat Mataram atas instruksi Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan bergabung di Batalyon Pati serta Resimen Wiroto, MPP Gedongan. Setelah Indonesia merdeka, Ahmad Badawi mengawali karier politiknya; beliau tergabung dalam Partai Masyumi. Pada 1950, namanya dikukuhkan sebagai wakil ketua Majelis Syuro Masyumi di Yogyakarta. Di partai ini, ia tidak banyak memainkan peran penting karena partai ini kemudian dibubarkan. Setelah tak lagi aktif di Partai Masyumi, Ahmad Badawi kemudian memfokuskan diri untuk mensyiarkan agama lewat Muhammadiyah. Pendidikan
Karier
Karya
Sumber
|