Agus Sudono
KRMH (Kanjeng Raden Mas Haryo). H. Agus Sudono (02 Februari 1933 – 06 Februari 2012) merupakan salah satu tokoh buruh legendaris Indonesia yang melintasi tiga zaman, yakni Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Ia memperjuangkan berbagai hak-hak buruh dan pekerja Indonesia juga dunia. Agus Sudono meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto karena diabetes dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata.[1][1] Riwayat HidupKeluargaAgus Sudono merupakan anak dari R.A. (Raden Ayu) Mujiatun, seorang ibu yang taat beragama dan berasal dari lingkungan saudagar-santri di Nahdlatul Ulama. Ayahnya, R.M. (Raden Mas) Darmohusodo, seorang dokter gula dan Kepala Poliklinik di Pabrik Gula Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, yang juga merupakan Ketua Muhammadiyah, menautkan garis silsilahnya kembali ke Pangeran Sambernyowo (Mangkunegaran I), seorang pahlawan nasional dan pendiri Dinasti Mangkunegaran, Agus Sudono sebagai cucu kelima (wareng). Sementara dari garis ibunya, Agus Sudono adalah cucu keempat (canggah) dari Pujangga Ronggowarsito. Agus Sudono menikahi teman masa kecilnya, Sudarni, dan mereka dikaruniai tujuh anak. Salah satu putrinya, Agusdini Banun Saptaningsih, menjabat sebagai salah satu Direktur di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia[1] PendidikanIa merupakan alumni Universitas Nasional (tingkat empat/IV) dan The American University di Washington D.C..[2] Ia pernah aktif di PII dan Muhammadiyah.[2] Gerakan buruhAgus Sudono dikenal sebagai tokoh buruh dari Indonesia. Ia dikenal aktif dalam berbagai organisasi buruh baik nasional maupun internasional. Ia juga dikenal aktif dalam Organisasi Buruh Internasional/International Labour Organization (ILO) sebagai anggota Badan Eksekutif.[1] Ia juga dikenal sebagai pendiri dan ketua pertama KSPSI.[3] Ia juga pernah menjadi dewan pembina pada organisasi buruh GASBIINDO.[4] PolitikAgus Sudono juga dikenal aktif dalam pergolakan politik di Indonesia. Beliau pernah menjadi Anggota DPR–GR RI/MPRS–RI (1960 – 1973), Anggota DPR – RI/MPR – RI (1983 – 1993) dan wakil ketua DPA (1998 – 2003) Republik Indonesia.[5][2] PenghargaanAgus Sudono juga diakui atas kontribusinya dengan menerima sejumlah penghargaan, yakni Bintang Gerilya, Satyalancana Perang Kemerdekaan I, Satyalancana Perang Kemerdekaan II, Satyalancana Veteran RI dan yang paling tertinggi adalah Bintang Mahaputera Adipradana[1] Referensi
|