Agus Rahardjo
Ir. Agus Rahardjo, M.S.M.[1] (lahir 1 Agustus 1956)[2] adalah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia periode 2015-2019. Pengangkatan pimpinan KPK didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 133/P/2015 tentang Pengangkatan Pimpinan KPK masa bakti 2015–2019. Dilantik Presiden Joko Widodo pada 21 Desember 2015, Agus Rahardjo resmi menjadi insinyur Indonesia pertama yang memimpin lembaga penegakan hukum tanpa latar belakang pendidikan tinggi formal hukum dan pengalaman karier di lembaga penegakan hukum sekaligus sepanjang sejarah Republik Indonesia. Riwayat HidupKomisi Pemberantasan KorupsiAgus Rahardjo adalah orang pertama yang menjabat Ketua KPK tanpa latar belakang pendidikan formal hukum dan pengalaman di lembaga penegakan hukum. Ia termasuk satu di antara 50 orang yang khusus dihubungi panitia seleksi (pansel) untuk mendaftar menjadi komisioner periode 2015–2019. Dalam voting yang diikuti sebanyak 54 Anggota Komisi III DPR RI, Agus Rahardjo mendapatkan perolehan suara sebanyak 53 suara, Basaria Pandjaitan, sebanyak 51 suara, Alexander Marwata, sebanyak 46 suara, Laode Muhammad Syarif dan Saut Situmorang masing-masing mendapatkan sebanyak 37 suara. Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Desmon Junaedi Mahesa mengatakan terpilihnya Agus Rahardjo menjadi Ketua KPK didasari alasan sensitivitas masyarakat. Ia menganggap Agus, yang seorang muslim, akan lebih menenangkan masyarakat jika menjadi Ketua KPK. Pertimbangan ini, menurut dia, berdasarkan hanya ada dua muslim, yaitu Agus Rahardjo dan Laode Muhammad Syarif di antara lima capim yang terpilih.[3] Wakil Ketua Komisi III DPR, Benny K Harman, mengatakan Agus Rahardjo terpilih karena pengalamannya dan juga memiliki konsep yang jelas dalam memberantas korupsi, "Dia punya pengalaman yang begitu lama dalam bidang pengadaan barang dan jasa. Jadi kalau kita ngomong soal korupsi APBN, di situlah episentrumnya," jelas Benny kepada wartawan BBC Liston Siregar.[4] Pada 17 Desember 2015, Komisi Hukum DPR RI menetapkan Agus Rahardjo sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia terpilih periode 2015-2019.[5] 18 Desember 2015, Sidang Paripurna DPR RI mengesahkan hasil penetapan pemilihan lima komisioner KPK. Pemilihan Agus Rahardjo sebagai Ketua KPK RI mengundang pendapat beragam. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama memberi penilaian positif, "Bagus. Saya kenal, bukan kenal lagi, jadi yang nolong RSUD Koja pakai rancang bangun itu Pak Agus. Kalau kamu lihat saya bisa hapus outsourcing dan minta kontrak individual itu karena (diajari) Pak Agus. Jadi saya hampir tiap apa-apa (minta tolong) ke Pak Agus Raharjo. Dia ini yang ngajarin kenapa Jakarta harus jadi model."[6] Pada sisi lain aktivis lembaga masyarakat memandang negatif. Pegiat Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho menyebut 'masa depan pemberantasan korupsi bakal semakin suram'.[7] Usai dilantik 21 Desember 2015, pemimpin KPK diberi pesan khusus oleh Presiden Joko Widodo, "Titip negara ini."[8] Saat ditanya mengenai perasaannya terpilih menjadi Ketua KPK selepas mengucapkan sumpah, Agus menjawabnya dengan singkat, "Innalillahi wainna ilaihi rajiun...." Ucapan dalam bahasa Arab itu merupakan potongan dari surat Al-Baqarah dalam Al-Quran yang artinya: "Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali."[9] Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa PemerintahAgus Rahardjo adalah Insinyur teknik sipil, lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. tahun 1984. Ia bercita-cita menjadi kontraktor, namun nasib membawanya menjadi pegawai negeri sipil[10].Agus Rahardjo memulai pengabdian publik di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Pada tahun 2006, Rahardjo mengabdi sebagai Kepala Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik (PPKPBJ). Agus Rahardjo adalah pendiri sekaligus Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sejak tahun 2010. Tanpa banyak diketahui publik, Rahardjo berperan melakukan reformasi dan modernisasi pelayanan publik di pemerintahan pusat hingga daerah. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama menilai peran LKPP di bawah kepemimpinan Rahardjo,[11] "Pak Agus Raharjo sangat baik. (Dengan e-Catalogue) enggak ada lagi pembelian-pembelian individual, termasuk pembelian barang sehingga nanti kontrolnya gampang, pembeliannya cepat dan mutunya baik." LKPP juga memberi EProcurement Award kepada kepala pemerintahan daerah yang sukses melakukan transformasi sistem pengadaan barang dan jasa. 20 November 2013, penghargaan kategori Kepemimpinan dalam Transformasi Sistem Pengadaan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diserahkan kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Sudirman, Jakarta.[12] Pendidikan
Riwayat Pekerjaan
Organisasi
Kehidupan PribadiAgus Rahardjo tinggal di sebuah perumahan di Kota Bekasi. Rumah Agus berlantai satu dan bisa dikatakan sederhana.[13] Di mata keluarga di kampung halaman, Rahardjo dikenal sebagai sosok bersahaja dan berjiwa sosial tinggi. "Dia sangat ramah dan dermawan kepada semua orang," kata Hartono, tetangga di seberang rumah mertua Agus di Jalan Semeru.[14] Agus Rahardjo sempat dicecar Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK terkait harta kekayaannya yang dinilai cukup banyak. Menurut data panitia seleksi yang bertugas menyaring kandidat komisioner KPK, Rahardjo tercatat memiliki beberapa mobil dan harta tidak bergerak berupa tanah di Jonggol, Bogor, Jawa Barat, dan di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, dan rekening tabungan dengan total saldo sebesar Rp. 20 juta di empat rekening bank miliknya.[15] Rahardjo mengaku memeroleh kekayaan tersebut dengan cara menabung. Menabung dari gaji yang dimilikinya dan juga saat dirinya aktif sebagai pembicara di lembaga international di Paris, di sekitar tahun 1995-1997.[16] Dalam tayangan Mata Najwa di salah satu televisi swasta, Rahardjo menjelaskan, "Tabungan saya tidak berkembang, karena, saya dalam waktu bersamaan mengangsur enam kredit."[17] Selama tiga kali menikahkan anaknya, pengagum tokoh Sutan Sjahrir ini mengaku selalu mengandalkan utang dari bank.[18] Referensi
|