Agde
Agde (pelafalan dalam bahasa Prancis: [aɡd(ə)]; Oksitan: [ˈadde, ˈate]) adalah sebuah komune di departemen Hérault yang terletak di selatan Prancis. Agde merupakan salah satu pelabuhan penting di Laut Mediterania yang melewati Canal du Midi. Terletak di gunung berapi basal kuno, maka dari itu dinamakan Mutiara Hitam dari Mediterranée. SejarahAgde (525 SM) adalah salah satu kota tertua di Prancis, setelah Béziers (575 BCE) dan Marseille (600 BCE).[2] Agde (Agathe Tikhe, "keberuntungan") adalah sebuah koloni Yunani abad ke-5 SM yang dihuni oleh para Fokaia dari Massilia. 2,500 tahun yang lalu, sungai Hérault punya tiga cabang : "grau de Vias", "grau d'Agde", "grau d'Ambonne"; sebuah delta yang dulunya dibentuk pada masa pertengahan Agde volcanoes , dan lengan timur mengarah ke kolam Bagnas yang sebagian besar dikeringkan pada Abad Pertengahan ketika penggilingan dibangun dengan aliran konstan di hulu utama.[3] Nama Yunani dari Agde adalah Agathe (Ἀγάθη).[4][5] Simbol dari Agde, yaitu Ephebe of Agde terbuat dari perunggu yang berasal dari abad ke-4 SM, ditemukan di pasir sungai Hérault. Patung tersebut ditambahkan lagi pada Desember 2001 bersama dua patung perunggu Romawi pada awal zaman Kekaisaran, berupa seorang anak kecil dan dewa Eros. Mungkin patung-patung itu dulunya ingin dibawa ke sebuah villa di Gallia Narbonensis sebelum akhirnya hilang karena kapal karam. Sungai kecil di Hérault, Grau d'Agde, menjadi pelabuhan paling penting untuk perdagangan di wilayah Occitania yang dekat dengan Laut Mediterania dari zaman kuno sampai abad ke-18. Dari awal abad kelima (sampai Revolusi Prancis), Agde berkembang di area atas yang aman dari banjir dan menjadi pusat keuskupan.[6] Tapi, Agde sempat dikuasai oleh Kekaisaran Romawi, Visigoth [dari Italia], dan Saracen [dari Spanyol] sebelum akhirnya resmi jadi kota Kristen pada tahun 759.[7][8] Sekitar awal abad ke-13, Agde dikelola oleh konsul, semacam cikal bakal pemerintahan modern. Perkembangan kota mulai terjadi di bagian utama yang berbatu, terlindung dari banjir. Wilayah perkotaan mulai muncul, dengan konsep pulau perkotaan yang dinamai dari nama orang yang bayar pajak paling tinggi ke raja dan keuskupan.[9] Agde terbagi menjadi dua bagian: bagian di atas batu dan bagian sekitar batu, di mana lahan pertanian terbagi jadi dusun-dusun yang mengelilingi gereja.[9] Benteng pertahanan mulai dibangun di sekitar batu pada abad ke-12, terus meluas sampai sekitar kota pada abad ke-14. Ketika Revolusi Prancis tahun 1848 meletus, sebagian besar benteng dihancurkan, kecuali bagian kecil yang sekarang ada di sebelah kantor pariwisata.[6] Di akhir abad ke-16, letnan jenderal Languedoc Joyeuse membangun Benteng Brescou. Kemudian Cardinal Richelieu mulai membangun pelabuhan untuk keperluan militer di wilayah Mediterania yang strategis. Tapi, karena pantainya terus tertimbun pasir, proyek ini menjadi mustahil dan akhirnya ditinggalkan begitu saja setelah Kardinal meninggal. Benteng Richelieu tetap berdiri hingga sekarang.[10] Nama jalan dan alun-alun awalnya memakai bahasa Occitan, dengan bahasa Prancis ditambahkan seiring berjalannya waktu. Jalan-jalan di Agde juga telah ada sejak Revolusi Prancis, saat penduduk dan tempat kelahiran mulai didaftarkan.[10] Hingga Revolusi Prancis, Agde milik kaum keuskupan. Lewat perang agama, semua tanah bangsawan menjadi milik keuskupan.[11] Sampai pada abad ke-17, Vias juga menjadi bagian dari komune Agde, termasuk daerah Étang de Thau sampai Sète. Ke utara lagi, itu telah masuk wilayah keuskupan lain yang lebih besar.[12] [13] Sekarang, yang tersisa di Agde hanyalah rumah kapitel keuskupan saja.[14] Di akhir abad ke-18, saat kapal layar besar mulai digantikan dengan kapal dagang bermesin, Agde mulai beralih ke kegiatan pertanian, seperti berkebun sayur, zaitun, dan buah-buahan. Ketika itu, vitikultur (budidaya anggur) di Agde sedang berjaya sampai akhirnya terkena serangan hama phylloxera.[15][16] Dengan perubahan ke mesin uap, pelabuhan Agde menjadi pusat pengiriman bahan makanan. Pelabuhan tersebut tersambung ke jalur kereta api melalui keputusan perencanaan negara yang berhubungan dengan Canal du Midi.[17] Sebelumnya, jembatan apung dipakai untuk mengatasi banjir dari sungai Hérault, sampai akhirnya dibangun jembatan gantung besi pada tahun 1836, yang biaya masuknya terkena pajak selama 9 tahun.[18] Istana keuskupan dipotong menjadi dua supaya jembatan dapat dibangun – bagian kanan sekarang menjadi Hôtel de la Galiote, sementara bagian kiri dulunya adalah markas polisi dan penjara (yang dihancurkan pada tahun 1982).[19] Di abad ke-19, gudang es tua dari abad ke-17 di Agde diubah menjadi reservoir untuk distribusi air dengan sistem pompa melewati pipa besi tuang.[20] Tapi karena air dari Sungai Hérault yang kadang asin (tergantung musim dan kekeringan), pasokan air dalam kota kadang bermasalah. Pada tahun 1966, sumber air dari endapan aluvial di sungai pesisir dipasang 4 km di hulu kota. Hal ini perlu dilakukan karena pengembangan kawasan wisata pantai modern yang sedang ramai pada waktu itu.[21] Penerangan umum memakai listrik (dari Moulin des Evèques) di Agde telah direncanakan sejak tahun 1890. Laurens juga masang listrik di bendungan rendah di sekitar kastilnya. Pada tahun 1929, Compagnie de Distribution Electrique du Midi mengambil alih kontrak listrik kota. Pada tahun 1946, Électricité de France mengelola pabrik listrik (tapi produksi listrik berhenti tahun 1951).[22] Ketika era Belle Époque pada abad ke-19, di pantai Mediterania, perkembangan Côte d'Azur dengan kereta biru yang mulai menbawa turis kosmopolitan aristokrat setiap musim dingin berlangsung sejak tahun 1880, terutama di sekitar Monako dan hotel-hotel mewahnya.[23][24] Seorang pewaris kaya membeli Villa St Gervais di Saint-Raphaël, Var pada tahun 1898, dan di saat yang sama dia bangun Château Laurens di Agde, bangunan Art Nouveau dari beton terkenal di Occitania, lengkap dengan stasiun kereta pribadi.[25][26] Di pusat kota tua, pemerintah daerah tahun 1960-an harus membangun ulang seluruh infrastruktur karena bangunan yang lama sudah sangat dan populasi penduduk yang terus bertambah.[27] Setelah Perang Dunia II, mulai bermunculan pariwisata musim panas yang sangat ramai, biasanya di area perkemahan. Lalu di tahun 1960-an, beberapa hunian besar dan tinggi dibangun sebagai bagian dari urbanisme baru. Contohnya seperti piramida Marina-Baie des Anges karya André Minangoy yang terkenal di Villeneuve-Loubet. Pengembangan pesisir di Occitania baru dimulai tahun 60-an, dimulai dari area pinggir laut di Grau d'Agde dengan banyak perkemahan.[28] Misi Racine bertujuan untuk menghidupkan kembali wilayah ekonomi antara Béziers dan Sète, dan membuat Cap d'Agde menjadi pelabuhan liburan untuk orang-orang Toulouse. Agde yang sudah sangat tua benar-benar bergantung pada Béziers.[29] Pelabuhan utama didesain di sebelah pelabuhan nelayan kecil di Cap d'Agde, menggantikan bekas lahan garam yang dipakai dari tahun 1912 hingga 1916.[30] Pelabuhan nelayan di Sungai Hérault telah dimodernisasi, lengkap dengan aula pasar ikan bersertifikat profesional. Galangan kapal di sungai sekarang diisi perahu rekreasi dan perahu nelayan kecil, menggantikan galangan kapal kayu. Pada tahun 1960, rencana Presiden Charles de Gaulle sebenarnya berniat menjadikan pesisir Occitania seperti Floridanya Prancis.[31] Kepala misi antar-kementerian membangun fasilitas bersama-sama demi menarik wisatawan sebanyak-banyaknya: pusat liburan dan kamp nasional seperti PTT, EDF, SNCF; rumah desa liburan dengan investasi dari Belgia, Belanda, dan Jerman. Dibangun perkemahan, salah satunya menjadi tempat naturis pertama di Prancis. Khusus untuk hiburan, terdapat lapangan tenis, diskotek, taman hiburan (termasuk taman air).[32] Kantor Kehutanan Nasional kerja bareng ahli tanaman (mirip seperti Vilmorin) untuk membuat ruang hijau di tempat wisata dan reboisasi. Ratusan ribu bibit dibagikan secara gratis untuk para warga. Perkemahan naturis berubah menjadi kompleks wisata penting di luar kota, dan di sekitarnya, lapangan tenis berubah menjadi tema utama untuk pengembangan perumahan. Since 2007 the Sodéal (Economic development society of Agde and the coast (70% of capital owned by the town) ammenages the marinas on the Hérault river and the shore, main one Le Port de Cap d'Agde.[33] Sejak 2007, Sodéal, Perusahaan pengembangan ekonomi Agde dan wilayah pesisir, 70% modalnya dimiliki pemerintah kota dan memulai mengatur marina di Sungai Hérault dan pesisirnya, terutama Port de Cap d'Agde.[34] Penyebaran perkotaan mulai berkembang selama 20 tahun pertama abad 21 antara Le Cap dan Grau d'Agde, dan tempat itu menjadi semakin padat setelah perang, dengan para pemukim perkemahan yang tadinya berada di lahan kecil di antara lahan-lahan besar yang kosong. Di abad 21, ruang hijau menjadi lebih sedikit dan tidak dapat diakses publik lagi. Setelah pemasangan jaringan urban dasar, infrastruktur sepeda diubah karena kemacetan diakibatkan oleh mobil pada tahun 2010-an. Hal tersebut membuat parkir mobil kota dipasangkan panel surya pada tahun 2017-2019.[35][36] Proyek 2021 hingga 2024 untuk perpanjangan stasiun kereta dan marina baru di Canal du Midi dimulai dengan penghancuran gedung-gedung ritel di sekitar Hôtel Riquet, kantor-kantor Agde dari pendiri kanal itu.[37][38][39] Dalam sejarah Katolik Roma di Prancis, Konsili Agde diadakan pada 10 September 506 di Agde, di gereja Saint-André, dipimpin oleh Sesarius dari Arles. Konsili ini dihadiri oleh tiga puluh lima uskup, dan empat puluh tujuh kanon yang sah membahas "disiplin gerejawi." Salah satu kanon (kanon ketujuh), yang melarang rohaniawan untuk menjual atau melepaskan harta gereja yang menjadi sumber penghidupan mereka, sepertinya merupakan penyebutan pertama tentang sistem benefis yang muncul kemudian hari. Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Agde.
|