Agatokles dari Baktria
Agatokles Dikaios (bahasa Yunani: Ἀγαθοκλῆς ὁ Δίκαιος; julukan: "yang Adil") adalah raja Yunani-Baktria/Yunani-India, yang memerintah sekitar 190-180 SM. Dia kemungkinan adalah putra Demetrios dan salah satu sub-raja yang berkuasa di wilayah Paropamisade antara Baktria dan dataran India-Gangga. Hal itu berarti bahwa ia adalah cucu Euthydemos, sebagaimana yang ia nyatakan di koinnya dengan tulisan Βασιλεὺς Θεός, Basileus Theos (dalam bahasa Yunani yang berarti "Raja-Dewa"). Agatokles sezaman dengan atau penerus raja Pantaleon. Dia tampaknya telah diserang dan dibunuh oleh Eukratides, yang perampas kekuasaannya dan mengambil alih kendali wilayah kerajaan Yunani-Baktria. Sedikit yang diketahui tentang Agatokles, selain dari koin bergambar dirinya yang tersebar luas. Penguraian aksara BrahmiSejak tahun 1834, berbagai cara telah dilakukan untuk menguraikan aksara Brahmi, aksara utama yang digunakan pada prasasti India kuno seperti Edik Ashoka, dan yang telah punah sejak abad ke-5 Masehi. Beberapa upaya dilakukan oleh Pdt. J. Stevenson untuk mengidentifikasi huruf-huruf dari Gua Karla (sekitar abad ke-1 M) karena kemiripannya dengan aksara Gupta pada naskah Samudragupta yang tertulis di Pilar Allahabad (abad ke-4 M) yang baru saja diuraikan, tetapi upayanya tersebut hanya menghasilkan sekitar 1/3 terkaan yang benar, sehingga tidak memungkinkan penguraian aksara Brahmi secara tepat.[2][3] Upaya pertama yang berhasil menguraikan aksara Brahmi kuno abad ke-3 hingga ke-2 SM dilakukan pada 1836 oleh Christian Lassen, seorang sarjana kelahiran Norwegia, dengan menggunakan koin dwibahasa Yunani-Brahmi bergambar raja Yunani-India yaitu Agatokles dan Pantaleon untuk mengidentifikasi beberapa huruf Brahmi dengan benar.[1] Upaya ini kemudian diselesaikan oleh James Prinsep, seorang arkeolog, filolog, dan pejabat Perusahaan Hindia Timur, yang mampu mengidentifikasi sisa karakter Brahmi dengan bantuan Mayor Cunningham.[1][4] Dalam serangkaian hasil yang ia terbitkan pada bulan Maret 1838, Prinsep dapat menerjemahkan sejumlah besar tulisan-tulisan yang ada pada dekret batu yang ditemukan di seluruh India, dan menurut Richard Salomon, hasil terjemahannya tersebut "hampir sempurna" dari seluruh alfabet Brahmi.[5][6] Referensi
|