Agama di VietnamAgama di Vietnam telah ada sejak lama yang meliputi kepercayaan asli Vietnam, yang dalam sejarah dibentuk dari doktrin-doktrin Konghucu dan Taoisme dari China, serta tradisi yang kuat dari Buddhisme (yang disebut tiga pengajaran atau tam giáo). Vietnam adalah salah satu negara beragama di dunia. Menurut statistik resmi dari pemerintah, pada 2019 terdapat 13.162.879 orang yang teridentifikasi dengan salah satu agama yang disahkan dari jumlah penduduk berjumlah 96.208.984 jiwa. Sebanyak 5.86 juta adalah penganut Katolik (6,10%), 4.6 juta orang diantaranya adalah penganut Buddha (4,79%), 983 ribu adalah penganut Hoahao (1.02%), 960 ribu adalah penganut Protestan (1.0%), 556 ribu adalah penganut Caodai (0,58%), dan terdapat 70 ribu Muslim, 64 ribu Hindu, 7,000 Bahai, dan kelompok kecil lainnya (<1%).[1] Kepercayaan asli (pemujaan kepada dewa, dewi dan leluhur) telah lahir kembali sejak 1980an.[2][3] Menurut perkiraan Pew Research Center, pada 2010 kebanyakan orang Vietnam mempraktikan kepercayaan asli (45.3%), penganut Buddha meliputi 16.4% dari jumlah penduduknya, sekitar 8.2% dari masyarakat Vietnam adalah penganut Kristen (kebanyakan Katolik), dan sekitar 30% tak berafiliasi ke agama manapun.[4][5] Secara resmi, Republik Sosialis Vietnam adalah sebuah negara ateis seperti yang dideklarasikan oleh pemerintah komunis-nya.[6] IkhtisarMeskipun menurut sensus 1999, kebanyakan orang Vietnam menyatakan diri mereka sendiri sebagai orang yang tak berafiliasi dalam agama,[7] agama, yang didefinisikan menurut kepercayaan dan praktik yang diberikan, masih menjadi bagian mendalam dari kehidupan Vietnam,[8] menuntun perilaku sosial dan praktik-praktik spiritual dari orang-orang Vietnam baik di Vietnam dan di luar negeri. Agama tripel (bahasa Vietnam: tam giáo), merujuk kepada percampuran sinkretis dari Buddha Mahayana, Konghucu, dan Taoisme, dan kepercayaan asli Vietnam (juga sering dicampur dengan mereka), masih memiliki pengaruh yang kuat pada kepercayaan dan praktik Vietnam. Salah satu praktik spiritual umum dan paling terkenal adalah penghormatan leluhur, sebuah praktik yang berkembang pada budaya Tionghoa dan kebanyakan budaya Asia lainnya. Sebuah laporan Pew Research Center 2002 mengklaim bahwa 24% dari penduduk Vietnam memandang agama "sangat berpengaruh".[9] BuddhaBuddhisme datang ke Vietnam pada awal abad kedua Masehi di bagian Utara dari China dan melalui rute Selatan dari India.[10] Buddha Mahayana pertama kali menyebar dari China ke wilayah Delta Sungai Merah di Vietnam pada sekitar tahun 300 Masehi. Buddha Theravada datang dari India di selatan wilayah Delta Mekong beberapa tahun kemudian, antara 300-600 Masehi. Buddhisme yang dipraktikan oleh orang Vietnam biasanya adalah aliran Mahayana, meskipun beberapa etnis minoritas (seperti Khmer Krom di wilayah Delta selatan Vietnam) masuk aliran Theravada.[11] Praktik Buddha di Vietnam berbeda dari negara Asia lainnya, dan tidak berisi struktur, hierarki, atau sangha institusional yang sama dengan tradisi Buddha lainnya. Agama tersebut berkembang dari hubungan simbiosis dengan Taoisme, spiritualitas Tionghoa, dan agama asli Vietnam, dengan kebanyakan praktisioner Buddha berfokus pada ritual devosional ketimbang meditasi.[12] KekristenanKatolikSejauh perkembangan gereja Kristen terbesar di Vietnam tersebut, Katolik Roma pertama kali masuk negara tersebut melalui para misionaris Katolik Portugis pada abad ke-16 dan pengaruhnya menguat pada masa pemerintahan kolonial Prancis. Meskipun misi-misi terawal hanya berhasil melakukan perpindahan agama, misi-misi selanjutnya yang dilakukan oleh para misonaris Yesuit kemudian mendirikan pusat-pusat Kristen terhadap para penduduk lokal. Misionaris Yesuit Alexandre de Rhodes, yang berkarya di Vietnam antara 1624 dan 1644, menjadi misionaris terkenal pada masa tersebut.[13] Selain itu, ia membuat jasa-jasa signifikan terhadap budaya Vietnam dengan mengembangkan abjad pada bahasa Vietnam bersama dengan para sarjana Vietnam dan berdasarkan pada karya para misionaris Portugis awal. Penggunaan abjad tersebut, yang berdasarkan pada aksara Latin dengan penambahan tanda-tanda diakritik, aslinya digunakan untuk membantu pengajaran dan upaya-upaya penginjilan. Abjad tersebut masih digunakan, dan sekarang disebut sebagai Quốc Ngữ (bahasa nasional). Pastor misionaris Prancis Pigneau de Behaine memainkan peran penting dalam sejarah Vietnam pada akhir abad ke-18 dengan berteman dengan Nguyễn Ánh, anggota paling senior dari kepala-kepala pemerintahan Nguyễn untuk kabur dari pemberontakan Tây Sơn bersaudara pada 1777.[14][15][16][17][18][19] Menjadi orang kepercayaan dan penasihat militer Nguyễn Ánh pada saat dibutuhkan,[20][21][22][23] ia meraih kesepakatan besar bagi Gereja. Pada saat Nguyễn Ánh menjadi Kaisar Gia Long, aktivitas misionaris Katolik diberi izin tanpa halangan sebagai tanda balas budi.[24] pada waktu kenaikan tahta Kaisar tersebut pada 1802, Vietnam memiliki 3 keuskupan Katolik dengan 320,000 anggota dan lebih dari 120 imam/pastor Vietnam.[25] Menurut Katalog Hierarki Katolik, saat ini terdapat 5,658,000 penganut Katolik di Vietnam, mewakili 6.87% dari seluruh penduduknya.[26] Terdapat 26 keuskupan (termasuk tiga keuskupan agung) dengan 2228 paroki dan 2668 imam/pastor.[26] ProtestanProtestan diperkenalkan di Da Nang pada 1911 oleh seorang misionaris Kanada yang bernama Robert A. Jaffray; selama bertahun-tahun, ia disusul oleh lebih dari 100 misionaris, para anggota dari Aliansi Kristen dan Misionaris, sebuah denominasi Protestan Evangelikal. Dua organisasi Protestan yang secara resmi disahkan oleh pemerintah adalah Gereja Evangelikal Selatan Vietnam (GESV), yang disahkan pada 2001, dan Gereja Evangelikal Utara Vietnam (GEUV) yang lebih kecil, yang disahkan sejak 1963.[27] Saat ini, diperkirakan jumlah penganut Protestan menurut sumber pemerintahan adalah 500,000 orang sementara menurut sumber gereja adalah 1 juta orang. Perkembangan terbanyak terjadi pada suku-suku minoritas (Montagnard) seperti Mnong, Ede, Jarai, dan Bahnar, dengan perkiraan yang mengklaim bahwa dua dari tiga penganut Protestan di Vietnam adalah anggota dari etnis minoritas.[28] Menurut beberapa perkiraan, pertumbuhan penganut Protestan di Vietnam bertumbuh pesat dari sepuluh tahun sebelumnya. Beberapa orang yang baru berpindah agama masuk dalam gereja-gereja rumah Injili yang tak terdaftar, yang jumlah pengikutnya dikatakan secara keseluruhan berjumlah sekitar 200,000 orang.[28] Data sensus 2009 dan 2019 menunjukkan ada pertumbuhan jumlah bagi kalangan Protestan. Pada sensus 2009, jumlah Protestan sebanyak 734.168 jiwa (0,86%), dan sensus 2019 sebanyak 976.558 jiwa (1,02%) termasuk gereja Advent, dan Mormon sekitar 0,02%.[29][1] Gerakan Baptis dan Mennonite secara resmi diakui oleh Hanoi pada Oktober 2007, yang dipandang sebagai pengaruh terbesar dalam tingkat kebebasan beragama yang dinikmati oleh penganut Protestan di Vietnam.[30] Hal yang serupa juga terjadi pada Oktober 2009, gerakan Majelis Allah secara resmi mendapatkan izin dari pemerintah untuk beroperasi, yang merupakan langkah awal untuk menjadi sebuah organisasi yang disahkan.[31] Majelis-Majelis Allah dikatakan terdiri dari sekitar 40,000 pengikut pada 2009,[31] Gereja Baptis sekitar 18,400 pengikut dengan 500 tempat pelayanan pada 2007,[30] dan Gereja Mennonite sekitar 10,000 pengikut. Ortodoks TimurUntuk Kristen Ortodoks, Gereja Ortodoks Rusia diwakili di Vũng Tàu, Vietnam, yang utamanya berasal dari para karyawan pemakai bahasa Rusia dari perusahaan hasil kerjasama Rusia-Vietnam "Vietsovpetro". Paroki yang mengambil nama dari ikon Bunda dari Kazan dibuka pada 2002 dengan pemberkatan dari Sinode Kudus Gereja Ortodoks Rusia, yang diberikan di Troitse-Sergiyeva Lavra. Para perwakilan dari departemen hubungan luar negeri Gereja Ortodoks Rusia datang ke Vũng Tàu dari waktu ke waktu untuk memberikan pelayanan ilahi Ortodoks.[32] Vietnam juga disebut sebagai wilayah dibawah yuridiksi Metropolitan Hong Kong & Asia Tenggara Nikitas (Kepatriarkan Ekumenikal Konstantinopel), meskipun disana tidak ada kabar tentang aktivitas terorganisirnya disana. IslamPengaruh Islam mulai muncul karena beberapa pelabuhan penting kerajaan Champa sejak lama merupakan tempat persinggahan pedagang Muslim dari Melayu, India, Timur Tengah sebelum melanjutkan dagang ke Tiongkok. Champa menjadi Kerajaan Islam di Vietnam sejak di bawah pemerintahan Che Bo Nga pada 1360--1390. Namun jatuhnya Kerajaan Champa ke tangan Dinasti Nguyen pada 1832 mendorong terjadinya eksodus pertama Muslim Champa ke selatan, terutama ke Kamboja, Kelantan, dan Terengganu. Sunan Ampel sendiri diyakini dilahirkan di Champa sekitar tahun 1401 dan ikut berperan dalam mengembangkan Islam di Vietnam sebelum kemudian hijrah ke pulau Jawa. Dari sinilah Islam di Vietnam berasal.[33] Menurut sensus dari Pew Research Center pada tahun 2010, terdapat 160.000 Muslim di negara itu, membentuk 0.2% dari total penduduk[34] Sementara pada hasil sensus 2019, penduduk Vietnam yang menganut agama Islam sebanyak 70.934 jiwa (0,07%).[1] HinduHindu di Vietnam dikaitkan dengan etnis minoritas Cham; agama pertama dari kerajaan Champa merupakan sebuah bentuk dari Hindu Saiwis, yang dibawa melalui laut dari India. Suku Cham mendirikan kuil-kuil Hindu (Bimong) di wilayah Tengah Vietnam, beberapa diantaranya masih digunakan saat ini; Mỹ Sơn yang sekarang sudah tidak digunakan, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah kompleks candi Cham paling terkenal. Sekitar 50,000 etnis Cham di wilayah pesisir selatan-tengah mempraktikan bentuk devosional dari Hindu. Kebanyakan Hindu Cham masuk dalam kasta Nagavamshi Kshatriya,[35] namun sebagian kecil merupakan Brahmin.[36] 4,000 penganut Hindu lainnya (kebanyakan Tamil, dan yang lainnya berasal dari keturunan Cham atau campuran India-Vietnam) yang tinggal di Ho Chi Minh City, di mana Kuil Mariamman dijadikan sebagai titik penting pada komunitasnya. Di Provinsi Ninh Thuận, di mana kebanyakan Cham di Vietnam bermukim, Cham Balamon (Hindu Cham) berjumlah 32,000 orang; di antara 22 desa di Ninh Thuận, 15 desa diantaranya adalah desa Hindu.[37] Hasil SensusBerdasarkan hasil sensus Vietnam, tahun 2009 dan 2019, penduduk yang tidak menganut agama mengalami kenaikan. Sementara penganut agama Buddha, Cao Dai, Hòa Hảo, Islam mengalami penuruan, baik jumlah maupun persentasi. Penganut agama Kekristenan mengalami kenaikan jumlah, namun mengalami penurunan secara persentasi untuk Katolik, namun Protestan mengalami kenaikan persentasi.[29][1]
CatatanCatatan kakiKutipan
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Religion in Vietnam.
|