Adian Husaini
drh. H. Adian Husaini, M.Si., Ph.D. (lahir 17 Desember 1965) adalah seorang cendekiawan Muslim, akademisi, penulis, dan dosen asal Indonesia.[2][3] Ia menjabat di berbagai organisasi, termasuk Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Sekretaris Jenderal Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina - Majelis Ulama Indonesia (KISP-MUI), Komisi Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan anggota Majelis Tabligh Muhammadiyah. Riwayat HidupKehidupan awalAdian memperoleh pendidikan Islam di Madrasah Diniyah Nurul Ulum, Mbaru, Padangan Bojonegoro dari tahun 1971 hingga 1977,[1] Pondok Pesantren Ar Rasyid Kendal Bojonegoro dari tahun 1981 hingga 1984,[4] Pondok Pesantren Ulil Albab Bogor dari tahun 1988 hingga 1989, Lembaga Pendidikan Bahasa Arab, dan LIPIA Jakarta pada tahun 1988.[5] Gelar sarjana kedokteran hewan diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sedangkan magister hubungan internasional diperoleh dari Program Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Jayabaya Jakarta, dengan tesis berjudul "Pragmatisme Kebijakan Luar Negeri Israel". Ia meraih gelar doktor di Institut Pemikiran Islam dan Peradaban-Universitas Islam Internasional Malaysia (ISTAC-IIUM) di bidang pemikiran dan peradaban Islam.[1][6] Karier ilmiahAdian bekerja sebagai peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta dan Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), dan staf di Pusat Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Ia juga pernah menjadi jurnalis Harian Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan Pendidikan Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma'had 'Aly) Husnayain Jakarta. Ia menulis banyak buku, dengan sebagian besar karyanya merupakan kritik terhadap anggapan kebangkitan gerakan Islam liberal, khususnya di Indonesia. Bukunya Pluralisme Agama: Haram menantang kritik liberal dan progresif terhadap fatwa oleh Majelis Ulama Indonesia tahun 2005 yang menargetkan pluralisme agama. Dalam tulisannya, ia menganggap pluralisme agama sebagai ideologi yang menganggap semua agama itu benar, sehingga merongrong legitimasi Islam.[2] Bukunya Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi terpilih sebagai buku terbaik ke-2 Islamic Book Fair Jakarta tahun 2007. Pada forum yang sama setahun sebelumnya, bukunya berjudul Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal menjadi buku non-fiksi terbaik. Aktivitas saat ini
Pengalaman Aktivitas dan Organisasi
Karya tulis
Referensi
|