Abundjani
Letnan Kolonel Inf. (Purn.) Abundjani (lahir di Batang Asai, Sarolangun-Bangko, Keresidenan Jambi, 24 Oktober 1918 – meninggal di Jakarta, 1980) adalah tokoh militer dan pejuang kemerdekaan Indonesia.[1] Peran penting kepemimpinan Abundjani adalah memindahkan pusat pemerintahan dan pertahanan militer saat serangan Belanda pada 29 desember 1948 di Jambi. Dalam menunjang perjuangan dimasanya, Abundjani membentuk badan keuangan perjuangan yang memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10% keuntungan untuk membantu perjuangan pemerintah pusat, sewa-beli pesawat catalina RI-005[2][3][4] Kehidupan awalAbundjani adalah anak seorang Demang yang berkedudukan di Rantau Panjang, Batang Asai yang bernama Demang Makalam. Makalam keturunan Pondok Tinggi, Kerinci, sedangkan ibunya bernama Siti Umbuk berasal dari Desa Sekeladi. Abundjani merupakan anak keempat dari 5 bersaudara dengan urutan yakni Siti Rodiah, M. Kamil, Siti Raimin, dan adiknya M. Sayuti. Karena kedudukan ayahnya, Abundjani kecil berkesempatan untuk mencicipi bangku sekolah formal. Pada usia 8 tahun Abundjani bersama kakaknya, Kamil, dikirim ke Jambi untuk bersekolah di bawah asuhan Ali Sudin, keponakan Makalam, yang saat itu pada tahun 1926 telah bekerja sebagai juru tulis (klerek) di kantor kontrolir Jambi. Dengan beberapa pertimbangan, Makalam menitipkan kedua anaknya pada temannya berkebangsaan Belanda yang bekerja di Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Oleh karena itu tidak mengherankan apabila Kamil dan Abundjani mahir berbahasa Belanda. Secara berturut-turut, tahun 1931 Abundjani berhasil menamatkan pendidikan di Hollandsc-Inlandsche School (HIS) selama 7 tahun dan tahun 1934 menamatkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bandung. Pada tahun 1940, Ia mengikuti pendidikan di Middelbare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaar (MOSCVIA) di Bandung, tetapi tidak tamat karena berlangsungnya pendudukan Jepang. Abundjani kemudian diangkat sebagai asisten Ki Imuratyo. Pendidikan Militer ini kemudian diteruskan ke Akademi Militer Giyugun di Pagaralam, Lahat dengan pangkat tamatan Letnan Dua (Shoi). Alumni pendidikan Angkatan Darat (Kanbu Kyoyiku tai) Jepang ini merupakan cikal bakal Tentara Nasional di masing-masing daerahnya. Abundjani sebagai Sudantyo Giyugun dari tahun 1942-1945 yang mempunyai kemampuan bahasa Belanda, Inggris, Jepang sangat berguna dalam kiprahnya di dunia bisnis selepas menanggalkan karier militernya. Karier militerKarier militer Abundjani dimulai pasca kemerdekaan. Pada 22 Agustus 1945 Abunjani merintis terbentuknya Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang merupakan bagian dari BKR (Badan Keamanan Rakyat). BKR nantinya menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selanjutnya Abundjani diangkat sebagai komandan BKR daerah Jambi dengan jabatan Kolonel. Hingga tahun 1949, jabatan Kolonel Abundjani adalah komandan Kodam Garuda Putih Jambi. Adanya kebijakan rasionalisasi di kalangan TNI, pangkat Kolonel Abundjani diturunkan menjadi Letnan Kolonel. Walau pun demikian, Letnan Kolonel Abundjani tetap di militer dengan jabatan rangkap sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatera Selatan khusus daerah Jambi, juga sebagai Komandan STD sampai pertengahan Januari 1950. Terhitung Februari 1950 Letnan Kolonel Abundjani mengundurkan diri dari TNI beralih profesi menjadi seorang pengusaha di Jambi dan Jakarta. PerjuanganSalah satu peran Abundjani dalam menunjang perjuangan di masanya adalah membentuk Badan Keuangan Perjuangan yang memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10% keuntungan untuk perjuangan. Usaha tersebut selain dapat membantu perjuangan Pemerintah Pusat, sewa-beli Pesawat Catalina RI-005 sebagai pesawat penghubung ke Sumatera Barat mau pun Yogyakarta dalam jaringan pemerintahan, juga memasok perlengkapan dan perbekalan pasukan dengan sistem barter komoditi lada, vanili, karet, dan lain-lain. Kemudian peran kepemimpinan Letnan Kolonel Abundjadi adalah memindahkan pusat pemerintahan dan pertahanan militer saat serangan Belanda pada 29 Desember 1948. PenghargaanNama besar Abundjani dijadikan nama jalan di Kota Jambi, dan di beberapa kota lain. Di Bangko, Merangin namanya dijadikan nama Rumah Sakit Umum, karena memang beliau lahir di Batang Asai yang dulunya merupakan bagian Kabupaten Sarolangun-Bangko. Referensi
Pranala luar
|