Abu Rafi'

Abu Rafi' adalah sahabat Nabi Muhammad sekaligus menjadi pelayan/khadim-nya. Terdapat dua pendapat paling masyhur di kalangan ulama ahli siyar (sejarah) mengenai nama aslinya, yang pertama adalah Aslam,[1] sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwasanya nama asli sahabat ini adalah Ibrahim,[2] namun beliau lebih dikenal dengan kunyahnya yaitu Abu Rafi'. Abu Rafi' berasal dari daerah Mesir bersuku Koptik, tempat sebelumnya ia menjadi hamba sahaya dari 'Abbas bin Abdul Mutthalib, yang kemudian dibebaskan oleh Rasulullah karena saking senangnya atas keislaman 'Abbas.[3]

Biografi

Sahabat Abu Rafi' masuk islam sebelum peristiwa Pertempuran Badar tahun ke-2 Hijriyyah namun Ia tidak ikut serta di dalamnya, karena beliau ketika itu berada di Makkah sembari menyembunyikan keislamannya. Kisahnya bertemu dengan Abu Lahab yang mendengar berita kekalahan kaum musyrikin dalam perang badar sudah sangat terkenal. Beliau kemudian ikut serta dalam Pertempuran Uhud dan berbagai pertempuran setelahnya, termasuk perjuangan dalam membebaskan dan menaklukkan Mesir. Beliau juga dikenal memiliki tingkat keilmuan yang cukup dan berbagai keutamaan. Abu Rafi' dinikahkan oleh Nabi dengan pelayan perempuan beliau yang bernama Salma dan melahirkan anak yang bernama Ubaidullah bin Abi Rafi' yang nantinya akan menjadi salah satu sekretaris pribadi Ali bin Abi Thalib semasa menjadi khalifah.[4]

Periwayatan hadis

Beliau meriwayatkan berbagai hadits dari Rasulullah langung, dari sahabat lain seperti Ibnu Mas'ud. Sedangkan perawi yang mengambil riwayat dari beliau antara lain anak dan keturunannya seperti Ubaidullah bin Ali bin Abi Rafi, Ali bin Husain, Ibnu 'Abbas dan lain-lain. Kurang lebih jumlah hadits yang beliau riwayatkan adalah 68 hadits.[5] Diantara hadits yang beliau riwayatkan menerangkan bahwa memakan makanan yang sudah dimasak seperti daging tidak membatalkan wudhu[6] dan kisah keislaman paman Nabi Abbas bin Abdul Mutthalib[7][8] serta anjuran dalam membasuh anggota wudhu tiga kali.[9]

Wafat

Beliau wafat pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib sekitaran tahun 35-40 Hijriyyah.[10]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ pendapat ini disampaikan oleh Ali bin Al-Madini, Ibnu Sa'ad, al-Bukhari, Abu Hatim Ar-Razi, dan Ibnu 'Abdil Barr yang kemudian dibenarkan oleh Ibnu Hibban.
  2. ^ Dinyatakan oleh Ibnu Ma'in, Ibnu Mundah, at-Thabrani, Abu Nu'aim, dan dibenarkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya "At-Taqrib".
  3. ^ Ibnu Qani al-Baghdadi. Mu'jam as-Shahabah jilid II. Beirut: darul fikr al-islamiy. hlm. 424. 
  4. ^ Ibnu Sa'ad. At-Thabaqat al-Kabiir jilid IV. hlm. 73. 
  5. ^ Baqi bin Makhlad dalam mukaddimah kitabnya hal.84
  6. ^ At-Thabrani. Al-Kabiir jilid I. hlm. 304 no. 966. 
  7. ^ Ibnu 'Asakir. Tarikh Dimasyqa. 
  8. ^ As-Suyuthi. Jami al-Ahadits li al-Masanid jilid V. hlm. 329 no.9795. 
  9. ^ At-Thabrani. Al-Kabiir jilid I. hlm. 296 no. 937. 
  10. ^ Ibnu Hajar. Al-Ishabah fi Tamyiz as-Shahabah jilid I. hlm. 12. 
Kembali kehalaman sebelumnya