2,8 cm sPzB 41
2.8 cm schwere Panzerbüchse 41 (sPzB 41) atau "Panzerbüchse 41" adalah sebuah senjata anti-tank Jerman yang menggunakan prinsip laras menyempit. Secara resmi diklasifikasikan sebagai senjata anti-tank berat , akan lebih tepat disebut, dan secara luas dianggap sebagai meriam anti-tank ringan.[2] DeskripsiMeski meriam sPzB 41 diklasifikasikan sebagai senapan antitank berat, strukturnya justru lebih mirip dengan sebuah meriam antitank. Seperti meriam antitank pada umumnya, sPzB memiliki mekanisme tolak balik, kereta pembawa, dan pelindung. Sedangkan hal yang membuatnya mirip dengan senapan antitank lain adalah tidak adanya mekanisme elevasi dan putaran—laras yang ringan dapat dibongkar secara manual dengan mudah. Desain meriam ini adalah berdasarkan laras meriam yang menyempit, dengan kaliber berkurang dari 28 mm pada kamar tembak menjadi 20 mm pada moncong laras. Skema laras yang demikian menghasilkan kecepatan luncur peluru hingga 1.400 m/s. Larasnya dipasangi dengan muzzle brake. Blok breech geser horisontalnya memiliki mekanisme "seperempat-otomatis": yang berarti menutup secara otomatis ketika sebuah peluru dimuat. Meriam ini dilengkapi dengan sebuah pisir pembidik hingga jarak 500 m; sebuah teropong optik, (ZF 1х11 dari meriam 3.7 cm Pak 36), juga dapat dipasang. Sistem tolak baliknya terdiri atas penahan tolak balik hidrolik dan penukar panas berbasis pegas. Kereta pembawanya berjenis kaki-belah dengan suspensi. Roda dengan ban karet bisa dilepas, membuat siluet meriam lebih rendah secara signifikan dan karena itu lebih mudah untuk disembunyikan; proses ini memakan waktu 30-40 detik. Rancangan meriam yang modular memungkinkan pemisahan menjadi lima bagian, dengan yang terberat berbobot 62 kg. Sejarah pengembangan dan produksiPrinsip laras kerucut dipatenkan pertama kali pada 1903 oleh seorang perancang dari Jerman, Karl Puff. Pada 1920-an dan 1930-an, insinyur Jerman lain, Gerlich, melaksanakan eksperimen dengan laras kerucut yang menghasilkan sebuah senapan antitank eksperimental 7 mm dengan kecepatan luncur peluru 1,800 m/s. Berdasarkan prinsip tersebut, Mauser-Werke AG mengembangkan sebuah senjata antitank 28/20 mm antitank yang muanya dinamakan Gerät 231 atau MK.8202 pada 1939–1940. Pada Juni–Juli 1940, 94 pucuk (sumber lain menyebutkan 30) diserahkan pada Angkatan Darat untuk diujicoba. Pengujian tersebut menghasilkan beberapa modifikasi dan pada 1941 produksi massal meriam 2.8 cm schwere Panzerbüchse 41 dimulai. Satu pucuk memakan biaya 4,520 Reichsmarks (sebagai perbandingan, satu meriam 5 cm Pak 38 memakan biaya 10,600 Reichsmarks). Meriam terakhir diproduksi pada 1943; alasan utama penghentiannya adalah langkanya tungsten untuk bahan peluru.
Organsasi dan pengerahanMeriam sPzB 41 digunakan oleh beberapa divisi motoris dan unit infanteri Jäger, Gebirgsjäger (gunung) dan Fallschirmjäger (penerjun payung). Beberapa meriam disalurkan pada unit antitank dan penggali parit.[4] Senjata itu digunakan di Front Timur sejak awal pertempuran (Wehrmacht memiliki 183 pucuk pada 1 Juni 1939), hingga akhir perang, dan juga terlibat pertempuran dalam Kampanye Afrika Utara dan di Front Barat pada 1944-45. Varian
Dudukan swa-gerakMeriam sPzB 41 juga dipasang pada beberapa kendaraan, seperti mobil, half-track dan mobil lapis baja:
PenggunaanMeriam laras menyempit hanya digunakan secara terbatas dalam Perang Dunia II. Pembuatan senjata seperti ini mustahil tanpa teknologi canggih dan standar produksi yang tinggi. Selain Jerman, negara yang mampu memproduksi massal hanyalah Inggris, dengan Littlejohn adaptor yang, meskipun bukan merupakan meriam, namun menggunakan prinsip yang sama. Upaya oleh biro desain Soviet yang dipimpin oleh V. G. Grabin pada tahun 1940, gagal karena masalah teknologi. Di AS, laporan tentang sPzB 41 menginspirasi serangkaian percobaan dengan laras 28/20 dan adaptor laras menyempit untuk meriam 37 mm M3; pekerjaan dimulai pada bulan September 1941 dan terus berlanjut sepanjang perang, tanpa hasil yang praktis.[6] Meriam sPzB 41 mengombinasikan performa antitank pada jarak yang pendek (contohnya, setidaknya satu tembakan berhasil menembus pelat baja depan tank berat IS-1[7]) dan kecepatan tembak yang tinggi menggunakan desain yang kecil, ringan (untuk meriam antitank), dan konstruksi modular. Tetapi, juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
AmunisiTerdapat dua jenis peluru untuk meriam sPzB 41: peluru penembus perisai 2.8 cm Pzgr.41 dan peluru fragmentasi 2.8 cm Sprg.41. Peluru Pzgr.41 memiliki inti tungsten karbida, selimut baja dan moncong balistik paduan logam magnesium alloy. Intinya memiliki panjang 40 mm dan diameter 10,9 mm dan mengandung sekitar 9,1% tungsten.
Catatan
Referensi
Pranala luar
|