1 Samuel 15:31–35 = Samuel membunuh Agag, raja Amalek, dan berpisah dengan Saul
Ayat 1
Berkatalah Samuel kepada Saul: "Aku telah diutus oleh TUHAN untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN." (TB)[5]
Ayat 2
Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. (TB)[6]
Suku Amalek (yaitu, keturunan Amalek, cucu Esau) menjadi suku pertama yang menentang Allah dan bangsa Israel di padang gurun (Keluaran 17:8–13). Mereka melambangkan kuasa kejahatan dan perlawanan kepada Allah, umat-Nya, dan kebenaran-Nya. Tanggung jawab Saul ialah memusnahkan bangsa Amalek dan cara hidup mereka yang jahat (1 Samuel 15:3). Di bawah kedok semangat religius, Saul menolak untuk sepenuhnya menuruti perintah Allah mengenai bangsa Amalek sehingga kemudian ia ditolak sebagai raja oleh Allah (1 Samuel 15:18–23).[7]
Ayat 6
Berkatalah Saul kepada orang Keni: "Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?" Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek. (TB)[8]
Ayat 22
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan." (TB)[9]
"Mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan": "mendengarkan" dapat bermakna "menaati" (NIV bahasa Inggris). Menaati Firman Allah dengan segenap hati adalah lebih baik daripada suatu bentuk penyembahan, pelayanan atau pengorbanan pribadi yang lahiriah. Dosa Saul ialah menempatkan pemahamannya sendiri tentang apa yang benar di atas penyataan alkitabiah; dosa ini akan menjadi titik pusat dari kemurtadan terakhir yang dinubuatkan untuk masa sebelum Yesus datang kembali (Matius 24:11,24; 2 Tesalonika 2:9–12; 2 Timotius 4:3–4; bandingkan 2 Petrus 2:1–22). Penyembahan, doa, puji-pujian, karunia-karunia rohani, dan pelayanan kepada Allah tidak berharga dalam pandangan-Nya jikalau tidak disertai ketaatan tegas kepada Allah dan standar kebenaran-Nya (bandingkan Yesaya 58:2; 59:2; 1 Korintus 13:1–13).[7]
Ayat 23
[Jawab Samuel kepada Saul:] "Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja." (TB)[10]
"Dosa bertenung": artinya berusaha untuk memanipulasi peristiwa, orang, atau masa depan dengan mempergunakan roh-roh orang yang sudah mati (bandingkan Imamat 19:26; Ulangan 18:9–12). Pemberontakan terhadap Firman Allah adalah sama dengan dosa ini karena keduanya mencakup penolakan ke-Tuhanan Allah dan suatu usaha untuk menentukan kesudahan hal-hal dengan cara yang tidak selaras dengan cara Allah. Selanjutnya, kedua dosa itu mengeluarkan si pelanggar dari perlindungan Allah dan meletakkannya di bawah kuasa Iblis dan roh-roh jahat yang membinasakan (bandingkan 1 Samuel 16:14; 18:10; 19:9).[7]
"Ia telah menolak engkau sebagai raja": Pencabutan hak Saul sebagai raja dan kemudian juga penolakan keturunannya tidak berarti bahwa Allah menolak Saul secara pribadi untuk selamanya. Sekalipun kedudukan Saul sebagai raja tidak pernah akan dipulihkan, ia masih dapat diampuni dan menikmati hubungan yang menyelamatkan dengan Allah melalui pertobatan yang sungguh-sungguh dan dengan hidup bagi Tuhan (1 Samuel 15:24–25,31). Prinsip yang sama berlaku pada zaman Perjanjian Baru: jika seorang pemimpin rohani dapat gagal secara moral, dan oleh karena itu ditolak selama-lamanya oleh Allah dari kedudukan rohani, namun tetap terbuka untuk menerima pengampunan, keselamatan, dan persekutuan yang sempurna dengan Allah.[7]
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
^Kitab 1 Samuel disebut "1 Raja-raja" dalam Alkitab kuno versi bahasa Latin, Vulgata, di mana "3 Raja-raja" adalah Kitab 1 Raja-raja dalam Alkitab bahasa Indonesia.
^Quedlinburg Itala adalah suatu naskah Alkitab bergambar kuno dari abad ke-4/ke-5, naskah bergambar tertua dalam bahasa Latin yang masih terlestarikan, meskipun dalam bentuk terfragmentasi.