Śarīra
Śarīra (शरीर) adalah istilah umum untuk “relik Buddha”, meski penggunaannya secara umum sering mengacu pada benda-benda yang mirip mutiara atau biji kristal yang biasanya ditemukan di antara abu kremasi para guru spiritual agama Buddha. Sarira dipercaya mampu memancarkan atau memberikan ‘pemberkatan’ dan ‘kemuliaan’ (bahasa Sanskerta: adhishthana) di dalam aliran pikiran dan pengalaman mereka yang terhubung dengannya.[1] Dalam tradisi Himalaya, Sarira juga dianggap sebagai sebuah benda yang mampu menghalau kekuatan jahat. TerminologiIstilah sarira atau “sharira” (शरीर) berasal dari istilah Sanskerta. Pada awalnya ia berarti “tubuh”, tetapi saat digunakan dalam naskah-naskah Buddhis berbahasa Sanskerta, ia berubah artinya menjadi relik, dan selalu digunakan dalam bentuk jamak: śarīrāḥ. Istilah “ringsel” di sisi lain berasal dari bahasa Tibet. Kedua istilah ini cukup ambigu pemakaiannya dalam Bahasa Inggris, umumnya digunakan sebagai sinonim, meski menurut beberapa interpretasi, ringsel adalah bagian dari sarira. Sarira (舍利) dapat mengacu pada hal-hal berikut:
Ringsel kadang diterjemahkan sebagai “kuil” (contoh: relik kuil hati mengacu pada ringsel yang menurut dugaan terbentuk dari hati seseorang.) Namun hal ini cukup aneh saat istilah “kuil” digunakan untuk menggambarkan konsep kuil dalam agama Buddha. Bagi para pemeluk agama Buddha, kuil adalah apa saja yang sengaja didirikan untuk mengingatkan kita akan sesuatu yang sebenarnya tidak berwujud. Ringsel, yang fungsi utamanya adalah sebagai simbol kenang-kenangan, di sini fungsinya sama dengan kuil. Demikianlah acuan antara Ringsel dengan Kuil. Film dokumentasiRelik mutiara didokumentasikan dalam sebuah film pada tahun 2008, Unmistaken Child, yang menceritakan kremasi abu Geshe Lama Konchog. Dalam bahasa JawaBahasa Jawa memiliki pengaruh yang kuat dengan tradisi Hindu dan bahasa liturgi Sanskerta. Śarīra juga digunakan dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi), untuk mengartikan kata 'manusia' atau 'tubuh manusia'. Kata ini juga mempengaruhi bahasa Jawa modern dalam kata "slira" untuk arti yang sama. "Sliramu" (yang artinya 'tubuhmu') dan "sliraku" (yang artinya 'tubuhku') digunakan dalam puisi atau lagu untuk menyatakan "kamu" dan "aku". Kata ini tidak digunakan secara luas namun digunakan dalam pembacaan lisan dan konteks menulis. Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|