Yamim NoraimYamim Noraim (bahasa Ibrani: ימים נוראים) atau Hari-Hari Dahsyat adalah hari-hari besar utama agama Yahudi. Dalam arti sempit, hari-hari besar tersebut adalah Hari Raya Ros Hasanah (Tahun Baru Yahudi) dan Hari Raya Yom Kipur (Hari Pendamaian), tetapi dalam arti luas juga mencakup jangka waktu sepuluh hari mulai dari Ros Hasanah sampai Yom Kipur, yang disebut "Aseret Yemei Tesyuvah" (Sepuluh Hari Tobat). Dalam arti yang lebih luas lagi, Hari-Hari Dahsyat mencakup jangka waktu 40 hari di dalam penanggalan Yahudi mulai dari Ros Khodes Elul (hari pertama bulan Elul) sampai Yom Kipur, yakni 40 hari pertobatan yang melambangkan empat puluh hari Musa berkhalwat di Gunung Sinai sebelum membawa turun kedua Loh Batu pengganti. EtimologiIstilah Yamim Noraim tidak tercantum di dalam Alkitab maupun Talmud. Profesor Ismar Elbogen, penulis buku "Jewish Liturgy in its Historical Development", mengemukakan bahwa istilah ini baru muncul pada Abad Pertengahan, dan mencerminkan perubahan suasana Ros Hasanah yang penuh sukacita menjadi dukacita lantaran persekusi.[1] Sepuluh hari menjelang Ros HasanahElul, bulan menjelang Ros Hasanah di dalam penanggalan Yahudi, ditetapkan sebagai bulan untuk mawas diri dan bertobat. Dalam rangka menyambut Tahun Baru, umat Yahudi mendaraskan doa-doa khusus. Ayat-ayat Mazmur 27 didaraskan pada akhir sembahyang pagi dan sembahyang malam, dan syofar (sangkakala tanduk domba) ditiup seusai sembahyang pagi berjemaah pada hari-hari selain Sabat (kecuali sehari sebelum Ros Hasanah). Umat Yahudi Sefardi mendaraskan selikhot saat fajar pada hari-hari selain Sabat sepanjang bulan Elul. Banyak di antara mereka yang juga mengkhatamkan bacaan Kitab Mazmur sebanyak dua kali pada bulan tersebut. Sudah menjadi kebiasaan bagi umat Yahudi untuk lebih giat ber-tsedakah (bersedekah) dan saling bermaaf-maafan sepanjang bulan Elul. Pada tengah malam hari Sabtu (dini hari Minggu) menjelang Ros Hasanah (atau sepekan sebelumnya, jika Ros Hasanah jatuh pada hari Senin atau Selasa), umat Yahudi Askenasi mulai mendaraskan selikhot. Meskipun demikian, pada hari-hari berikutnya, umumnya mereka mendaraskan selikhot sebelum mendirikan sembahyang pagi biasa. Pada malam Ros Hasanah, umat mendaraskan doa-doa tambahan, dan banyak yang berpuasa sampai tengah hari. Ros HasanahRos Hasanah adalah hari Tahun Baru Yahudi, yang dirayakan pada hari pertama dan kedua bulan Tisyri (September/Oktober). Misnah, susastra inti di dalam khazanah Taurat Lisan, menetapkan hari tersebut sebagai hari pertama dalam perhitungan tahun takwim, tahun Sabat, dan tahun Yobel. Kumpulan sastra Rabani menyifatkan hari tersebut sebagai hari penghakiman. Allah kadang-kadang disebut sebagai "Yang Lanjut Usianya." Beberapa pustaka di antara kumpulan karya sastra tersebut menggambarkan Allah bersemayam di atas sebuah singgasana, dan kitab-kitab berisi segala amal perbuatan umat manusia dibentangkan di hadapan-Nya. Sembahyang-sembahyang berjemaahnya lebih panjang daripada sembahyang-sembahyang berjemaah pada hari Sabat maupun hari-hari besar agama Yahudi lainnya, dan dirangkaikan (pada hari-hari selain Sabat) dengan amalan meniup Syofar. Pada petang hari pertama (atau hari kedua, jika hari pertama adalah hari Sabat), umat Yahudi melaksanakan upacara tasylikh, yakni upacara "buang dosa" ke perairan di alam terbuka, misalnya sungai, laut, atau danau. Sepuluh Hari Tobat"Sepuluh Hari Tobat" atau "Sepuluh Hari Dahsyat" mencakup Ros Hasanah, Yom Kipur, dan hari-hari yang mengantarai kedua hari besar tersebut. Dalam rentang waktu sepuluh hari tersebut, umat Yahudi mesti merenungkan makna pokok hari-hari besar tersebut dan meminta maaf dari sesama atas kesalahan-kesalahan yang sudah mereka perbuat.[2] Sepuluh Hari Tobat juga mencakup hari puasa Gedalya yang jatuh pada hari ketiga bulan Tisyri, dan hari Sabat Syuvah, yakni hari Sabat yang jatuh di antara Ros Hasanah dan Yom Kipur. Hari Sabat ini[3] memiliki haftarah khusus yang diawali kalimat Syuvah Yisrael (berbaliklah wahai Israel), oleh karena itu dinamakan "Sabat Syuvah." Sesuai tradisi, pada hari Sabat Syuvah, rabi menyampaikan khotbah yang panjang.[2][4] Umat Yahudi percaya bahwa putusan penghakiman atas diri setiap orang dijatuhkan pada hari Ros Hasanah, tetapi baru bersifat mutlak pada hari Yom Kippur. Oleh karena itu jangka waktu sepuluh hari tersebut merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri.[2] Yom KipurYom Kipur disebut "Yom Hakipurim" di dalam Alkitab Ibrani, artinya "Hari Pendamaian". Hari ke-9 bulan Tisyri di dalam penanggalan Ibrani disebut Erev Yom Kipur (malam Yom Kipur). Yom Kipur mulai dirayakan menjelang matahari terbenam pada hari ke-9 dan berakhir sesudah matahari terbenam pada hari ke-10 bulan itu, atau kira-kira selama 25 jam.[5] Umat Yahudi yang taat akan berpuasa sepanjang perayaan Yom Kipur. Banyak di antara mereka yang hampir seharian beribadat di sinagoga. Ada lima kali sembahyang berjemaah yang dilaksanakan sepanjang peringatan Yom Kippur, yakni satu kali sembahyang malam (kadang-kadang disebut "Kol Nidre", menurut nama salah satu doa utama yang didaraskan) dan empat kali sembahyang pada siang hari.[5] Hosyana RabaAda keyakinan di dalam Kabalah bahwa sekalipun menjadi mutlak pada hari Yom Kipur, putusan penghakiman atas diri tiap-tiap orang baru tercatat pada hari ke-7 perayaan Sukot, yang disebut "Hosyana Raba". Sembahyang berjemaah pada hari Hosyana Raba memiliki beberapa unsur yang mengingatkan orang kepada Yamim Noraim, dan dianggap sebagai kesempatan terakhir untuk bertobat dari dosa-dosa yang mungkin terlupakan pada hari Yom Kipur. Umat Yahudi membuat berkas-berkas ranting gandarusa sebagai lambang dosa-dosa mereka, kemudian menghempaskan berkas-berkas tersebut ke lantai sembari mendaraskan doa khusus kepada Allah, mohon ampunan atas dosa-dosa yang mungkin mereka lupakan pada hari Yom Kipur. Karcis Yamim NoraimHampir sepanjang tahun, sembahyang berjemaah boleh diikuti semua umat Yahudi tanpa pandang aliran. Orang yang ingin ikut sembahyang tidak perlu membayar iuran keanggotaan jemaat maupun pungutan-pungutan lain. Meskipun demikian, jumlah umat yang ikut sembahyang berjemaah biasanya membludak pada Yamim Noraim, bahkan sampai membuat sinagoga-sinagoga penuh dan sesak.[6] Karena alasan inilah banyak sinagoga mencetak karcis masuk, dan banyak sinagoga yang menjual karcis masuk tersebut. Pelaksanaannya berbeda-beda dari satu sinagoga ke sinagoga lain. Ada sinagoga yang menggratiskan karcis masuk bagi anggota-anggota jemaatnya yang notabene sudah dikenai iuran keanggotaan, tetapi ada pula yang menjualnya kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Sinagoga-sinagoga tidak pernah mengedarkan piring kolekte dalam ibadat-ibadat hari besar seperti yang dilakukan di gereja-gereja, karena umat Yahudi dilarang menyentuh uang pada hari Sabat maupun hari-hari besar lainnya seperti Ros Hasanah dan Yom Kipur. Beberapa sinagoga di Amerika Serikat sering kali menghimpun donasi dalam sembahyang Kol Nidre, yang disebut "Ujud Kol Nidre", seringkali lewat selembar kartu berisi daftar jumlah donasi yang dapat dilipat untuk menunjukkan angka yang hendak disumbangkan.[7] Beberapa rumah ibadat menyediakan kartu berisi daftar jumlah donasi, beserta penjepit kertas yang dapat disematkan pada kartu tersebut untuk menunjukkan jumlah donasi yang ingin mereka sumbangkan. Baik kartu lipat maupun kartu dengan penjepit kertas dimasukkan ke dalam amplop bertuliskan nama anggota jemaat berikut data kontak lainnya, dan diserahkan kepada yang bersangkutan seusai perayaan Yamim Noraim. Para rabi dan pihak-pihak lain yang mewakili rumah-rumah ibadat Yahudi mengatakan bahwa penjualan karcis masuk pada hari-hari raya merupakan sumber pendapatan yang signifikan.[8] Lihat pulaRujukan
Pranala luar
|