Yagyū Jūbei MitsuyoshiYagyū Jūbei Mitsuyoshi (柳生 十兵衞 三厳 , Yagyū Jūbee Mitsuyoshi, 1607 – 21 April 1650) adalah salah satu dari para samurai pada era feodal Jepang yang paling terkenal dan paling paling sering dijadikan karya roman. KehidupanSangat sedikit yang diketahui tentang kehidupan Yagyū Mitsuyoshi sebenarnya karena catatan resmi atas hidupnya adalah sangat langka. Yagyū Jūbei Mitsuyoshi (terlahir dengan nama "Shichirō") tumbuh di tanah warisan keluarganya, Yagyū no Sato, saat ini berada di wilayah Nara. Ia adalah anak dari Yagyū Tajima no Kami Munenori, pendekar pedang pakar yang mengabdi pada para shōgun Tokugawa, terutama Ieyasu dan Tokugawa Iemitsu, yang menganggap Munenori sebagai salah satu penasihat terdekatnya. Munenori berjuang untuk shōgun Tokugawa pertama, Tokugawa Ieyasu, di Pertempuran Sekigahara, dan meluaskan wilayah milik shōgun tersebut. Untuk pengabdiannya, Munenori diangkat menjadi instruktur pedang shōgun sekaligus daimyō (provincial ruler) kecil, melalui meluaskan tanah kediaman keluarganya menjadi 10,000 koku. Meskipun tidak ditunjuk sebagai ahli waris ayahnya sebagai kepala dojo aliran pedang Yagyū (yang membuatnya jauh dari gelar pendekar pedang tanpa saingan di bawah langit), ia menerima jabatan tersebut karena pentingnya jabatan tersebut di dunia perpolitikan Jepang dan intrik kehidupan istana, dalam kedua hal ini Munenori lebih berbakat dibandingkan anggota klan Yagyu lainnya. Munenori kemudian akan melatih tiga generasi Shogun secara berturut-turut, yaitu: Ieyasu, Hidetada, dan Iemitsu. Pada tahun 1616, Mitsuyoshi menjadi pelayan di istana Shogun Tokugawa kedua, Tokugawa Hidetada dan menjadi pelatih pedang untuk Shogun Tokugawa ketiga, Tokugawa Iemitsu, sesekali mengisi tugas ayahnya. Catatan tentang Yagyū Jūbei Mitsuyoshi, kemudian tidak muncul lagi sampai dengan tahun 1631, ketika Jūbei, yang pada saat itu dianggap sebagai pendekar pedang terbaik klan Yagyū, diberhentikan oleh Shōgun tanpa sebab yang jelas, bisa jadi karena kenekatan dan kelancangan Jūbei, atau karena keputusannya untuk memulai Petualangan Pendekar (武者修行, Musha Shugyō). Keberadaan Jubei tidak diketahui sepanjang dua belas tahun kemudian—bahkan catatan rahasia klan Yagyu, yang mengandung catatan-catatan lengkap atas anggota-anggota lainnya, hanya memberi sedikit keterangan pasti tentang Jūbei—sampai Yagyū Jūbei muncul kembali pada usia 35 di sebuah pertunjukan ilmu pedang di depan Shōgun. Setelah ekshibisi ini, Jūbei diangkat kembali dan melayani Shogun sebentar sebagai penyelidik pemerintah (御所印判, Gosho Inban). Ia mengambil alih kepemimpinan tanah milik ayahnya sampai Yagyū Tajima no Kami Munenorimeninggal pada tahun 1646. Jūbei juga menulis satu risalah yang dikenal dengan nama Tsuki no Shō (月之抄) atau Seni Melihat Bulan yang menguraikan aliran seni pedangnya serta pengajaran yang dipengaruhi biksu Takuan Sōhō yang merupakan teman ayahnya. Dalam karya ini, ia sepintas memberikan petunjuk mengenai keberadaannya dan apa saja yang dilakukannya selama ia menghilang dari Istana Edo sejak tahun 1631 sampai tahun 1643 – yaitu berkeliling di pedesaan dan menyempurnakan keahliannya. KematianSetelah tinggal di Edo selama beberapa tahun setelah kematian ayahnya, Jūbei meninggalkan jabatan pemerintahannya dan kembali ke kampung halamannya di mana ia kemudian meninggal pada awal tahun 1650 oleh sebab yang tidak jelas. Beberapa catatan menyebutkan ia meninggal karena serangan jantung; sedangkan lainnya mengatakan bahwa ia meninggal saat berburu dengan elang; beberapa mengatakan ia meninggal saat memancing ikan, ada juga yang mengatakan ia dibunuh oleh para pelayan Yagyū Tomonori, saudara tirinya. Jūbei dimakamkan di suatu desa kecil bernama Ohkawahara Mura dekat dengan tempat kelahirannya, tempat ini juga tempat pemakaman Tomonori. Mengikuti tradisi, Yagyū Jūbei dimakamkan di sebelah kakeknya, Yagyū Munetoshi. Ia meninggalkan dua anak perempuan serta seorang saudara dan ahli warisnya Yagyū Munefuyu. Jūbei mendapatkan nama pemberian anumerta penganut Buddha, Sohgo. Legenda penutup mataMenurut legend, Yagyū Jūbei hanya memiliki satu mata; kebanyakan legenda mengatakan bahwa satu matanya rusak ketika ia berlatih pedang bersama ayahnya, Yagyū Munenori, yang tidak sengaja memukulnya. Bagaimanapun juga, lukisan-lukisan dari masa Jubei's menggambarkan ia memiliki dua mata. Beberapa penulis masa kini memilih menggambarkan Jubei memiliki kedua matanya, walaupun penggambaran klasik dimana ia memakai penutup mata tetap lebih banyak dipakai. Beberapa penulis lain memilih untuk menggambarkan Jubei kehilangan satu matanya saat dewasa untuk menyesuaikan dengan legenda penutup mata. Penampilan FiksiKarena Yagyū Jūbei sering menghilang dan sedikitnya catatan mengenai keberadaannya, maka kehidupannya memunculkan banyak spekulasi dan ketertarikan dan telah menjadi sumber untuk karya roman fiksi populer.
[ sumber tidak bisa diandalkan?[ sumber tidak bisa diandalkan? Catatan
Referensi / SumberLihat juga
|