Władysław I Herman
Władysław I Herman (skt. tahun 1044[1] – 4 Juni 1102) merupakan seorang Adipati Polandia dari tahun 1079 sampai kematiannya. Ia adalah putra kedua Kazimierz I Odnowiciel dan istrinya Maria Dobroniega, putri Vladimir I, Pangeran Agung Kiev. BiografiSebagai putra kedua, Władysław tidak ditakdirkan untuk takhta. Namun karena ia melarikan diri dari Polandia kakandanya Bolesław II pada tahun 1079, ia dilantik sebagai Adipati Polandia. Terjadi perbedaan pendapat apabila Władysław memainkan peran aktif di dalam rencana untuk memecat saudaranya atau apakah ia menyerahkan kekuasaan hanya karena ia adalah orang yang paling tepat, yang berada di urutan berikutnya dengan tidak adanya raja dan putranya Mieszko Bolesławowic. Pada tahun 1080, di dalam rangka untuk meningkatkan hubungan di antara Polandia dan Bohemia, Władysław menikahi Judith, putri Adipati (dan Raja pertama dari tahun 1085) Vratislav II. Setelah ini, kebijakan luar negeri adipati condong terhadap Kekaisaran Romawi Suci. Władysław mengabaikan persekutuan dengan Hungaria yang disukai oleh saudaranya yang dipecat, ia bergabung sebagai anggota anti-kepausan. Ia juga kembali membayar upeti untuk Silesia kepada Bohemia. Dengan tambahan Kraków dan Cieszyn yang telah diserahkan ke Bohemia, Tanah Lubusz kalah kepada Jerman ketika Tanah Przemyśl di timur kalah kepada Halych-Rutenia. Władysław berupaya untuk memulihkan kembali kekuasaan atas Pommern, dan melalui berbagai ekspedisi sementara (1090-1091) dapat melakukan hal tersebut. Meskipun Władysław secara resmi adalah Dux dan Maharaja Polandia, di dalam kenyataan para bangsawan yang membuang saudaranya menggunakan kemenangan ini untuk memperkuat posisi mereka. Tidak heran kemudian bahwa di dalam waktu yang singkat Adipati dipaksa untuk menyerahkan pemerintahan kepada Pangeran Palatinus, (bahasa Polandia: wojewoda) seorang bangsawan yang bernama Sieciech. Administrasi Sieciech di kerajaan dirasakan negatif oleh para bangsawan yang tidak mendapat manfaat dari pergeseran kekuasaan. Kelahiran calon Bolesław III sepenuhnya mengganti situasi politik di Polandia. Mieszko Boleslawowic telah berusia 17 tahun pada saat itu dan oleh perjanjian sebelumnya yang dibuat setelah ia kembali, berada di garis pertama sebagai ahli waris. Pada tahun 1089 Mieszko meninggal secara misterius, kemungkinan diracuni atas perintah Sieciech dan istri Adipati Judith-Sophia. Tak lama kemudian, Zbigniew dikirim ke Jerman dan ditempatkan di Biara Quedlinburg. Dengan ide memaksa putra sulungnya untuk bersumpah suci, Władysław bermaksud untuk menyingkirkannya dari suksesi. Pada tahun 1090 Sieciech, dengan bantuan pasukan Polandia dibawah perintahnya, berhasil mengendalikan kekuasaan Pommern Gdansk, meskipun untuk waktu yang singkat. Kota-kota utama dikelola oleh pasukan Polandia, sisanya dibakar, untuk menggagalkan perlawanan pada masa mendatang. Namun beberapa bulan kemudian, suatu pemberontakan dari elit asli memimpin restorasi kebebasan wilayah Polandia. Secara bersamaan migrasi besar bangsa Yahudi dari Eropa Barat ke Polandia dimulai pada sekitar tahun 1096, sekitar waktu dari Perang Salib Pertama. Władysław, menarik minat bangsa Yahudi ke dalam wilayahnya, dan mengizinkan mereka untuk tinggal di seluruh negeri tanpa batas. Segera Zbigniew dan Bolesław memutuskan untuk menggabungkan pasukan dan meminta bahwa pemerintahan harus diserahkan kepada mereka. Władysław setuju untuk membagi kerajaan di antara saudara-saudaranya, masing-masing diberikan provinsinya dan ia menyimpan Mazovia dan ibu kotanya di Płock. Władysław juga menahan kendali kota yang terpenting seperti Wrocław, Krakow dan Sandomierz. Provinsi Zbigniew mencakup Polandia Besar termasuk Gniezno, Kuyavia, Łęczyca dan Sieradz. Wilayah Bolesław termasuk Polandia Kecil, Silesia dan Tanah Lubusz. Namun Sieciech khawatir dengan penurunan nyata kekuasaannya, memulai intrik terhadap saudara-saudaranya. Władysław memutuskan untuk mendukungnya melawan anak-anaknya sendiri. Ia dikalahkan, pada tahun 1101 dan setelah mediasi Uskup Agung Gniezno Marcin, Adipati terpaksa menyita properti Sieciech dan mengasingkannya. Władysław meninggal pada tanggal 4 Juni 1102, tanpa menyelesaikan masalah suksesi, meninggalkan anak-anaknya berjuang atas supremasi. Jenazahnya dimakamkan di Katedal Płock.[2][3][4][5] Gereja-gereja yang didirikan
Władysław mendirikan beberapa gereja di Polandia. Yang paling terkenal ia mendirikan Katedral Wawel dengan Arsitektur Romanesque dimana Menara Bel Perak masih berdiri disana. Ia juga sangat menyukai Santo Gilles (Polish: Idzi) kepada siapa ia mendirikan tidak lebih dari tiga gereja: di Kraków, Inowlodz dan Giebultow. Hal ini disebabkan atas kenyataan bahwa ketika istri pertamanya akhirnya hamil setelah enam tahun menikah tanpa adanya keturunan, Adipati tersebut mengirimkan hadiah-hadiah yang mewah kepada Ordo Santo Benediktus biara Saint-Gilles di negara Prancis bagian selatan, memohon untuk seorang anak yang sehat. Ketika seorang putra lahir, Wladyslaw mulai membangun gereja-gereja untuk menghormatinya. Menurut legenda, ia juga mendirikan sebuah gereja "di atas pasir" yang didedikasikan kepada Santa Perawan Maria, yang kemudian dipersembahkan kepada Karmelit. Masalah kesehatanMenurut Gall Anonim, Władysław telah lama menderita penyakit yang melemahkan kakinya. Legenda menyatakan bahwa pada tahun 1086 Władysław terjangkit penyakit cacar yang parah, dengan abses yang memenuhi hidung dan wajahnya. Konon Perawan Suci muncul di dalam mimpi adipati tersebut dan memimpinnya menemukan penyembuhan di area berpasir di luar kota. Begitu sembuh dari sakitnya, Władysław mendirikan sebuah Gereja Maria yang Suci "di atas pasir" di lokasi dimana ia menemukan peyembuhan itu. Pernikahan dan KeturunanSebelum Władysław mengambil gelar Adipati Polandia, kemungkinan selama tahun 1070, ia memiliki hubungan dengan seseroang yang bernama Przecława, yang asal usulnya tidak diketahui, meskipun beberapa sumber mencatat bahwa ia berasal dari Wangsa Prawdzik.[6] Statusnya juga menjadi kendala di antara para sejarawan: beberapa percaya bahwa ia hanya merupakan gundik Władysław dan yang lainnya menyatakan bahwa ia adalah istrinya, tetapi ikatan tersebut dilakukan dengan upacara pagan dan konsekuensinya tidak diakui oleh Gereja sebagai pernikahan yang sah. Pada tahun 1080, setahun setelah Władysław naik takhta Polandia, Przecława meninggal atau dibuang; diduga oleh beberapa sumber bahwa ia dipecat oleh Adipati tersebut, Przecława memakai cadar dengan nama Christina (bahasa Polandia: Krystyna) dan meninggal pada sekitar tahun 1092.[7] Hubungan ini membuahkan seorang putra, Zbigniew (lahir tahun 1070/73 - meninggal tahun 1112/14), yang dianggap anak haram. Tahun 1080 Władysław menikah pertama-tama dengan Judith (lahir tahun 1056 - meninggal 25 Desember 1086), putri Adipati (dan sejak tahun 1085 Raja) Vratislav II. Mereka memiliki seorang putra:
Pada tahun 1089 Władysław menikah untuk yang kedua kalinya dengan Judith (lahir 9 April 1054 - meninggal 14 Maret 1105), putri Heinrich III, Kaisar Romawi Suci dan janda Raja Salamon dari Hungaria. Mereka memiliki empat orang putri:
Lihat pulaReferensi
|