Virus Hendra, nama ilmiah Hendra henipavirus, merupakan virus yang dibawa oleh kelelawar yang menyebabkan infeksi mematikan pada kuda dan manusia. Beberapa wabah virus tersebut dilaporkan terjadi pada kuda-kuda di Australia. Virus Hendra termasuk dalam
genus Henipavirus, yang masih berkerabat dengan virus Nipah, yang juga pernah menyebabkan wabah penyakit di sejumlah negara.
Patologi
Virus Hendra terkadang disuntikan pada kalong sebagai tujuan eksperimen untuk pengembangan viraemia dan memnaburkan virus dalam urin, kotoran dan air liur hewan tersebut melalui proses selama kurang lebih satu minggu. Tetapi, tidak terdapat indikasi penyakit dalam tubuh mereka.[1] Gejala dari infeksi virus Hendra pada manusia kebanyakan berasal dari pernafasan, termasuk hemorrhage dan edema pada paru-paru, atau dalam beberapa kasus dapat menyebabkan viral meningitis. Sedangkan pada kuda, infeksi ini menyebabkan satu atau lebih oedema pulmonaris, dan gejala kongesti dan tanda-tanda neurologis.[2]
Ephrin B2 telah diidentifikasi menjadi reseptor utama untuk virus-virus dalam genus henipavirus.[3]
Penyebaran
Virus Hendra telah teridentifikasi bersarang dalam tubuh kalong dan menyebar melalui hewan tersebut. Selain itu, terdapat seroprevalensi sebesar 47% yang ditemukan dalam kalong, yang menandakan telah terjadi infeksi terhadap sejumplah populasi kelelawar dan hewan sejenis di seluruh penjuru Australia.[4] Infeksi Hendra pada kuda terjadi setelah kontak dengan cairan tubuh dari kalong yang sudah terinfeksi. Cairan tersebut biasanya dapat berupa urin, feses, atau buah yang dilumuri oleh air liur dari kalong yang tidak sengaja termakan, terhirup, dsb. oleh kuda. Sementara tujuh kasus manusia yang terinfeksi oleh virus tersebut, semuanya terjadi karena kontak dengan kuda yang sakit.
Pencegahan, deteksi, dan penanganan
Terdapat tiga cara yang digunakan untuk mengurangi resiko penularan pada manusia, yaitu:[5]
Vaksin untuk kuda.
Pada November 2012, sudah tersedia vaksin virus Hendra untuk kuda. Vaksin ini hanya akan diperuntukkan untuk kuda, karena, menurut ahli patologi hewan CSIRO Dr. Deborah Middleton, memutus siklus penularan dari kalong ke kuda dapat mengurangi kemungkinan penularan ke manusia, serta, "vaksin untuk manusia akan memakan waktu bertahun-tahun lagi."[6][7]
Per tanggal Desember 2014, sekitar 300.000 dosis telah diberikan kepada lebih dari 100.000 kuda. Terdapat laporan bahwa terjadi pembengkakan pada bagian yang disuntikkan vaksin pada sekitar 3 per 1000 dosis. Sementara itu, tidak ada kematian hewan yang dilaporkan terjadi.[11]
Pada bulan Agustus 2015, Otoritas Pestisida dan Obat Hewan Australia (APVMA) mendaftarkan vaksin tersebut pada vaksin yang boleh beredar. Dalam pernyataannya, badan pemerintah Australia merilis semua data tentang efek samping yang dilaporkan.[12] Kemudian pada Januari 2016, APVMA menyetujui penggunaannya pada kuda hamil.[13]
Tes kesehatan untuk membantu mendiagnosis penyakit pada kuda dengan cepat.
Meskipun penelitian tentang pendeteksian virus Hendra masih berlangsung, metode untuk mendapatkan hasil yang kemungkinan akurat telah ditemukan, yakni dengan konjungasi antibodi dengan partikel magnetik dan titik kuantum.[14][15]
Penanganan pasca-kontak untuk manusia
Virus Nipah dan virus Hendra memiliki kaitan paramiksovirus yang erat dan muncul dari kelelawar pada periode tahun 1990-an yang menyebabkan wabah mematikan pada manusia dan hewan peliharaan. Para peneliti Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) telah mengembangkan vaksin untuk virus Nipah dan Hendra berdasarkan materi larutan glikoprotein-G dari virus yang diformulasikan bahan yang membantu proses kerja dari campuran tersebut. Kedua vaksin telah menunjukan penginduksian antibodi penetral yang kuat pada hewan berbeda dalam uji coba laboratorium.
Uji coba dimulai pada tahun 2015 untuk mengevaluasi keefektifan antibodi monoklonal yang akan digunakan sebagai pengobatan komplementer untuk manusia yang terpapar kuda yang terinfeksi virus Hendra.[16]
Dampak penggundulan hutan
Ketika mempertimbangkan sisi zoonosis, seseorang harus memahami kontribusi sosiologi, ekologi, dan biologis yang mungkin menjadi penyebab lonjakan wabah dadi ini. Sebagian diantaranya menyakini bahwa virus Hendra merupakan virus musiman, sehingga ada korelasi antara waktu berkembang biak dan peningkatan kejadian penularan virus Hendra pada kelelawar dan kalong.[17][18]
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa peningkatan penggundulan hutan di Australia dapat menyebabkan peningkatan infeksi virus Hendra. Kelelawar dan kalong cenderung mencari makan di pepohonan; tetapi, dikarenakan kurangnya pohon buah-buahan tertentu di daerah tersebut, kelelawar ini harus berpindah dan dengan demikian akan lebih sering terjadi kontak dengan kuda. Dua wabah virus Hendra terbaru pada tahun 2011 dan 2013 tampaknya terkait dengan peningkatan tingkat stres diakibatkan kurangnya nutrisi yang didapatkan oleh kelelawar serta perpindahan populasi kelelawar. Dikarenakan hal ini, vaksinasi di antara kuda serta menanam kembali hutan-hutan penting ini sebagai tempat makan kelelawar rubah terbang diberlakukan.[18]
Referensi
^Edmondston, Jo; Field, Hume (2009). "Research update: Hendra Virus"(PDF). Australian Biosecurity CRC for Emerging Infectious Disease. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 27 February 2015. Diakses tanggal 20 Mei 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)