Unjuk rasa Nigeria 2024

Unjuk rasa Nigeria 2024 atau lebih dikenal Unjuk Rasa Akhiri Pemerintahan yang Buruk, yang dikenal luas dengan tagar #EndBadGovernance atau #EndBadGovernanceInNigeria, adalah serangkaian protes massal terdesentralisasi yang sedang berlangsung di Nigeria^[4] karena meningkatnya biaya hidup di negara tersebut. Unjuk rasa meningkat pada tanggal 1 Agustus 2024 ketika unjuk rasa yang tadinya damai berubah menjadi kekerasan setelah Angkatan Darat dan polisi Nigeria berusaha untuk memadamkan protes tersebut.^[5][6]

Unjuk Rasa Akhiri Pemerintahan yang Buruk berasal dari meningkatnya kesulitan ekonomi dan kelaparan di Nigeria. Unjuk rasa dimulai pada 29 Juli 2024 ketika para demonstran terlihat di jalan-jalan membentangkan spanduk dengan pesan seperti "Cukup Sudah", "Hentikan Kebijakan Anti-Massa", "Kami Bukan Budak di Negara Kami", "Kesulitan Tidak Dapat Ditahan", dan " Subsidi BBM Harus Kembali".^{[7][8][9][10][11][12][13]} Sebagai tanggapan, Tentara Nigeria pada tanggal 29 Juli 2024 memblokir jalan-jalan utama menuju Abuja, ibu kotanya.^[14]

Pada tanggal 1 Agustus, hari pertama unjuk rasa, banyak orang dibunuh oleh Angkatan Darat dan Polisi dalam upaya untuk membubarkan para pengunjuk rasa di seluruh Nigeria. 4 orang ditembak mati di Negara Bagian Borno dan 4 orang di Niger.^[15][16][17] 3 pengunjuk rasa juga dilaporkan tewas di Kaduna dan 2 di Jigawa, sehingga jumlah total kematian menjadi sedikitnya 14 orang.^[18][19] Saat berada di Kano, 4 pengunjuk rasa terluka parah dan dibawa ke rumah sakit.^[20]

Simon Ekpa, Perdana Menteri Pemerintahan Republik Biafra di Pengasingan (BRGIE), bereaksi terhadap penurunan jumlah penduduk Tenggara yang berpartisipasi dalam unjuk rasa nasional. Ia menekankan bahwa respons Tenggara menunjukkan kesetiaan mereka kepada Pemerintah Biafra.^[21][22] Amnesty International meminta pemerintah Nigeria untuk segera mengambil tindakan untuk melindungi hak-hak pengunjuk rasa.^[23]