Tungabhadra PushkaraluTungabhadra Pushkaralu adalah festival keagamaan Hindu yang diadakan untuk menghormati Sungai Tungabhadra, salah satu sungai suci di India bagian selatan. Festival ini merupakan bagian dari tradisi Pushkaram, yang didedikasikan untuk serangkaian sungai di India dan dirayakan setiap 12 tahun sekali berdasarkan posisi planet Jupiter dalam zodiak tertentu. Untuk Tungabhadra, festival ini dirayakan ketika Jupiter memasuki tanda zodiak Capricorn, yang diyakini membawa energi spiritual yang kuat bagi umat Hindu.[1] Festival keagamaan Hindu yang diselenggarakan di sepanjang Sungai Tungabhadra yang mengalir melalui negara bagian Andhra Pradesh dan Karnataka, India. Festival ini merupakan festival bagi umat Hindu, yang percaya bahwa dalam tradisi ini, Sungai Tungabhadra diyakini membawa kekuatan khusus sesuai dengan posisi planet Jupiter dalam zodiak.[2] Lokasi dan dampak budayaPusat-pusat utama festival ini berada di kota-kota yang terletak di sepanjang aliran Sungai Tungabhadra, khususnya di Kurnool (Andhra Pradesh) dan Hospet (Karnataka).[3] Salah satu tempat utama untuk perayaan Tungabhadra Pushkaralu adalah Hampi, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Vijayanagara pada abad ke-14 hingga ke-16. Peninggalan sejarah seperti kuil dan bangunan kuno di Hampi menambah dimensi spiritual dan daya tarik bagi peziarah selama festival ini.[4] Signifikansi budayaTungabhadra Pushkaralu merupakan simbol dari pentingnya sungai dalam budaya India, yang diyakini sebagai jalur penghubung antara dunia manusia dan dunia dewa[5]. Festival ini juga mencerminkan peran besar tradisi spiritual dalam kehidupan sehari-hari masyarakat India. Selain itu, festival ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memperbarui komitmen mereka terhadap kehidupan spiritual, mempererat ikatan komunitas, serta melestarikan tradisi budaya yang telah ada sejak berabad-abad.[6] Suasana perayaanSuasana festival diwarnai dengan bhakti yang tinggi. Tenda-tenda didirikan di sepanjang tepi sungai untuk memfasilitasi kebutuhan peziarah, sementara pemerintah daerah biasanya turut berperan dalam menyediakan fasilitas sanitasi, pengaturan lalu lintas, dan keamanan demi kelancaran perayaan. Penjual makanan, pedagang suvenir, dan pengrajin lokal juga sering hadir, menambah semarak festival dengan produk-produk khas daerah.[7] Referensi
|