Tio Tek Djien
Tio Tek Djien (Hanzi: 赵德真; Pinyin: Zhào Dé-zhēn; Pe̍h-ōe-jī: Tiō Tek-chin, atau Djin; 2 Desember 1895 – 17 Desember 1975), juga ditulis sebagai T. D. Tio, Jr., dulu adalah seorang manajer panggung dan dramawan berlatar belakang Tionghoa Indonesia yang kemudian beralih menjadi produser film. Kehidupan awal dan Miss Riboet's OrionTio Tek Djien lahir di Nganjuk, Jawa Timur, pada tanggal 2 Desember 1895.[1] Sebagai putra dari sebuah keluarga Tionghoa kaya, ia pun mendapat pendidikan yang layak dan berhasil lulus dari sebuah sekolah menengah atas dengan fokus di bidang ekonomi. Saat menonton sebuah penampilan teater di Taman Hiburan Orion di Pekalongan, yang dimiliki oleh orang tuanya, Tio jatuh cinta dengan bintang dari rombongan teater tersebut, yakni Miss Riboet. Saat rombongan tersebut meninggalkan Pekalongan, Tio pun ikut dengan rombongan tersebut. Tio dan Miss Riboet kemudian menikah, dan Tio mulai bekerja sebagai reporter.[2] Pada tahun 1925, Tio membentuk rombongan teaternya sendiri, dengan Miss Riboet sebagai bintangnya. Rombongan tersebut awalnya diberi nama Orion Opera, tetapi kemudian dikenal sebagai Miss Riboet's Orion. Tio awalnya kerap menulis sendiri naskah yang akan ditampilkan oleh rombongan tersebut, tetapi Tio akhirnya digantikan oleh Njoo Cheong Seng, agar Tio dapat lebih fokus dalam mengelola rombongan tersebut.[3] Dengan insting pemasaran yang tajam, sebagian berkat pengalamannya di bidang jurnalisme,[2] pada tahun 1927, Tio meminta salah satu pegawainya, Nelson Wong, untuk membuat sebuah film dengan Miss Riboet sebagai bintangnya. Namun, pembuatan film tersebut akhirnya dibatalkan, karena Tio merasa bahwa Miss Riboet tidak fotogenik.[4] Walaupun tidak jadi membuat film, sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran menyebut bahwa Tio tetap berperan dalam menarik minat pebisnis Tionghoa pada industri film lokal.[5] Walaupun Tio dan rombongan teaternya menantang bentuk teater populer tradisional dengan aspek khas Eropa, seperti mengangkat isu sehari-hari, mereka bukan satu-satunya rombongan teater yang eksis pada saat itu. Pada tahun 1926, Willy Piedro dan istrinya, Dewi Dja mendirikan Dardanella, dan pada tahun 1931, persaingan dari Dardanella pun mengarah pada perang iklan antara dua rombongan tersebut, dengan masing-masing rombongan fokus pada teater mereka yang paling populer, yakni Gagak Solo untuk Orion dan Dr Samsi untuk Dardanella.[6] Pada akhirnya, Orion tidak dapat bersaing dan kehilangan sebagian besar popularitasnya pada akhir dekade 1930-an. Selama pendudukan Jepang (1942–45) dan Revolusi Nasional Indonesia (1945–49), Orion dibubarkan.[7] Pada tahun 1950, Tio sempat berupaya untuk menyatukan kembali rombongan tersebut, tetapi tidak berhasil.[8] Karir selanjutnyaTidak dapat menyatukan kembali Orion, Tio pun beralih ke industri film Indonesia. Pada tahun 1953, untuk pertama kalinya, Tio menjadi produser eksekutif pada film Topeng Besi dan kemudian pada film Machluk Raksasa. Pada tahun 1954, ia menjadi sutradara dan produser pada film Melarat tapi Sehat, yang didasarkan pada naskah yang dulu ia tulis untuk Orion.[1] Pada tahun 1965, Miss Riboet meninggal.[3] Tio kemudian menghabiskan sisa hidupnya dengan menyewakan sejumlah rumah.[1] Biran, dalam memoarnya, menyebut bahwa Tio sangat putus asa dengan rendahnya kualitas film pada dekade 1970-an, serta makin buruknya kondisi teater nasional.[9] Pada tahun 1975, Tio mendapat sebuah penghargaan dari Gubernur Jakarta, Ali Sadikin atas kontribusinya untuk industri film di Indonesia. Tio akhirnya meninggal empat bulan kemudian, pada tanggal 17 Desember 1975.[1] Referensi
Rujukan
|