Tim nasional sepak bola Bolivia
Tim nasional sepak bola Bolivia (bahasa Spanyol: Selección de fútbol de Bolivia) merupakan sebuah tim nasional sepak bola yang prestasinya meraih gelar juara South American Championship 1963. Di Piala Dunia FIFA, hasil terbaiknya hanya meraih babak pertama di 1930, 1950 dan 1994. Dikendalikan oleh Federasi Sepak Bola Bolivia. SejarahBolivia memulai debutnya di kancah sepak bola internasional pada tahun 1926, satu tahun setelah Federasi Sepak Bola Bolivia didirikan, dan bergabung dengan FIFA pada tahun yang sama. Sebagai peserta di South American Championship 1926 di Chili, Bolivia memainkan pertandingan pertama mereka melawan tuan rumah Chili pada 12 Oktober 1926, dan bahkan akhirnya mencetak gol pertama melawan mereka, tapi pada akhirnya dikalahkan oleh Chili 7-1. Bolivia juga kalah dalam tiga pertandingan berikut: 0–5 melawan Argentina, 1–6 melawan Paraguay dan 0–6 melawan Uruguay.[3] Pada tahun 1930, Bolivia adalah salah satu tim yang diundang ke edisi perdana Piala Dunia yang diadakan di Uruguay. Mereka dimasukan dalam Grup 2 Piala Dunia 1930, Bolivia kalah dalam kedua pertandingannya, yaitu 4–0 dari Yugoslavia di Estadio Parque Central, lalu ke Brasil di Estadio Centenario.[4] Pertandingan melawan Yugoslavia akan menjadi pertandingan terakhir mereka melawan negara non-Amerika Selatan hingga 1972 – ketika mereka kembali bertemu Yugoslavia.[5] Mereka kembali untuk Piala Dunia 1950, di mana mundurnya Argentina dari kualifikasi memberi Bolivia lolos secara otomatis. Dengan tiga tim menolak untuk bermain di Brasil, Bolivia dimasukkan ke dalam grup dua bersama dengan Uruguay. Satu-satunya pertandingan Bolivia adalah kekalahan 8-0 dari Uruguay di Estádio Independência di Belo Horizonte.[6] Prestasi sepakbola terbesar Bolivia adalah saat gelaran South American Championship 1963 yang mereka selenggarakan dan menangkan setelah menempati posisi pertama dari 7 negara, termasuk tidak terkalahkan, dengan lima kemenangan dan satu imbang. Satu-satunya hasil imbang untuk Bolivia di turnamen itu adalah hasil imbang 4-4 melawan Ekuador di pertandingan pembuka. Mereka juga memiliki keuntungan karena terbiasa bermain di ketinggian.[7] Pada edisi South American Championship 1967 yang diadakan di Uruguay, Bolivia menempati posisi terakhir dari enam tim, dengan satu hasil imbang dan empat kekalahan, jauh di bawah ekspektasi publik karena Bolivia menyandang sebagai juara bertahan. Setelah itu mereka baru mulai bangkit kembali di tingkat internasional dengan didirikannya Academia Tahuichi Aguilera di Santa Cruz de la Sierra pada tahun 1978, itu merupakan sebuah sekolah sepak bola yang mengembangkan pemain seperti Marco Etcheverry, Erwin Sánchez dan Luis Cristaldo. Di bawah asuhan pelatih asal Spanyol Xabier Azkargorta dan mencatatkan sembilan pemain dari Tahuichi, Bolivia secara mengejutkan menjadi tim pertama yang mengalahkan Brasil di kualifikasi Piala Dunia 1994 saat bermain melawan mereka di La Paz dengan kemenangan 2-0, dan lolos ke Piala Dunia 1994 dengan menempati posisi kedua di Grup B di belakang Brasil, yang mencakup rekor kemenangan 7–0 dan 7-1 atas Venezuela selama babak kualifikasi mereka.[8] Bolivia ikut serta turnamen dan masuk kedalam Grup C Piala Dunia FIFA 1994 melawan juara bertahan Jerman dalam pertandingan pembuka yang di lakukan di Army Field. Bolivia memainkan babak pertama yang hebat dengan mengalahkan Jerman. Di babak kedua, Lothar Matthäus berlari sejauh 40 yard dan memukul Marco "El Diablo" Etcheverry dengan siku tinggi ke rahangnya. Etcheverry membalas dengan melanggar Matthaus dan diusir keluar lapangan. Akhirnya, Bolivia kalah karena gol offside yang kontroversial oleh Jurgen Klinsmann. Menyusul hasil imbang tanpa gol dengan Korea Selatan di Foxboro Stadium, di mana Bolivia dipaksa bermain dengan 10 pemain setelah kartu merah Cristaldo, Bolivia kembali ke Chicago dan kalah 3-1 dari Spanyol, dengan Sánchez mencetak gol Bolivia pertama di Piala Dunia.[9] Setelah Piala Dunia, Bolivia kemudian berpartisipasi dalam Copa America 1995 yang diadakan di Uruguay dengan Antonio Lopez Habas sebagai manajer tim, di mana mereka mencapai perempat final untuk pertama kalinya sejak memenangkan kompetisi ini pada tahun 1963, dengan satu kemenangan, satu hasil imbang dan satu kekalahan. Di perempat final, negara itu kalah dari tuan rumah Uruguay 2-1. Terlepas dari penampilan bagus yang ditampilkan tim selama turnamen, Lopez Habas meninggalkan jabatannya sebagai pelatih sesaat sebelum Copa America 1997 dan digantikan oleh Dušan Drašković. Edisi 1997 merupakan kali kedua Bolivia menggelar turnamen tersebut. Tim mencapai babak final seperti yang terakhir kali terjadi saat Bolivia menjadi tuan rumah, tetapi kali ini mereka menjadi runner-up karena kalah 3-1 dari juara dunia Brasil setelah di Final Copa América 1997.[7] Dengan finis sebagai runner-up di Copa America sebelumnya, Bolivia membuat penampilan pertama dan satu-satunya mereka di ajang Piala Konfederasi FIFA mereka di edisi 1999, kali ini di bawah manajer baru asal Argentina Héctor Veira. Bolivia ditempatkan kedalam grup A bersama tuan rumah Meksiko, Arab Saudi, dan Mesir. Langkah mereka dimulai dengan hasil imbang 2-2 melawan Mesir. Pertandingan mereka berikutnya adalah hasil imbang 0-0 melawan Arab Saudi. Untuk pertandingan terakhir mereka di grup, mereka harus menghadapi tuan rumah Meksiko, di mana Bolivia kalah 0-1 dengan gol dari Francisco Palencia. Bolivia finis ketiga di grup dengan dua hasil imbang dan sekali kalah dan tersingkir dari turnamen di tahap pertama. Di Copa América 2015 di Chili di bawah asuhan manajer asal Bolivia Mauricio Soria, Bolivia ditempatkan di Grup A bersama Chili, Meksiko, dan Ekuador. Dalam pertandingan mereka melawan Meksiko, Bolivia bermain imbang 0-0. Namun, melawan Ekuador, Bolivia menang 3–2, berkat gol dari Raldes, Smedberg-Dalence, dan Moreno. Dari kemenangan melawan Ekuador ini, Bolivia berhasil mencapai babak berikutnya yaitu perempat final untuk pertama kalinya sejak turnamen 1997 yang mereka selenggarakan.[10] Bolivia dikalahkan oleh Peru dengan skor 1-3 di babak perempat final, dan satu-satunya gol Bolivia dalam pertandingan itu dicetak melalui titik putih di menit akhir pertandingan yang dicetak oleh Marcelo Moreno. StadionBolivia memainkan pertandingan kandang mereka di Estadio Hernando Siles yang berada di ketinggian 3.637 meter (11.932 ft) di atas permukaan laut, hal ini menjadikannya salah satu stadion sepak bola tertinggi di dunia. Banyak tim tamu protes jika ketinggian ini akan memberi Bolivia keuntungan. Pada tanggal 27 Mei 2007, FIFA menyatakan bahwa pertandingan Kualifikasi Piala Dunia tidak boleh dimainkan di stadion di atas ketinggian 8.200 kaki (2.500 m) di atas permukaan laut.[11] Namun, FIFA menaikkan batas ketinggian menjadi 3.000 meter sebulan kemudian setelah feedback negatif terhadap larangan tersebut, dan termasuk pengecualian khusus untuk Kota La Paz, sehingga memungkinkan stadion untuk terus mengadakan pertandingan kualifikasi Piala Dunia.[12] Setahun setelah larangan itu pada Mei 2008, FIFA menghapus batas ketinggian sepenuhnya.[13] Gambaran TimSejarah seragamSeragam pertama Bolivia semuanya berwarna putih. Pada Piala Dunia FIFA 1930, sebelum pertandingan dengan Yugoslavia, Bolivia melukis salah satu huruf "Viva Uruguay" di masing-masing dari sebelas kaus pemain starter untuk menyenangkan penonton lokal. Pada pertandingan berikutnya melawan Brasil, mengingat lawan juga mengenakan pakaian putih, Bolivia malah meminjam seragam biru Uruguay untuk bermain. Bolivia kembali memberikan pesan kepada tuan rumah di South American Championship 1954, dengan kaus pemain bertuliskan "Viva Chile". Pada tahun 1946, Bolivia mengubah warna jersey mereka menjadi garis-garis hitam dan putih, seperti warna wilayah Cochabamba. FBF kembali menjadi putih pada tahun berikutnya. Pada tahun 1957, FBF memutuskan untuk menggunakan salah satu warna dari Bendera Bolivia. Mengingat merah dan kuning digunakan oleh banyak orang Amerika Selatan lainnya, hijau menjadi warna utama, yang mengarah ke julukan "La Verde" ("Si Hijau").[14] Sponsor seragam
Rekor Piala Dunia
Rekor Copa América
Pemain terkenal
Referensi
Pranala luar
|