There's Still Tomorrow (bahasa Italia: C'è ancora domani) adalah sebuah film komedi drama Italia tahun 2023 yang disutradarai oleh Paola Cortellesi dalam debutnya.[4] Berlatar belakang Italia pascaperang bercerita tentang Delia yang berusaha mendobrak pola keluarga tradisional dan bercita-cita untuk masa depan yang berbeda, setelah menerima surat misterius. Diperankan oleh Cortellesi, Romana Maggiora Vergano, Emanuela Fanelli, Valerio Mastandrea, Francesco Centorame, Vinicio Marchioni dan Giorgio Colangeli. There's Still Tomorrow diambil dalam bentuk hitam-putih dengan gaya neorealis tahun 1940an dan 50an.
There's Still Tomorrow memenangkan tiga penghargaan di Festival Film Roma, Nastro d'Argento tahun 2024[5] dan merupakan film tersukses di box office Italia pada tahun 2023,[6][7] dan secara nominal menjadi film terlaris ke-10 di negara Italia sepanjang masa.[8]
Kritikus film Italia memuji arahan dan skenarionya dalam menangani isu-isu yang berkaitan dengan feminisme dan patriarki, serta aktingnya, terutama Cortellesi, Fanelli dan Mastandrea.[9][10]There's Still Tomorrow menerima 19 nominasi teratas di David di Donatello ke-69, dan memenangkan 6 penghargaan: Sutradara Baru Terbaik dan Aktris Terbaik (untuk Cortellesi), Aktris Pendukung Terbaik (untuk Fanelli), Skenario Asli Terbaik, Penghargaan David Youth dan Penghargaan David Audience.[11]
Alur Cerita
Di Roma setelah perang, bulan Mei 1946, jalanan penuh sama pasukan militer Sekutu yang wara-wiri mengendarai Jeep. Roma sangat miskin, ditambah suasana memanas karena referendum institusional bersamaan dengan pemilu untuk Majelis Konstituante yang bakal digelar tanggal 2 dan 3 Juni.
Ada seorang ibu rumah tangga bernama Delia, istri dari Ivano yang begitu kasar, dan ibu dari tiga anak, termasuk si remaja Marcella. Sambil mengurus rumah, Delia juga harus merawat mertuanya, Ottorino, yang pemarah, sambil mencari uang dengan jahit-jahit untuk toko-toko di pusat kota, ia juga mencucikan baju orang kaya. Temen-temennya Delia ada Nino, montir mobil yang menyukai Delia; Marisa, pedagang sayur di pasar yang selalu ceria; sama William, tentara Afrika Amerika kulit hitam yang ingin membantu Delia.
Hidup Delia tiba-tiba cerah ketika Marcella bertunangan dengan Giulio Moretti, anak orang kaya yang bisnis keluarga mereka dari kedai es krim. Ivano jelas melihat ini sebagai peluang untuk mendapatkan banyak uang. Tapi selepas makan siang bersama keluarga Giulio yang Delia masak, ia mulai sadar kalau anaknya bakal mengalami kehidupan pernikahan seperti dirinya: penuh kekerasan fisik dan penghinaan. Karena tidak ingin itu menjadi kenyataan, Delia – dibantu William – meledakkan kedai es krim Giulio agae keluarganya bangkrut dan pergi dari kota. Marcella patah hati, tapi Delia percaya kalau hal yang ia lakukan itu benar. Gara-gara dorongan semangat dari kartu pemilih pertamanya yang baru saja datang, Delia akhirnya berani melawan. Uang sebesar 8000 lira yang ia kumpulin diam-diam dari kerjaannya, awalnya untuk membeli gaun pernikahan Marcella, malah dipakai untuk membayar pendidikan anaknya.
Tanggal 2 Juni, ketika hari untuk memilih antara monarki atau republik sekaligus pemilu, Delia begitu bersemangat ingin ikut memilih. Tapi masalah muncul ketika mertuanya meninggal mendadak, yang membuat rumahnya penuh dengan kerabat dan tamu. Meskipun menyulitkan, Delia tetap keluar untuk memilih keesokan harinya, suatu pengalaman pertama yang ia dan banyak perempuan Italia lain rasakan. Sayangnya, kartu pemilihnya jatuh di rumah sebelum ia sempat sampai tempat pemilu. Ivano mendapat kartu itu duluan, tapi Marcella yang akhirnya mengejar dan mengembalikan kartu itu ke Delia. Akhirnya, Delia berhasil mengikuti pemilu.
There's Still Tomorrow digagas oleh Paola Cortellesi, yang ikut menulis skenario bersama Furio Andreotti dan Giulia Calenda,[12] berdasarkan kehidupan wanita setelah kampanye Italia dalam Perang Dunia II, terinspirasi oleh kehidupan nenek dan buyut Cortellesi.[13][14]
There's Still Tomorrow diproduksi oleh Mario Gianani dan Lorenzo Gangarossa untuk Wildside dan Vision Distribution.[15] Proses syuting berlangsung di Testaccio, Roma, dengan latar dalam ruangan diambil di Cinecittà Studios.[16][17] Dalam sebuah wawancara dengan The Hollywood Reporter Roma, Cortellesi menjelaskan keputusan untuk mengambil latar film di Roma:[18]
"Ini keputusan yang wajar. Ceritanya juga fiksi, tetapi ada banyak cerita tentaf keluargaku. Aku setengah Romawi dan setengah Abruzzo. Ibuku datang ke Roma ketika dia berusia enam tahun dan menghabiskan masa kecilnya di sini. Namun banyak cerita yang menjadi inspirasi aku berasal dari nenekku. Itulah juga alasan mengapa aku membayangkannya dalam warna hitam dan putih. Ketika kau teringat kembali pada gambar-gambar dari masa lalu di Roma, gambar-gambar itu tidak pernah berwarna. Pelataran Romawi tempat segala sesuatunya diletakkan di alun-alun. Orang-orang hidup bersama, tidak ada perselisihan, namun semuanya indah. Roma dalam There's Still Tomorrow sangat jauh dari Roma masa kini. [...] Kehidupan sosial berbeda. Mungkin keluarga borjuis adalah satu-satunya yang berhati-hati. [...] dan kami melakukan tindakan yang sama sekali tidak bisa berkomunikasi, yang merupakan gambaran perbedaan kelas sosial di Roma, seperti di wilayah Italia lainnya. Namun, Roma bukan hanya sebuah kota. Roma itu berarti banyak hal. Ada Roma di pusat kota, Roma di lingkungan orang kaya, lalu ada Roma yang populer, Roma pinggiran kota, Roma borgate"
Perilisan
There's Still Tomorrow memulai debutnya dengan €1,6 juta pada minggu pertamanya, memuncaki box office Italia dan menandai akhir pekan pembukaan tertinggi untuk produksi Italia pada tahun 2023.[7]There's Still Tomorrow juga melampaui €20 juta pada tanggal 23 November, menjadi film Italia terlaris sejak dimulainya pandemi COVID-19Il grande giorno (2022) karya Aldo, Giovanni & Giacomo dan film terlaris yang pernah disutradarai oleh sutradara perempuan Italia.[19][20] Dengan €32,4 juta, film ini menjadi film terlaris di Italia pada tahun 2023, melampaui Barbie, film paling sukses tahun 2023 berdasarkan jumlah tiket yang terjual, dan film terlaris kesembilan sepanjang masa di Italia, mengalahkan Life Is Beautiful (1997) karya Roberto Benigni.[21][22]