Tetrarki Herodes
Tetrarkhi Yudea (bahasa Inggris: Tetrarchy of Judea, Herodian Tetrarchies) adalah pembagian wilayah kerajaan Yudea setelah matinya raja Herodes Agung pada tahun 4 SM (atau 1 SM), ketika kerajaannya dibagi di antara putra-putranya sebagai warisan. PembentukanPada waktu kematiannya Herodes (Agung) memerintah hampir seluruh wilayah Barat Daya Mesopotamia (Levant), sebagai negara taklukan Kekaisaran Romawi. Ahli waris utama Herodes sebenarnya adalah Aristobulus dan Aleksander, putra-putra Herodes dari istrinya, putri raja Hasmonean bernama Mariamne. Namun, pada tahun 7 SM, keduanya dihukum mati dan kemudian putra tertua Herodes, Antipater, juga dihukum mati karena dituduh hendak meracuni ayahnya pada tahun 5 SM. Raja Herodes kemudian mengubah surat wasiatnya, dengan memilih putra bungsunya, Antipas, menjadi ahli warisnya.[1] Ketika menderita sakit parah pada tahun 4 SM, Herodes berubah pikiran lagi mengenai penerus tahtanya. Menurut versi terakhir surat wasiatnya, abang Antipas, Arkhelaus, diangkat menjadi raja Yudea, Idumea and Samaria, sementara Antipas memerintah Galilea dan Perea dengan gelar yang lebih rendah, yaitu tetrarkh (bahasa Inggris: tetrach). Filipus, putra Herodes yang lain, mendapatkan wilayah Gaulanitis (Dataran Tinggi Golan), Batanaea (Suriah selatan), Trakhonitis dan Auranitis (Hauran).[2] Mengingat status Yudea sebagai negara taklukan Romawi, rencana penerusan tahta Herodes harus diratifikasi oleh Kaisar Augustus. Ketiga ahli waris Herodes berangkat ke Roma untuk menggugat hak waris mereka. Antipas berpendapat bahwa ia seharusnya mewarisi seluruh kerajaan, sedangkan saudara-saudaranya menyatakan bahwa isi surat wasiat terakhir Herodes harus dijalankan. Keluarga Herodes di Roma sebenarnya lebih setuju adanya pemerintahan langsung Romawi atas Yudea, tetapi memberikan dukungan kepada Antipas, yang lebih disukai daripada saudara-saudaranya. Meskipun demikian, Kaisar Augustus memutuskan menerima pembagian wilayah menurut surat wasiat terakhir Herodes. Arkhelaus harus puas dengan gelar "ethnarkh" (bahasa Inggris: ethnarch), bukan "raja".[3] Akhirnya, setelah kematian Herodes, kerajaan dibagi di antara ketiga putranya:
PerubahanPemerintahan para tetrarkh hampir tidak ada perubahan. Sebaliknya, ethnarkh Arkhelaus menghadapi tantangan perpisahan dari orang-orang Farisi sejak permulaan pemerintahannya, yang dihancurkannya dengan kejam. Setelah memerintah beberapa waktu (sekitar 10 tahun), ia akhirnya disingkirkan oleh Kaisar Augustus pada tahun 6 M, setelah keluhan mengenai kekejaman dan pelanggarannya atas hukum Taurat Musa sampai ke Roma. Arkhelaus digantikan kepemimpinannya oleh seorang "wali negeri (prefek Romawi), dan wilayahnya direorganisasi menjadi Provinsi Romawi Yudea dengan menggabungkan daerah Yudea, Samaria, dan Idumea (Edom).[4] Filipus memerintah Ituraea dan Trakhonitis sampai kematiannya pada tahun 34 M, dan digantikan sebagai tetrarkh oleh Herodes Agrippa I, yang sebelumnya memerintah di Chalcis (Suriah). Agrippa menyerahkan Chalcis kepada saudara laki-lakinya, Herodes dari Chalcis, dan memerintah di wilayah Filipus. Setelah kematian Herodes Antipas pada tahun 39 M, Herodes Agrippa juga menjadi penguasa Galilea, dan pada tahun 41 M, sebagai tanda hubungan baik dengan Kaisar Claudius, ia meneruskan tugas prefek Romawi, Marullus, sebagai penguasa Yudea. Dengan demikian, Kerajaan Herodes atas orang Yahudi secara nominal dipulihkan sampai tahun 44 M meskipun tidak ada indikasi bahwa status Provinsinya dihentikan. Tiga atau empat?Istilah "Tetrarkh" mengindikasikan adanya empat penguasa ("pemimpin seperempat daerah"; “ruler of a quarter “); tetapi Yosefus, dalam menuliskan riwayat keluarga Herodes, hanya menyebutkan tiga penguasa. Ia menulis bahwa Arkhelaus memiliki “setengah dari bekas wilayah Herodes”, dan Filipus maupun Antipas “setengahnya lagi, dibagi menjadi dua bagian”. (Antiquities XVII, 11: 4) Di sisi lain, Injil Lukas menyebutkan nama Lisanias, sebagai tetrarkh wilayah Abilene, dalam daftar penguasa pada zaman munculnya Yohanes Pembaptis, bersama Pontius Pilatus (seorang dari para walinegeri atau prefek Romawi yang menggantikan Arkhelaus), Herodes (Antipas) dan Filipus (Lukas 3:1). Kemungkinan Yosefus memaksudkan setengah kerajaan itu sebagai dua kali seperempat bagian ("quarter"), sehingga Arkhelaus menguasai dua tetrarkhi. Hal ini mengindikasikan bahwa pembagian menjadi empat tetrarkhi di Yudea sudah lengkap dan tetrarkhi Lisanias adalah bagian tetrakhi lain di Siria. Ini masuk akal karena Herodes III, saudara Herodes Agrippa I, adalah tetrarkh di Chalcis, yang berada di utara, di luar kerajaan Herodes. Mungkin saja Yosefus, dalam mengisahkan warisan putra-putra Herodes, tidak menyebut Lisanias, atau keturunannya, karena bukan termasuk keluarga Herodes. Rujukan “setengah kerajaan” dapat saja bermakna geografis, bukan politis; bagian Arkhelaus mencakup setengah dari wilayah, dan lebih dari setengah pendapatan, yang dikuasai oleh Herodes Agung. W. Smith berpendapat bahwa Abilene, atau sebagian dari wilayah itu, termasuk kekuasaan Herodes sebelum matinya, dan dipimpin oleh Lisanias sebagai sebuah tetrarkhi untuk Herodes. Wilayah itu kemudian dikembalikan kepada keluarga Herodes, sebagian pertama oleh Kaisar Caligula kepada Herodes Agrippa I, sisanya oleh Kaisar Claudius kepada Herodes Agrippa II.[5] Referensi
Lihat pula |