Tembesu
Tembesu[1] atau tembusu[2] (Cyrtophyllum fragrans) adalah salah satu tanaman asli Indonesia juga Burma, tumbuh di daerah Sumatra dan Malaysia.[3][4] Tembusu tersebar di beberapa wilayah seperti di India, Myanmar, Singapura, dan Filipina[5] Ada beberapa jenis tembesu, tetapi yang dianggap tembesu asli adalah Fagraea cochinchinensis (dinamai oleh A. Chev).[4] Pohon tembesu merupakan pohon yang tumbuhnya lambat, setelah berumur 30 tahun baru cukup tua untuk ditebang.[4] Kayunya berwarna kuning pucat dengan bercak lembayung, berbau asam waktu baru ditebang, keras, berat, dan tahan lama. Ciri FisikPohon tembesu dapat tumbuh antara 10-25 meter, bahkan ada yang mencapai 35 meter.[3], dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu.[6] Akarnya cukup kokoh diterjang arus banjir.[3] Bunganya berbau wangi, kelopaknya mencapai panjang 2.3 cm, berwarna putih kekuning-kuningan.[5] Ciri umum kayu tembesu adalah kayu teras berwarna coklat sampai kuning muda dan kayu gubal umumnya berwarna lebih muda. Tekstur kayu halus sampai agak halus. Permukaan kayu agak mengkilap.[6] PemanfaatanKayu, akar, daun, buah, dan pohon Tembesu memiliki sejumlah manfaat bagi kehidupan manusia. Kayunya digunakan untuk konstruksi balok jembatan dan bangunan rumah[4][6] Daunnya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Rebusan daun, ranting, dan cabang biasa digunakan di Malaysia.[4] Pohon tembesu tersebut dibudidayakan di beberapa tempat di Asia Tenggara sebagai tanaman hias atau tanaman pinggir jalan.[4] Akarnya cukup kokoh untuk penahan arus banjir. Buahnya bisa dijadikan bahan baku untuk sabun kesehatan terutama pada wajah untuk membersihkan sel kukit mati dan mematikan sel radikal aktif[3] Referensi
Bacaan lebih lanjutWikimedia Commons memiliki media mengenai Fagraea fragrans. Wikispecies mempunyai informasi mengenai Fagraea fragrans. |