Takhta TuhanTakhta Tuhan atau Takhta Allah adalah pusat kekuasaan Tuhan (Allah) dalam agama-agama Abrahamik: terutama Yudaisme, Kristen dan Islam. Takhta tersebut dikatakan oleh berbagai kitab suci berada di luar Surga Ketujuh dan disebut Araboth dalam Yudaisme,[1] dan al-'Arsy dalam Islam. Kebanyakan penganut Kristen menganggap takhta seremonial melambangkan atau mewakili kiasan dari Takhta suci Allah. YahudiMikha (1 Raja-raja 22:19), Yesaya (Yesaya 6), Yehezkiel (Yehezkiel 1)[2] dan Daniel (Daniel 7:9) semuanya membicarakan kedudukan Takhta Tuhan, meski sejumlah filsuf seperti Saʿadiah Gaon dan Maimonides, menganggapnya sebagai alegori.[3] Ruang Takhta Surgawi atau Ruang Takhta Tuhan adalah representasi yang lebih rinci dari Takhta Tuhan, ke dalam representasi Ruang Tahta atau Penghakiman Ilahi. Penglihatan ruang takhta MikhaNubuatan Mikha (1 Raja-raja 22:19) adalah penggambaran terperinci yang pertama dari ruang takhta surgawi dalam agama Yahudi. Penglihatan ruang takhta ZakhariaZakharia 3 menggambarkan penglihatan ruang takhta surgawi tempat Setan dan Malaikat Tuhan bersaing atas Yesua sang Imam Besar pada masa cucunya Elyasib sang Imam Besar. Banyak orang Kristen menganggap ini sebagai peristiwa literal[butuh rujukan], sementara yang lain seperti Goulder (1998) memandang penglihatan itu sebagai simbol kerusakan di bumi, seperti penentangan dari Sanbalat orang Horon.[4] YesayaDalam Yesaya 6, Yesaya melihat TUHAN duduk di atas singgasana, tinggi menjulang, dan jubah-Nya memenuhi bait suci. Di atas takhta-Nya berdiri malaikat-malaikat Serafim, dengan masing-masing 6 sayap. Dengan dua sayap mereka menutupi wajah mereka, dengan dua sayap mereka menutupi kaki mereka, dan dengan dua sayap mereka terbang. Dan para Serafim berseru satu sama lain, "Kudus, Kudus, Kudus, TUHAN Semesta Alam". Suara mereka menggetarkan bait suci hingga ke fondasinya, dan seluruh bangunan dipenuhi asap. Naskah Laut MatiKonsep Takhta Surgawi muncul dalam tiga teks Naskah Laut Mati. Spekulasi mengenai Takhta Tuhan menjadi tema dari mistisisme Merkabah.[5] KekristenanDalam Perjanjian Baru, Takhta Tuhan muncul dalam banyak bentuk.[6] Misalnya, Surga sebagai Takhta Tuhan, Takhta Daud, Tahta Kemuliaan, Tahta Rahmat, dan banyak lagi.[6] Perjanjian Baru tetap meneruskan anggapan Yahudi tentang surga itu sendiri sebagai "takhta Allah",[7] serta juga menempatkan Takhta Tuhan "di surga" serta memiliki kursi kedua di sebelah kanan Allah untuk Sidang Kristus.[8] WahyuKitab Wahyu menjelaskan Ketujuh Roh Allah yang mengelilingi Takhta, dan Yohanes berharap para pembacanya di Tujuh Gereja Asia diberkati dengan kasih karunia dari Tuhan, dari tujuh yang berada di hadapan takhta Tuhan, dan dari Yesus Kristus di Surga. Yohanes menyatakan bahwa di depan singgasana terlihat "lautan kaca, jernih seperti kristal", dan singgasana itu dikelilingi oleh singa, lembu, manusia, dan elang terbang; masing-masing dengan enam sayap dan ditutupi dengan mata, yang terus-menerus berteriak "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah Yang Mahakuasa, yang dulu, sekarang, dan yang akan datang" berulang kali. Juga dikatakan bahwa "dari takhta keluar kilat dan guruh dan suara-suara".[9] IslamDaftar pustaka
Pranala luarWikiversity memiliki bahan belajar tentang Seven Heavens |