Susut, Susut, Bangli8°26′12″S 115°19′51″E / 8.436744°S 115.330772°E
Susut adalah ibu kota kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, provinsi Bali, Indonesia.[3] Pada tahun 2008, desa ini dimekarkan untuk membentuk Desa Selat. GeografiDesa Susut merupakan daerah dataran tinggi, terletak 4 km arah Selatan dari kota kecamatan Susut dan 10 km arah barat Kota Bangli, dengan luas wilayah 4,83 km², dengan sebagian besar lahan digunakan untuk kegiatan pertanian, yakni seluas 216 ha (45%). Batas wilayahBatas wilayah desa sebagai berikut:
SejarahPada umumnya asal usul atau riwayat yang panjang mengakibatkan asal-usul tersebut dianggap suatu cerita legenda saja. Terlepas dari itu anggapan tersebut mengenai keberadaan Desa Susut berdasarkan masukan dari pemuka masyarakat setempat dapat diuraikan sebagai berikut: Sebelum Kolonial Belanda menjajah Nusantara, Pulau Bali diperintah oleh para Raja. Pada umumnya para raja tersebut selalu ingin meluaskan pengarunya terhadap daerah kerajaan tetangganya, usaha memperluas pengaruh ini selalu berakhir dengan peperangan. Konon pada masa itu, daerah Bangli diperintah oleh seorang raja Ksatria keturunan Tirta harum, Taman Bali, seorang dari Putra Puri Nyalyan. Raja Puri Nyalyan ini berputra tujuh orang yang putra bungsunya bernama I Dewa Gede Korian. Di Puri Tusan I Dewa Gede Korian dinobatkan menjadi raja dan berputra dua orang yaitu I Dewa Gede Sekar dan I Dewa Gede Siangan. I Dewa Gede Sekar inilah cikal bakal Raja yang memerintah di Puri Susut. Karena I Dewa Gede Sekar membuat suatu kesalahan di Puri Tusan/Klungkung maka dia diasingkan ke pulau Nusa Penida. Dalam pengasingan ini dia membawa seorang putra yang bernama I Dewa Putu Sekar. Mereka tinggal di pulau Nusa Penida cukup lama hingga putranya I Dewa Putu Sekar juga telah berputra dua orang kembali ke pulau Bali dan menetap di Desa Jelijih /Tabanan. Kedua putranya itu bernama I Dewa Gede Dauh dan I Dewa Gede Dangin. Kedua Putranya itu tetap tinggal di Jelijih. Sedangkan I Dewa Putu Sekar melanjutkan perjalanannya ke Puri Bangli untuk mengabdi kepada Raja Bangli. Pada saat itu terjadi pertentangan antara kerajaan Bangli dengan Gianyar dengan buntut Peperangan. Dalam pertempuran ini I Dewa Putu Sekar ditugaskan memimpin pasukan kerajaan Bangli ditepi barat yang kini disebut Susut. Dari rangkaian cerita tersebut dapat diartikan bahwa Susut adalah tanggu atau benteng pertahanan paling depan. Sedangkan perbatasan dengan daerah Gianyar adalah Selat Peken, Selat Tengah, dan Selat Kaja Kauh. Pada saat Belanda menguasai Bali daerah-daerah rampasan perang dari kerajaan Gianyar diserahkan kembali kepada Gianyar oleh Belanda. Sedangkan Daerah Susut, Selat Peken, Selat Tengah dan Selat Kaja Kauh diserahkan kepada I Dewa Putu Sekar. Mulai saat itu secara turun temurun daerah Susut diperintah oleh I Dewa Putu Sekar dan berakhir pada saat Indonesia merdeka. Pada masa kemerdekaan pengaturan pemerintah kerajaan Susut dijadikan wilayah pedesaan yang diperintah oleh seorang Kepala Desa/ Perbekel sampai saat ini. PemerintahanPembagian Dusun/BanjarDesa Susut merupakan salah satu Desa di Kecamatan Susut, dengan Luas wilayah desa Susut adalah 4,83 km2, dengan jumlah penduduk per 31 Desember 2013 sebanyak: 5.873 jiwa terdiri dari: 3.014 jiwa Laki-laki dan 2.859 jiwa perempuan, dengan Kepala Keluarga sebanyak : 1.672 KK. Dengan Agama / Kepercayaan yang dianut adalah Agama Hindu, dengan lokasi pemukimannya tersebar di 7 Wilayah Br.Dinas Definitif dan 2 Br. Dinas Persiapan dan 8 Desa Pakraman, yaitu:
Di Desa Susut juga terbagi dalam 8 Desa Pekraman yaitu:
Organisasi PemerintahanPemerintahan Desa mengacu pada Perda Kabupaten Bangli Nomor 09 tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa adalah sebagai berikut:
EkonomiStruktur perekonomian desa Susut didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari persentase penggunaan lahan untuk usaha pertanian, yakni sebesar 50%, dengan sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sekitar 1030 jiwa atau 0,17% penduduk menggantungkan hidup dari sektor ini. Pertanian sawah menjadi kegiatan usaha utama bagi masyarakat desa, dengan produk unggulan berupa padi dan palawija. Masyarakat juga menggantungkan hidup dari sektor peternakan, dengan jenis ternak peliharaan seperti sapi, babi, unggas dll. Sistem peternakan yang dilakukan masyarakat masih bersifat tradisional, karena usaha ini diposisikan sebagai usaha sambilan dan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging keluarga. Selain itu, ekonomi desa juga digerakkan oleh sektor perdagangan dan industri kecil/rumah tangga. Mata pencaharian penduduk Desa Susut adalah sbb:
DemografiPenduduk desa Susut sampai dengan tahun 2015 terdiri dari 3.142 laki-laki dan 3.047 perempuan dengan sex ratio 103 serta terdiri dari 1.746 Kepala Keluarga.[4] Sebagian besar penduduk Susut hanya tamatan SD. Referensi
Pranala luar
|