Subak (bela diri)
SejarahPada mulanya, Korea terbagi menjadi tiga kerajaan: Silla di sebelah tenggara, Goguryeo di utara, dan Baekje di sebelah barat Silla. Pada abad ke-18, bahkan raja pun mempelajari Subak, sebagaimana yang tertulis pada Dongsa-gangmok (동사강목):
Ini merupakan seni bela diri yang melibatkan pukulan, tendangan, kuncian, dan sabetan. Kawasan Goguryeo yang bergunung-gunung bisa jadi membantu perkembangan petarung Subak. Kata Seonbae (juga bisa dialihaksarakan sebagai sonbae, secara harfiah berarti "para tetua" - 先輩/선배) kadang kala diterjemahkan sebagai "pria sejati yang tidak pernah lari dari pertarungan" karena itu merupakan istilah yang digunakan untuk menandakan anggota laskar pendekar Koguryo. Anggota Seonbae hidup berkelompok dan mempelajari panahan, Gakju (perintis ssireum) dan Subak (perintis taekkyeon), sejarah, sastra, dan kesenian lainnya. Kemungkinan sekitar awal berdirinya Dinasti Joseon, Subak menjadi Taekkyeon. Yusul (berarti "seni halus" dan Taekkyeon mengandung gerakan "yusul". Sejumlah penulis, seperti Robert W. Young, berpikir bahwa Subak di kemudian hari menjadi Taekkyeon, bela diri yang sama namun berbeda nama saja.[1] Referensi
|