SosiolinguistikSosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat. Dengan kata lain, sosiolinguistik mempelajari pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakai ragam bahasa. Selain itu, ilmu ini juga menjelaskan mengapa masyarakat berbicara secara berbeda dalam konteks sosial yang berbeda. Mempelajari cara masyarakat menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang berbeda dapat memberikan banyak pengetahuan tentang cara kerja bahasa dalam masyarakat; terutama berkaitan dengan hubungan sosial dalam suatu komunitas, dan cara masyarakat menyampaikan dan mengonstruksi aspek identitas sosial mereka melalui bahasa yang mereka gunakan.[1] Sosiolinguistik menurut beberapa ahli
Konsep fundamental dalam sosiolinguistikSementara studi sosiolinguistik sangatlah luas, ada beberapa konsep dasar di mana banyak pertanyaan sosiolinguistik bergantung: Komunitas tuturKomunitas tutur adalah sebuah konsep dalam sosiolinguistik yang menggambarkan kelompok tertentu yang terdiri dari orang-orang yang menggunakan bahasa dengan cara yang unik dan saling diterima di antara mereka. Agar diterima menjadi bagian dari suatu komunitas tutur, seseorang harus memiliki kompetensi komunikatif. Artinya, penutur memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan cara yang tepat dalam situasi tertentu. Seorang bahasawan bisa menjadi kompeten dalam lebih dari satu bahasa.[5] Komunitas tutur bisa jadi merupakan anggota suatu profesi dengan jargon khusus, kelompok-kelompok sosial seperti siswa SMA atau penggemar hip-hop, atau bahkan kelompok erat seperti keluarga dan karib. Anggota komunitas tutur akan sering mengembangkan slang (bahasa gaul) atau jargon untuk melayani tujuan kelompok dan prioritas khusus. Komunitas praktik memungkinkan para sosiolinguis untuk menguji hubungan antara sosialisasi, kompetensi, dan identitas. Karena identitas adalah struktur yang sangat kompleks, mempelajari sosialisasi bahasa merupakan sarana untuk menguji tingkat interaksional-mikro aktivitas praktis (kegiatan sehari-hari). Pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh keluarga tetapi didukung oleh lingkungan setempat yang lebih besar, seperti sekolah, tim olahraga, atau agama. Komunitas tutur mungkin eksis dalam komunitas praktik yang lebih luas.[6] Ragam prestise tinggi dan rendahPenting untuk analisis sosiolinguistik adalah konsep prestise; kebiasaan tutur tertentu bisa dinilai positif atau negatif, yang kemudian diterapkan pada penutur. Implikasi penting dari teori sosiolinguistik adalah bahwa penutur 'memilih' suatu varietas saat melakukan tindak tutur, baik secara sadar maupun tidak sadar. Jejaring sosialUntuk memahami bahasa dalam masyarakat berarti kita juga harus memahami jejaring sosial di mana bahasa tersebut tertanam. Istilah "jaringan sosial" adalah cara lain untuk menggambarkan masyarakat tutur tertentu dalam hal hubungan antar anggota individu dalam masyarakat. Sebuah jaringan bisa longgar atau ketat, tergantung pada bagaimana anggota berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, kantor atau pabrik dapat dianggap sebagai komunitas ketat karena semua anggota berinteraksi satu sama lain. Sebuah kursus besar dengan 100 lebih siswa akan menjadi komunitas longgar karena siswa hanya dapat berinteraksi dengan instruktur dan mungkin 1-2 siswa lainnya. Sebuah komunitas multipleks adalah salah satu di mana anggota memiliki beberapa hubungan dengan satu sama lain.[7] Sebagai contoh, di beberapa lingkungan, anggota dapat hidup di jalan yang sama, bekerja untuk majikan yang sama dan bahkan kawin-mawin. Variasi bahasaMasyarakat sering menggunakan bahasa untuk menandai keanggotaan mereka pada kelompok tertentu dan membangun berbagai aspek identitas sosial mereka. Status sosial, jenis kelamin, usia, etnis, dan jenis jaringan sosial yang dimiliki masyarakat ternyata menjadi dimensi identitas yang penting di banyak komunitas.[1] Variasi bahasa merupakan cara-cara berbeda dari setiap individu untuk mengungkapkan suatu hal yang sama.[8] Mesthrie (2009) dan Wardaugh (2006) sepakat mengungkapkan variasi bahasa sebagai pola tutur berbeda yang terkait dengan situasi sosial dari suatu masyarakat tutur.[9][10] Hal ini bisa terjadi karena saat seorang penutur mengungkapkan sesuatu melalui bahasa, sesungguhnya ia juga sedang mengungkapkan siapa dirinya, dari masyarakat mana ia berasal, hubungannya dengan lawan tutur, dan persepsinya tentang situasi tutur. Selain itu, variasi bahasa juga dimungkinkan karena penutur suatu bahasa tertentu tidak hanya menguasai satu bahasa saja, tapi bisa beberapa bahasa atau satu bahasa beserta variasinya (khazanah verbal). Keberadaan khazanah verbal inilah yang memungkinkan seorang penutur untuk menggunakan cara-cara yang berbeda untuk mengungkapkan sesuatu melalui bahasa.[11] Rujukan
Bacaan terkait
|