Sikatan-bubik sulawesi
Sikatan-bubik sulawesi ( Muscicapa sodhii ) adalah burung pengicau kecil dalam keluarga sikatan Dunia Lama . Ia hanya tercatat di Sulawesi, dimana ia diketahui berkembang biak. Tampaknya burung ini tidak terancam punah, dan kurang sensitif terhadap gangguan dibandingkan burung-burung lain di Asia Tenggara yang bergantung pada hutan.[2] Spesies ini pertama kali diumumkan pada tahun 1999 tetapi tidak ada deskripsi resmi yang dimasukkan dalam laporan tersebut.[3] Nama latinnya, Muscicapa sodhii, diberikan untuk menghormati Navjot Sodhi (1962-2011), seorang ahli burung dan konservasionis India.[2] Burung ini berumur sekitar 14 tahun cm (5.5 di) panjang dan memiliki bulu bergaris abu-abu kecoklatan, dengan tenggorokan dan dada pucat. Ia memiliki cincin mata berwarna putih yang khas dan paruh berwarna kehitaman. Sikataj-bubik Sulawesi biasanya ditemukan di tumbuhan bawah dan tengah hutan, tempat ia memakan serangga, seperti lalat, semut, dan kumbang. Burung ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 2009 oleh tim ahli burung dari Wildlife Conservation Society dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Nama pulau ini diambil dari nama mendiang Bapak Sohdi, seorang konservasionis dari Sulawesi yang mengabdikan hidupnya untuk melindungi satwa liar di pulau tersebut. Sikatan-bubik Sulawesi dianggap sebagai spesies yang rentan akibat hilangnya habitat akibat deforestasi dan konversi kawasan hutan menjadi pertanian. Burung tersebut saat ini dilindungi berdasarkan hukum Indonesia, dan upaya konservasi sedang dilakukan untuk melindungi habitatnya dan menjamin kelangsungan hidupnya. Referensi
|