Shōjirō Iida
Shōjirō Iida (飯田 祥二郎 , Iida Shōjirō, 8 Agustus 1888 – 23 Januari 1980) adalah seorang Jenderal Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada masa Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan Perang Dunia II. Pada 1945, ia ditangkap oleh Rusia dan dipenjara dari tahun 1945 hingga 1950. Ia meninggal di Tokyo pada 23 Januari 1980. Riwayat HidupShōjirō Iida dilahirkan di Prefektur Yamaguchi pada 8 Agustus 1888. Ia lulus dari angkatan ke-20 Akademi Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada 1908 dan lulus dari Sekolah Staf Angkatan Darat Jepang angkatan ke-27 pada bulan Desember 1915. Ia dipromosikan sebagai kapten pada Desember 1918 dan ikut dalam Ekpredisi Jepang pada Intervensi Siberia melawan Tentara Bolshevik.[1] Setelah ditempatkan di beberapa posisi administrasi dalam Staf Umum Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, termasuk Instruktur di Sekolah Infanteri tahun 1932 hingga 1934, ia diangkat sebagai komandan Resimen Pengawal Kekaisaran ke-4 dari tahun 1934 hingga 1935. Ia kemudian menjadi Kepala Staf Divisi ke-4 IJA tahun 1935-1937. Saat Perang Tiongkok-Jepang Kedua dimulai, ia ditunjuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Pertama Jepang di Tiongkok pada tahun 1938. Tak lama kemudian, ia dipromosikan menjadi letnan jenderal pada bulan Agustus 1939 dan ditugaskan untuk memimpin Angkatan Darat jepang di Taiwan tahun 1938-1939 . Pada 1939, ia ditugaskan kembali ke Pasukan Pengawal Kekaisaran sebagai komandannya hingga 1941.[2] Pada masa Perang Pasifik, ia dipidahtugaskan ke selatan, untuk mengambil alih komando Angkatan Darat ke-25 Jepang yang menduduki Indochina Prancis pada 1941. Ia membangun markasnya di Saigon dan mempersiapkan invasi ke Thailand. Bulan Desember 1941, ia mengambil alih komando Angkatan Darat ke-15 Jepang yang baru dibentuk dan terdiri dari Divisi ke-33 IJA dan Divisi ke-55 IJA. Dimulai pada 8 Desember, ia dengan mudah menghancurkan pasukan perlawanan Thailand dan memaksa Thailand untuk membangun pakta pertahanan bersama. Pada 20 Januari 1942, pasukannya menyebrang ke Burma (sekarang Myanmar) dan memulai Kampanye Burma.[3] Pasukannya yang terdiri dari 35.000 orang akhirnya dikalahkan oleh pasukan Inggris. Pada 8 Maret, ia berhasil menguasai Rangoon dan memutus Jalur Burma, mengisolasi Tiongkok. Bulan Mei, pasukan Inggris dan Tiongkok di Burma telah mundur kembali ke India dan Tiongkok dan menderita sekitar 30.000 korban, sdangkan Jepang hanya menderita 7.000 korban.[4] Tahun 1943, ia kembali ke Jepang dan ditugaskan kembali ke Komando Pertahanan Umum. Dan pada 1944, ia menjadi Panglima Angkatan Darat Distrik Pusat. Ia pensiun dari dinas militer aktif pada tahun 1944, namun, tahun 1945, ia bertugas kembali ke mengambil alih komando Angkatan Darat ke-30 Jepang di Manchukuo sebelum invasi Soviet. Ia ditangkap dan ditawan oleh Tentara Merah Rusia dan menjadi tawanan perang di Uni Soviet dari tahun 1945 hingga 1950.[5] Ia meninggal di Tokyo pada 23 Januari 1980. ReferensiBacaan lebih lanjut
Pranala luar
|