Shibusawa EiichiShibusawa Eiichi, Viscount Shibusawa ke-1 (渋沢 栄一 , 16 Maret 1840 – 11 November 1931) dulu adalah seorang industrialis asal Jepang yang kini dikenal sebagai "bapak kapitalisme Jepang". Ia mempelopori pengenalan kapitalisme Barat ke Jepang setelah Restorasi Meiji. Ia memperkenalkan sejumlah reformasi ekonomi, termasuk penggunaan pembukuan berpasangan, perseroan terbatas, dan bank penerbit uang modern.[1] Ia mendirikan bank modern pertama yang berbentuk perseroan terbatas di Jepang. Bank tersebut diberi nama Dai Ichi Kokuritsu Ginkō (kini digabung ke Mizuho Bank) dan memiliki wewenang untuk menerbitkan uangnya sendiri. Melalui bank tersebut, ia mendirikan ratusan perseroan terbatas lain di Jepang. Sejumlah perusahaan yang ia dirikan pun masih eksis hingga hari ini sebagai perusahaan publik di Tokyo Stock Exchange, yang juga ia dirikan. Kamar Dagang Dan Industri Jepang juga didirikan oleh Shibusawa. Ia pun terlibat dalam pendirian sejumlah rumah sakit, sekolah, universitas, Imperial Hotel di Tokyo, dan organisasi amal seperti Palang Merah Jepang.[1] Aspek lain dari karir Shibusawa adalah bahwa, walaupun ia mendirikan ratusan perusahaan, ia menolak untuk menguasai mayoritas saham dari perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga tidak memungkinkannya untuk membentuk zaibatsu. Entitas yang dikenal sebagai zaibatsu Shibusawa adalah sebuah perusahaan induk yang didirikan untuk mengelola properti milik Shibusawa. Zaibatsu Shibusawa tidak memegang mayoritas saham dari perusahaan apapun. Walaupun memulai karirnya sebagai seorang petani, Shibusawa mendapat gelar Viscount, sementara pendiri zaibatsu lain hanya mendapat gelar Baron. Shibusawa juga mendapat gelar Shōnii, gelar kedua di bawah sistem peringkat ritsuryō, yang biasanya diberikan kepada bangsawan berpangkat tinggi dan perdana menteri. Pada tanggal 9 April 2019, diumumkan bahwa Shibusawa akan ditampilkan dalam uang kertas ¥10000 yang diharapkan dapat mulai diedarkan sekitar tahun 2024. BiografiShibusawa lahir pada tanggal 16 Maret 1840 di sebuah rumah di Chiaraijima (kini terletak di Fukaya, Prefektur Saitama). Ia lalu belajar membaca dan menulis dari ayahnya. Ia kemudian membantu keluarganya bertani di lahan kering, memproduksi dan menjual nila, serta membudidayakan ulat sutra. Ia kemudian mempelajari klasik Konfusian dan sejarah Jepang di bawah Odaka Junchu, seorang akademisi yang juga merupakan sepupunya. Di bawah pengaruh sentimen sonnō jōi (hormati kaisar, usir orang barbar), ia memformulasikan sebuah rencana bersama sepupu dan temannya untuk menangkap Kastil Takasaki dan membakar pemukiman asing di Yokohama. Pada akhirnya, rencana tersebut dibatalkan dan ia pindah ke Kyoto. Shibusawa meninggalkan kota kelahirannya pada usia 23 tahun, dan kemudian mengabdi kepada Hitotsubashi Yoshinobu (lalu menjadi shōgun). Shibusawa lalu menonjol karena upayanya memperkuat keuangan rumah tangga dari keluarga Hitotsubashi. Saat berusia 27 tahun, ia berkunjung ke Prancis dan negara Eropa yang lain sebagai anggota dari delegasi Tokugawa Akitake ke Exposition Universelle (1867). Pada kunjungan tersebut, untuk pertama kalinya, Shibusawa mengamati masyarakat dan budaya Eropa yang modern, serta menyadari pentingnya pengembangan industri dan ekonomi. Sekembalinya dari Eropa bersamaan dengan perubahan pemerintahan yang dikenal sebagai Restorasi Meiji, ia mendirikan Shōhō Kaishō, salah satu perseroan terbatas pertama di Jepang, di Prefektur Shizuoka. Setelah itu, ia diundang oleh pemerintahan Meiji untuk menjadi anggota dari Kementerian Keuangan, di mana ia menjadi pendorong pembangunan Jepang modern dengan menjabat sebagai kepala Kaisei Kakari, bagian dari Kementerian Keuangan yang bertugas melakukan reformasi. Pada tahun 1873, Shibusawa mengundurkan diri dari Kementerian Keuangan dan menjadi presiden Dai-ichi Bank. Bank tersebut merupakan bank modern pertama di Jepang, yang didirikan di bawah bimbingan Shibusawa saat masih masih bekerja di Kementerian Keuangan. Dengan bank tersebut sebagai dasarnya, Shibusawa mendirikan dan mendukung berbagai macam bisnis. Sepanjang hidupnya, Shibusawa mengadvokasi ide bahwa bisnis dan etika yang baik harus selaras. Jumlah perusahaan yang didirikan atau didukung oleh Shibusawa diklaim mencapai lebih dari 500 perusahaan, seperti Mizuho Financial Group, The 77 Bank, Tokio Marine Nichido, Imperial Hotel, Tokyo Stock Exchange, Tokyo Gas, Toyobo, Tokyu Corporation, Keihan Electric Railway, Taiheiyo Cement, Oji Paper Company, Sapporo Breweries, NYK Line, serta Gyeongin Railway dan Gyeongbu Railway di Korea. Shibusawa juga pernah menjabat sebagai presiden Kamar Dagang Tokyo. Lebih lanjut, ia mempelopori sejumlah upaya untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat, dan mendukung pendidikan, terutama pendidikan tinggi pada bidang bisnis, seperti Universitas Hitotsubashi dan Universitas Tokyo Keizai, pendidikan tinggi untuk perempuan, dan sekolah swasta. Shibusawa pun terlibat dalam sekitar 600 proyek yang terkait dengan pendidikan, kesejahteraan sosial, dsb. Selain itu, Shibusawa juga berupaya mempromosikan pertukaran barang dan goodwill antar negara melalui diplomasi sektor swasta. Pada tahun 1902, Shibusawa berkunjung ke Jerman, Prancis, dan Britania Raya.[2][3] Pada tahun 1908, Baron Shibusawa dan anggota Mitsui & Company, bersama pimpinan bisnis asal Jepang yang lain menyambut kunjungan delegasi bisnis resmi Amerika Serikat ke Jepang. Delegasi tersebut dipimpin oleh Frank A. Vanderlip dan diikuti oleh 60 orang anggota Associated Chambers of Commerce of the Pacific Coast, sebuah organisasi bisnis yang didirikan sebelum Kamar Dagang Amerika Serikat. Eiichi Shibusawa mengundang mereka untuk berkunjung ke Jepang guna menjembatani hubungan antara kedua negara serta mempromosikan bisnis dan perdagangan.[4] Pada tahun 1909, sebagai bentuk apresiasi terhadap keramahtamahan yang ditunjukkan ke delegasi bisnis Amerika Serikat saat berkunjung ke Jepang, Associated Chambers of Commerce of the Pacific Coast pun mengundang Shibusawa dan delegasi bisnisnya untuk berkunjung ke Amerika Serikat pada tahun 1909, di mana mereka berkunjung ke 53 kota dan menempuh jarak sejauh 11.000 mil dalam waktu tiga bulan. Delegasi Jepang disambut oleh Gubernur David Rowland Francis (kemudian menjadi Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat) dan Dekan Sekolah Seni dan Sains Universitas Cornell, Charles H. Hull. Salah satu pembicara terkenal pada acara sambutan tersebut adalah Robert H. Treman.[5] Untuk menghormati kunjungan Baron Shibusawa ke Amerika Serikat pada tahun 1915, pada tanggal 2 Desember 1915, sebuah acara makan malam pun diadakan oleh Japan Society of Manhattan[6] di grand ballroom Hotel Astor, di mana Viscount Sutemi Chinda, Duta Besar Jepang untuk Amerika Serikat berbicara tentang hubungan positif antara Jepang dan Amerika Serikat yang terus tumbuh. Terdapat 360 orang yang menghadiri acara makan malam tersebut. Keesokan malamnya, dua mantan presiden Amerika Serikat, yakni Theodore Roosevelt dan William Howard Taft menghadiri resepsi perjamuan diplomatik yang digelar untuk Baron Shibusawa di New York City.[7][8] Perjamuan diplomatik tersebut dihadiri oleh sekitar 60 orang masyarakat Amerika Serikat dan Jepang yang meliputi presiden universitas, aktivis hak politik, pendiri perusahaan penerbit, jurnalis, pimpinan bank, dsb. Pada saat itu, terdapat sejumlah koran yang meliput acara tersebut,[9][10][11] namun tidak ada yang menyebut mantan presiden Theodore Roosevelt dan William Howard Taft menghadiri acara tersebut, kemungkinan atas alasan keamanan, karena Perang Dunia I baru saja pecah di Eropa, dan Jepang telah bergabung dengan Sekutu Eropa, sementara Amerika Serikat kemungkinan juga akan segera bergabung. Sejumlah tamu dari luar Jepang pun pernah mengunjungi kediaman Shibusawa di Asukayama. Shibusawa pernah mengemban sejumlah tugas untuk shogun terakhir Jepang, yakni Tokugawa Yoshinobu. Setelah keshogunan Tokugawa berakhir, Shibusawa menjadi teman dan sekutu politik dari anak Yoshinobu, Pangeran Iyesato Tokugawa. Bersama-sama, keduanya berupaya memelihara demokrasi di Jepang dan mempromosikan goodwill internasional dengan Amerika Serikat dan sekutu Jepang yang lain. Pada tahun 1917, sebagai bentuk empati atas hancurnya Eropa akibat Perang Dunia I, Pangeran Iyesato Tokugawa dan Baron Eiichi Shibusawa, mewakili Jepang, menerbitkan sebuah buklet belasungkawa untuk menghormati sekutunya. Jepang tidak hanya mendukung sekutunya secara militer, namun juga membantu korban luka akibat perang. Buklet belasungkawa tersebut mendeskripsikan bahwa Jepang membentuk sebuah organisasi untuk mengumpulkan dana yang kemudian diberikan ke sekutunya guna membantu perawatan korban. Pangeran Iyesato Tokugawa menjadi presiden dari organisasi tersebut, sementara Baron Eiichi Shibusawa dan S. Shimada menjadi wakil presidennya. Sejumlah pemimpin terkemuka Jepang juga menulis artikel pada buklet tersebut untuk menunjukkan dukungannya kepada sekutu Jepang. Buklet tersebut pun diterbitkan dalam Bahasa Prancis dan Bahasa Inggris. Buklet tersebut diberi judul Japan to her Allies: A Message of Practical Sympathy from the Japan Association for Aiding the Sick and Wounded Soldiers and Others Suffering from the War in the Allied Countries. Buklet tersebut diterbitkan di Tokyo pada tahun 1917. Tujuh bulan sebelum meninggal, pada tanggal 30 November 1919, Theodore Roosevelt menulis artikel panjang di New York Times yang berjudul "What the Japanese Have Stood For In World War," di mana ia menekankan apresiasi besar yang seharusnya diberikan oleh Amerika untuk Jepang, karena peran penting Jepang untuk memenangkan Perang Dunia I.[12] Referensi
Bacaan lebih lanjut
Sumber primer
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Shibusawa Eiichi.
|