Sheikh Hasina
Sheikh Hasina Wazed (bahasa Bengali: শেখ হাসিনা ওয়াজেদ, lahir 28 September 1947) adalah Perdana Menteri Bangladesh yang ke-10 Bangladesh dari 1996 sampai 2001 dan dari 2009 sampai 2024. Ia adalah anak sulung dari Sheikh Mujibur Rahman, presiden pertama Bangladesh. Ketika ayahnya dan keluarganya dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah pada 15 Agustus 1975, ia dan adiknya Sheikh Rehana selamat karena sedang berada di Jerman Barat. Ia kemudian pindah ke Inggris, dan kemudian New Delhi, India. Ia akhirnya kembali ke Bangladesh pada 17 Mei 1981. Kehidupan AwalHasina adalah anak dari Syeikh Mujibur Rahman, pemimpin Bangladesh pada tahun 1971. Hasina menikah dengan M.A. Waed Miah, seorang ilmuwan Bangladesh pada tahun 1968. Hasina aktif dibidang politik dan menjadi juru bicara ayahnya ketika masih di Universitas Dhaka di awal tahun 1960. Keluarga Hasina juga bergabung bersama ayahnya ketika perang untuk mendukung kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971.[1] Ayah Hasina (setelah beberapa bulan menjadi presiden Bangladesh), Ibu Hasina, dan tiga saudaranya dibunuh oleh sekelompok militer pada tanggal 15 Agustus 1975. Hasina saat itu di luar negeri pada saat peristiwa itu terjadi.[1] Kehidupan Politik dan KepemimpinanHasina menjadi tokoh penting dan kritikus demokrasi pada saat ia kembali ke tempat asalnya pada tahun 1981. Hasina juga menjadi pemimpin dari parlemen di India, dimana ia mengatur tentang peraturan pelanggaran militer dan memastikan keamaan dari seluruh rakyatnya.[1] Hasina gagal dalam pemilihan umum yang ada di Bangladesh pada tahun 1961 setelah enam belas tahun tidak diadakan, yang dimenangkan oleh Khaleda Zia, rivalnya, seorang pemimpin Bangladesh Nationalist Party (BNP). Meskipun keadaan ekonomi Bangladesh membaik saat dijabat oleh Hasina sebagai perdana menteri, keadaan politik di Bangladesh masih berantakan. Kemudian BNP memboikot seluruh kegiatan parlemen. Meskipun begitu Hasina masih bekerja di kantornya dan pada tahun 2001 dan dinobatkan sebagai perdana menteri pertama yang menjalankan tugas penuh selama lima tahun. Pada saat hasil pemilihan Hasina kalah dan dimenangkan oleh rivalnya, Khaleda. Hasina dan Liga Awami melakukan protes lagi tentang hasil pemilihan umum namun tidak ada hasil.[1] Hasina tetap melanjutkan kerja di Liga Awami meskipun saat itu keadaan politik sedang memanas. Pada tahun 2007, pemerintah menyatakan keadaan darurat dan membatalkan pemilihan umum-Hasina juga ditangkap karena kasus korupsi dan menyalahgunakan wewenang saat menjadi perdana menteri. Hal yang sama juga terjadi pada Khaleda yang ditangkap karena kasus korupsi, sehingga keduanya dipenjara. Setelah itu Hasina dibebaskan Juni 2008 sedangkan Khaleda di bulan September. Beberapa waktu kemudian setelah status bahaya dihilangkan, pemilihan umum diadakan kembali pada 29 Desember. Berbeda dengan Khaleda dan BNP, Hasina dan Liga Awami berpindah ke parlemen.[1] Buku
Lihat pulaReferensiPranala luar
|