|
Shangri-LaShangri-La adalah sebuah tempat fiksi yang mengambil latar di Pegunungan Kunlun di Tibet[1] dan disebutkan dalam novel Lost Horizon oleh James Hilton yang terbit pada 1933. Dalam novel tersebut, Shangri-La disebutkan sebagai sebuah lembah misterius dan harmonis dengan sebuah biara di bagian barat Pegunungan Kunlun. Tempat ini juga disebutkan memiliki warga yang hidup hingga ratusan tahun melampaui batas umur normal manusia dan mengalami penuaan yang sangat lambat.[1] Shangri-La kemudian menjadi identik dengan surga duniawi, khususnya utopia Himalaya; seolah merupakan tempat bahagia yang terisolasi dari dunia luar. Naskah-naskah Tibet kuno menyebut keberadaan tujuh tempat identik Shangri-La sebagai Nghe-Beyul Khembalung.[2] Khembalung sendiri merupakan salah satu dari beyul (lembah tersembunyi) utopis yang dipercayai oleh kaum Buddhis Tibet sebagai tempat suci yang didirikan oleh Padmasambhava pada abad ke-9 sebagai pengungsian dalam masa konflik.[3] Klaim kontemporerBeberapa tahun sebelum menulis Lost Horizon, James Hilton mengunjungi Lembah Hunza di Gilgit-Baltistan yang berada di dekat perbatasan Tiongkok-Pakistan. Kawasan tersebut, dengan karakteristik lembah hijau yang dikelilingi pegunungan dan terisolasi di bagian barat Himalaya, memiliki kemiripan tinggi dengan deskripsi Shangri-La di dalam novel sehingga dipercaya telah menginspirasi Hilton dalam menulis deskripsi geografis Shangri-La.[4] Pada tahun 2001, wilayah Zhongdian di Prefektur Otonom Tibet Dêqên yang terletak di barat laut Provinsi Yunnan, Tiongkok, secara resmi berganti nama menjadi Shangri-La (Hanzi: 香格里拉; Pinyin: Xiānggélǐlā; bahasa Tibet Baku: སེམས་ཀྱི་ཉི་ཟླ།). Lihat pulaReferensi
Kepustakaan
|