Setiawan Sabana
Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA (10 Mei 1951 – 27 April 2023)[1] dikenal juga dengan Prof Wawan, adalah seorang seniman grafis, dosen, serta guru besar seni rupa Indonesia.[2][3] Ia dikenal sebagai salah satu tokoh pemuka dalam seni grafis Indonesia serta seni menggunakan medium kertas. Kehidupan pribadiWawan menikah untuk kedua kalinya dengan Lilis Nuryati, seorang seniman ecoprint dan shibori, pada tanggal 11 Desember 2019. Ia sebelumnya menikah dengan Elly Setiawan (nama asli Elly Siti Muslihat), seorang dosen Sastra Jepang dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Padjadjaran. Elly meninggal pada 17 Mei 2018.[4][5] Ia memiliki dua anak, yaitu Patra Aditya dan Syarif Maulana.[5] Pendidikan dan karierAkademikWawan lulus dari Jurusan Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB), pada tahun 1977. Ia kemudian mendapatkan beasiswa Fulbright Scholarship pada tahun 1980, dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di Universitas Northern Illinois, dalam bidang yang sama. Pada tahun berikutnya ia menggelar sebuah pameran tunggal di universitas Amerika Serikat tersebut.[2] Ia menyelesaikan S3 pada tahun 2002 dari Institut Teknologi Bandung dengan penelitian tentang seni rupa kontemporer di Asia Tenggara (khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina).[5] Ia menjadi dekan di FSRD ITB sampai tahun 2005.[6] KesenianSejak awal, karier keseniannya dikenal dekat dengan medium kertas.[7] Ketertarikannya pada kertas ini tidak sekadar berhenti pada kertas sebagai bentuk, tetapi juga kepada hal yang lebih esensial.[6] Dalam satu pameran tunggal berjudul Jagat Kertas (gambar di samping), ia mengatakan bahwa kertas dalam pameran itu dapat dimaknai dengan jagat besar (makrokosmos), jagat kecil (mikrokosmos), dan jagat gaib (metakosmos), mengikuti filsafat Sunda yang mengenal alam semesta besar, kecil, dan ruh.[7] Selain berurusan dekat dengan kertas, Wawan juga dikenal dekat dengan seni grafis. Kelulusannya dari jurusan seni grafis, sebuah bagian seni yang waktu ia lulus tidak terlalu dipandang oleh para kritikus, ia ambil sebagai tantangan untuk mengedepankan seni grafis di Indonesia. Ia sempat mengikuti penelitian tentang seni grafis kontemporer Jepang pada tahun 1989, selama empat bulan, atas undangan dari Japan Foundation. Di Jepang, ia menyempatkan diri untuk kembali dan berpameran, yaitu sebuah pameran tunggal di Galeri Natsuhiko, Tokyo, pada tahun 1990, dan sebuah pameran tunggal di Galeri Oda di Hiroshima pada tahun 1991. Selama tahun 1990, ia beberapa kali mengikuti pameran seni grafis, antara lain "International Print Exhibition" di Bangladesh, "Modernities and Memories" di Venesia, Italia, dan "The Thirteen Asian International Art Exhibition" di Malaysia.[2] Karier kesenian dalam bidang seni grafis ini sempat terhenti dari tahun 1998 akibat suntuk. Namun, setelah sebuah pameran berjudul "Diagnosis" yang diselenggarakan di Galeri Soemardja, ITB, pada 24 Oktober hingga 14 November 2014 yang berisi showcase karya-karya seni grafisnya, ia menyatakan tidak pernah benar-benar meninggalkan seni grafis dan akan kembali lagi. Ia mengatakan akan kembali lagi ke seni grafis dengan tema, peralatan, bahan, dan teknik yang "khas Indonesia", menolak tatanan seni grafis yang berasal dari Eropa atau Jepang. Penerusan eksplorasi ini akan tetap disertai dengan kiprahnya menggunakan medium kertas.[8] Garasi 10Wawan memiliki sebuah galeri yang dirintisnya sejak tahun 2012, berlokasi di Jalan Rebana no 10, Bandung, bernama Garasi 10. Galeri ini dipersiapkannya selain untuk tempat aktivitas seni, juga sebagai tempat berdiskusi.[5] PenghargaanWawan telah memenangkan beberapa penghargaan, di antaranya Satyalancana Karya Satya XX Tahun dari Presiden Indonesia pada tahun 2002. Selain itu, ia juga mendapatkan Special Contribution Award of Asian Art Exhibition for outstanding contributions di Asian Art Exhibitions ke-22, tahun 2007. Ia juga pernah mendapatkan medali perak dalam Seoul International Art Exhibition di Seoul, Korea, pada tahun 1984.[2] Pada tahun berikutnya, ia memenangkan medali emas di penyelenggaraan pameran yang sama.[9] Referensi
Pranala luar |