Seno Nugroho
Ki Seno Nugroho (bahasa Jawa: ꦑꦶꦯꦺꦤꦟꦸꦒꦿꦲ) (23 Agustus 1972 – 3 November 2020) adalah seniman dan dalang wayang kulit berkebangsaan Indonesia asal Yogyakarta. Namanya dikenal secara luas sebagai dalang melalui pergelaran wayang kulit yang memadukan antara gagrag Surakarta dan gagrag Yogyakarta. Kekhasan lainnya yang membuat terkenal adalah saat menampilkan panakawan (Semar, Garèng, Pétruk, Bagong) dengan guyonan yang spontan, kontekstual, aktual, dan lucu. Selain mendalang di Indonesia, Seno Nugroho juga pernah diundang tampil di negara Belanda dan Belgia.[1][2][3] Latar belakangSeno Nugroho lahir di Yogyakarta, 23 Agustus 1972. Ia berasal dari keluarga dalang wayang kulit. Kakek buyutnya adalah dalang abdi dalem Pura Pakualaman, yaitu Ki Jayeng, sedangkan kakeknya adalah dalang Ki Cermo Bancak, yang kemudian berputra Ki Suparman Cermo Wiyoto, ayah dari Ki Seno Nugroho.[4][5][6] Seno Nugroho mulai menggeluti dunia pedalangan sejak usia 10 tahun, dan mengawali kariernya sebagai dalang pada usia 15 tahun, saat masih duduk di Sekolah Menengah Kesenian Yogyakarta. Kekagumannya terhadap sosok Ki Manteb Soedharsono yang membuat dia tertarik pada pedalangan dan terus menggelutinya. Hingga akhir hayatnya, Seno belum mempunyai sanggar pedalangan sendiri, tetapi sesekali beberapa orang dari mancanegara belajar mendalang padanya. Dia juga mempunyai kelompok karawitan sendiri yang diberi nama Wargo Laras dengan jumlah anggotanya kurang lebih 50 orang. MeninggalKi Seno Nugroho meninggal dunia pada tanggal 3 November 2020 pukul 22.15 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta, akibat serangan jantung, beberapa saat setelah bersepeda.[7] Pada hari Rabu, 4 November 2020, jenazah Ki Seno Nugroho dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Semaki Gede, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.[8] Ia meninggalkan seorang istri, Agnes Widyasmoro, dan tiga orang anak.[9] Referensi
|