Sena Didi Mime
Sena Didi Mime adalah kelompok teater pantomim yang didirikan pada tahun 1987 oleh Sena A. Utoyo dan Didi Petet. Gagasan dibentuknya kelompok teater pantomim ini dimulai pada penghujung tahun 1970-an ketika mereka berdua masih menjadi mahasiswa di Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Kesenian Jakarta. Mereka berdua menciptakan dan memainkan repertoar pantomim standar seperti lazimnya pantomim yang berada di Barat. Kemudian bersama dengan rekan sejawat mereka, Krisno Bossa dan Ray Sahetapy membentuk sebuah grup pantomime yang diberi nama Kijang Group yang berhasil menjuarai Festival Pantomim Jakarta. Mengikuti keberhasilannya ini, Sena dan Didi kemudian mendapatkan undangan untuk mewakili Indonesia tampil pada Asian Festival di Seoul, Korea Selatan dan menampilkan repertoar pantomim mereka. Pada tahun 1986, Sena dan Didi bersama dengan seniman-seniman Indonesia lainnya mengikuti Cultural Expo di Vancouver, Canada. Sepulangnya dari perhelatan akbar ini, barulah mereka berdua menemukan ide segar dalam dunia pantomime. Mereka berniat untuk tidak lagi memainkan repertoar yang sederhana, singkat dan cenderung fragmentaris, tetapi mereka mulai menciptakan sebuah bentuk pertunjukan yang lebih kompleks dan kolosal. Maka pada bulan April 1987, mereka mementaskan pertunjukan teater pantomime kolosal pertama berjudul “Becak” yang didukung oleh 70-100 aktor pantomime dengan durasi 2 jam tanpa jeda. Pertunjukan ini pun menjadi titik awal terbentuknya kelompok teater pantomime Sena Didi Mime, Sena dan Didi tidak lagi berdua dalam menampilkan repertoar pantomime mereka namun dibantu oleh personil-personil lain yang mendukung terlaksananya pertunjukan Sena Didi Mime. Di antara personil-personil tersbut ada beberapa nama besar yang pernah turut membantu pertunjukan Sena Didi Mime di antaranya Indra Lesmana, dan Harry Roesli sebagai music director disamping beberapa nama aktor pantomime yang sampai sekarang masih menunjukan eksitensi nya di dunia seni peran Indonesia. Pada Tahun 1992 dan tahun 1994 Sena Didi Mime memprakarsai diadakannya Festival Pantomime tingkat Internasional di Indonesia. Dan dilanjutkan dengan pementasan berbagai judul teater pantomime dan menjadikan Sena Didi Mime sebagai salah satu kelompok seni pertunjukan paling produktif pada era tahun 1990-an. Pada 7 November 1998, Sena Didi Mime kehilangan salah satu pendirinya, Sena A. Utoyo akibat serangan jantung yang menyerangnya di sela-sela shooting sinetron komedi Keluarga Miring yang melambungkan nama duet Edwin dan Joddy. Namun Sena Didi Mime masih tetap aktif berkarya ditandai dengan dipentaskannya Kaso Katro pada tahun 1999 yang merupakan rekonstruksi ide terakhir Sena Utoyo. Paska meninggalnya Sena Utoyo, kelompok Sena Didi Mime tidak lantas menjadi lumpuh, kendati intensitas pertunjukan pertahun tidak lagi se banyak di era tahun 1990an. Memasuki milennium baru, merupakan babak baru bagi Sena Didi Mime, di bawah supervisi dari Didi Petet dan beberapa senior Sena Didi Mime lainnya seperti Yayu Unru, Mathias Mucus, dll. Sena Didi Mime berhasil mementaskan 4 judul pertunjukan, bahkan pada tahun 2010 sempat memenuhi undangan Profesor Milan Sladek untuk pentas sebagai group kehormatan dalam pembukaan sebuah gedung pertunjukan di Bratislava, Slovakia dan mengikuti Jakarta- Berlin Festival di Berlin, Jerman membawakan nomer pertunjukan Broom in Hand yang di sutradarai oleh Yayu Unru salah satu anggota senior Sena Didi Mime yang telah bergabung dalam grup ini sejak pertama grup ini dibentuk. Pada 15 Mei 2015, Sena Didi Mime kembali ditinggalkan oleh pendirinya, Didi Petet. Kepergian Didi Petet merupakan sebuah pukulan untuk group ini namun tidak menyurutkan hasrat mereka untuk terus berkarya. Hingga hari ini, usia kelompok teater pantomime Sena Didi Mime sudah hampir 30 tahun, bentuk repertoar kolosal yang melibatkan begitu banyak aktor pantomime di atas panggung pun telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Kini dibawah pimpinan sutradara Yayu Unru, bentuk pertunjukan Sena Didi Mime semakin ringkas, minimalis dan efisien dengan hanya melibatkan 5-10 pemain di panggung. Namun Sena Didi Mime tidak kehilangan keunikan yang telah menjadi jati diri nya selama 30 tahun dengan tetap mengusung nomer-nomer pantomime, dark comedy, dan teater tubuh. Keunikan pertunjukan yang dihadirkan oleh Sena Didi Mime membuat kelompok teater pantomime Sena Didi Mime dengan mudahnya mengukir prestasi baik di dalam maupun luar negri, sepetti penghargaan yang diberikan kepada mereka dalam ajang Istropolitana Project 2016 di Bratislava, Slovakia sebagai The Craziest Production untuk nomer pertunjukan Classroom. Pada tanggal 11 Maret 2017, Sena Didi Mime kembali memementaskan nomer pertunjukan terbaru mereka, Mati Berdiri dalam ajang Hela Teater di Komunitas Salihara yang mendapatkan sambutan positif dari publik. Seperti pepatah yang selalu dianut oleh kelompok teater pantomime tertua di Indonesia ini, Ars Longa, Vita Brevis, art is long life is short maka regenerasi akan selalu dilakukan untuk menghasilkan karya-karya yang memperkaya dunia seni pertunjukan Indonesia. PertunjukanNasional
Internasional
PrestasiThe Craziest Production Istropolitana Projekt, Bratislava Slovakia (2016) Pertunjukan terakhirAdegan-adegan dalam Mati Berdiri dirangkai dalam situasi komedi. Berangkat dari realitas Indonesia hari ini, lakon ini mengangkat perihal berhamburnya informasi yang sering memantik kegamangan. Informasi yang menjebak di antara benar atau salah, fakta atau bukan dan cara menyikapinya. Keadaan yang sukar untuk diselesaikan, menjengkelkan, membuat hidup serba-salah dan jika ingin mati saja seolah-olah harus berdiri. Pranala luar
|