Sejarah budaya Taiwan
Sejarah budaya Taiwan dapat dilacak kembali ke Zaman Batu Prasejarah. Kemudian perkembangan bahasa tulis membuat lebih mudah untuk mempertahankan tradisi budaya Taiwan.[1] Catatan sejarah mengenai budaya Taiwan sebagian besar berasal dari tradisi budaya Tionghoa, meskipun ada pengaruh dari kekuasaan asing. Meskipun budaya Taiwan modern secara signifikan dipengaruhi oleh budaya Jepang dan Amerika, nilai-nilai dan tradisi orang Taiwan sangat berdasar pada budaya Han Konghucu.[2] Budaya prasejarahBudaya di Zaman Batu Baru Taiwan (dimulai kira-kira 5000 SM) semuanya ditinggalkan oleh suku bangsa Austronesia. Namun mungkin ada pemukim lain sebelum kedatangan orang-orang Austronesia. Sebagai tambahan, penduduk asli daratan itu mempengaruhi keyakinan, musik, dan nama-nama tempat di Taiwan. Suku-suku penduduk asli ini meliputi orang-orang Ketagalan, Kavalan, Taokas, dan Babuza. Namun, setelah tiga abad migrasi Tionghoa Han ke Taiwan, budaya khususnya berangsur menghilang, menciptakan percampuran budaya yang bersatu. Dasawarsa 1620an melihat titik balik besar dalam sejarah budaya Taiwan karena pengenalan pada Naskah Sinkang. Bahasa tulis ini dibawa ke Taiwan oleh misionaris Belanda, yang menandai berakhirnya prasejarah Taiwan berakhir.
Budaya kolonial EropaSebagai hasil posisi strategis Taiwan, banyak kekuasaan asing yang tertarik membangun pemukiman di Taiwan. Taiwan pertama kali diperkenalkan pada negara Eropa di sekitar pertengahan abad keenam belas oleh para penjelajah Portugis, yang menamai pulau itu "Ilha Formosa," yang artinya "pulau yang cantik", dan kepulauan tetangganya "Pescadores," yang artinya "Nelayan."[4] Perusahaan Hindia Timur Belanda menginvasi Pescadores di tahun 1622. Setelah beberapa kali pertempuran dengan tentara Ming, Belanda setuju untuk mundur ke pulau Taiwan, yang bukan bagian dari wilayah kekuasaan Ming. Di tahun 1624, Belanda membangun pos perdagangan di lokasi yang saat ini merupakan Kota Tainan dan membangun pusat politiknya di Benteng Zeelandia. Karena kekurangan tenaga kerja, Belanda merekrut para migran Han. Hasilnya, masyarakat kesukuan sebelumnya berubah dengan drastis. Belanda bukan satu-satunya pemukim Eropa di Taiwan. Di tahun 1626, keturunan bangsa Spanyol membangun pemukiman di bagian utara Taiwan. Benteng San Salvador dibangun di lokasi yang saat ini merupakan Keelung. Kemudian, mereka memperluas wilayah kekuasaan mereka ke lokasi yang saat ini adalah Yilan dan Tamsui, dan membangun Benteng Santo Domingo, yang masih ada sampai sekarang. Para misionaris Spanyol membuat banyak penduduk asli menjadi penganut katolik. Namun, Belanda menyerang pemukiman Spanyol di utara Taiwan pada tahun 1642, mengusir mereka dan menduduki wilayah kekuasaan mereka. Lihat jugaReferensi
|