Segeri, Pangkajene dan Kepulauan

Segeri adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan, Indonesia yang terletak sekitar 75 Kilometer di sebelah utara kota Makassar, dengan mayoritas penduduk bersuku Bugis. Kecamatan ini merupakan perbatasan dan pertemuan 2 suku besar di selatan Sulawesi yaitu Bugis dan Makassar. Hal ini terlihat dari penamaan beberapa tempat, kampung dan desa, yang sebagian mempergunakan bahasa Bugis atau bahasa Makassar.

Segeri
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenPangkajene dan Kepulauan
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total20,264 jiwa (BPS 2.007). jiwa
Kode Kemendagri73.10.09 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7309091 Edit nilai pada Wikidata
Luas78,28 km²
Kepadatan- jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 4°38′32.79073″S 119°34′59.57393″E / 4.6424418694°S 119.5832149806°E / -4.6424418694; 119.5832149806


Sejarah

Asal muasal nama

Kata "Segeri" diduga berasal dari Bahasa Bugis, “Se’geri”, yang artinya kurang lebih. Dalam tutur masyarakat sehari-hari, kata ini sering dimaknai sebagai “tegas”, “menegaskan” atau “menggertak”. Penamaan ini diduga berkaitan dengan watak pemberani orang Segeri karena dari perjalanan sejarahnya yang banyak makan asam-garam dalam peperangan, terlahir dari situasi perang dan pembunuhan. Mereka diharuskan tegas dan tidak boleh kalah gertak dari orang lain. Kata “Segeri” banyak pula yang mengatakannya berasal dari kata "Sigere-gere" (Bugis: saling membunuh atau saling memotong). Dugaan ini dilatarbelakangi terjadinya peristiwa pertumpahan darah/perang di daerah itu pada masa lampau, di mana daerah itu menjadi tempat bertemunya dua orang atau dua kelompok yang sama-sama mempertaruhkan siri-nya (harga dirinya) yang harus terbalaskan (terbayar) setelah pertumpahan darah terjadi sebagai tumbalnya.hal ini dapat dilihat dari penamaan tempat dengan bahasa Bugis dan bahasa Makassar di mana perbataasannya hanya diantarai Sungai. Seluruh tempat di bagian utara Segeri menggunakan istilah Bugis, sementra di bagian selatan menggunkan istilah Makassar.

Namun ada pula yang mengatakan bahwa kata Segeri berasal dari kata “Sigegeri” (Makassar: geger ; ribut diringi tawa terbahak – bahak ; saling melampiaskan rasa senangnya ; ramai). Namun dugaan yang terakhir ini kurang mendapatkan konfirmasi dari banyak kalangan mengingat masyarakat Segeri adalah masyarakat berpenutur Bahasa Bugis.

Sistem Pemerintahan dan Administratif

Pemerintahan sistem Karaeng

Kekaraengan di Segeri pada awalnya meliputi 36 kampung perintah oleh masing-masing Kepala Kampung bergelar Matoa, Gallarang, Sullewatang, dan Jennang, yg kemudian Dipimpin oleh seorang Karaeng 3 orang bergelar Gallarang dan 28 orang bergelar Matowa 3 Jennang . Dahulu Karaeng Segeri dibantu oleh seorang petugas yang disebut Sullewatang, akan tetapi jabatan itu sudah agak lama terlowong dan tidak lagi diisi karena tidak lagi dianggap perlu.

Makam ('Controleur') Max Föhringer dan istrinya yang terletak di santaria, panaikang

Kekaraengan Segeri sudah berdiri lama menurut riwayat adalah seorang kemenakan (anak dari saudara perempuannya) dari Raja Gowa yang bernama I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga (Raja Gowa X) menjadi Karaeng (Raja) di Segeri, yaitu di sekitar Tahun 1546 – 1565. Raja Gowa ini menaklukkan Kerajaan Siang. Karaeng Segeri yang termaksud itu juga yang pertama – tama diangkat oleh rakyat Tanete menjadi Raja di Tanete, yang pada waktu itu masih dinamai Kerajaan Agang Nionjo. Raja Tanete tersebut lazim disebut Datu GollaE, menurut nama sebuah kampong yang bernama GollaE, terletak dalam Kerajaan Segeri.

Oleh karena sejak Datu GollaE menjadi karaeng di Segeri telah mengakui kekuasaan tertinggi dari Gowa, dengan sendirinya sewaktu dia diangkat menjadi raja (Datu) di Agang Nionjo, kerajaan ini dibawah pengaruh kekuasaan Gowa, walaupun dikatakan bahwa Agang Nionjo dengan Gowa hanya terwujud suatu persekutuan (verbond). Pada peristiwa perwujudan persekutuan itu, sarung dari keris arajang Kerajaan Agang Nionjo diberikan kepada Gowa, sedangkan mata dari keris arajang itu disimpan sendiri oleh Agang Nionjo. Keris arajang tersebut dinamai Daeng Tamacinna yang sebenarnya berasal dari To Sangiang (To-manurung) yang mula – mula mendirikan Kerajaan Agang Niondjo. (Makkulau, 2007)

Di antara tahun 1619 dan 1630 Kerajaan Segeri, bersamaan dengan kerajaan – kerajaan kecil yang terletak di sebelah selatan, ditaklukkan oleh Raja Gowa, Sultan Alauddin Tumenanga di Gaukangna. Dalam Tahun 1667 sewaktu Gowa dikalahkan oleh Belanda, Kerajaan Segeri ditaklukkan dengan senjata oleh Belanda dan menurut pasal 20 Perjanjian Bungaya, Kerajaan Segeri dijadikan “atau "NOORDEN DISTRICTEN bagian dari "NOORDEN PRO-VINCIEN ” (Daerah – daerah utara), dibawah kekuasaan langsung Kompeni Belanda.

Sementara kekuasaan kompeni Belanda di Noorderdistricten hilang disebabkan oleh penyerbuan – penyerbuan dari orang – orang Bone di antara Tahun 1776 dan 1799, maka Karaeng segeri, La Tenrisessu Arung Pantjana dengan bantuan dari Addatuang Sidenreng, Arung Berru, dan Datu Tanete, memberi pukulan yang hebat kepada Raja Bone, La Tenritappu (MatinroE ri Rompegading). Enam tahun kemudian Noorderdistricten (termasuk Segeri) jatuh ke dalam tangan orang – orang Bone. Beberapa tahun kemudian, sewaktu orang Inggris pada tahun 1814 mengambil alih pemerintahan Belanda, Inggris dapat mengusir orang – orang Bone dari daerah – daerah tersebut. Akan tetapi dalam tahun 1815, sewaktu tentara Inggris meninggalkan daerah – daerah itu, orang – orang Bone kembali lagi menguasai daerah tersebut. Mereka itu dibantu oleh datu Tanete yang dengan kekuatan 3000 orang menyerbu masuk dan menguasai daerah – daerah itu sampai Maros. Tak lama kemudian orang Inggris dengan bantuan dari lasykar Gowa mengusir orang – orang Tanete sampai ke Pangkajene dan Labakkang.

Inggris bersama lasykar Gowa tidak dapat memukul mundur orang – orang Tanete lebih jauh, sementara itu Bone dengan lasykar yang kuat menyerbu masuk ke Maros dan mengusir orang – orang Gowa yang berkedudukan di Maros. Dalam tahun 1816 tentara Inggris mengusir orang – orang Bone dari daerah Maros, tetapi pada tahun itu juga Belanda mengambil alih pemerintahan Inggris di Sulawesi. Belanda berusaha mengusir orang – orang Tanete dari Labakkang dan Pangkajene, tetapi hasilnya tidak berarti. Baru dalam tahun 1824, belanda dapat menguasai kembali seluruh Noordendistrichten. Belanda menyerahkan pemerintahan atas Segeri kepada sahabatnya,La Abdul Wahab Mattotorangpage Daeng Mamangung. (Lontara Segeri )

perkampungan segeri
perkampungan segeri atau sekarang lebih dikenal dengan nama tanjong'e

Kekaraengan Segeri diawali dengan keregent-an (regenschap) dilebur pada Onderafdeeling Maros, disesuaikan dengan Stbl No. 31a tahun 1824. kekaraengan Segeri terdiri dari 33 Kampung. Dalam upacara – upacara adat di Segeri, maka Matowa Segeri yang memegang peranan penting, lebih daripada teman – teman sejawatnya. Menurut riwayat, Dahulu Segeri diperintah oleh seorang raja, kini Segeri merupakan persekutuan hokum yang dikepalai oleh seorang Matowa. Kekaraengan Segeri mempunyai empat bajak selaku arajang (pusaka) Segeri, sekarang menjadi kecamatan, sedangkan kekaraengan Mandalle dilebur dan dimasukkan ke dalam wilayah Kecamatan Segeri. Nanti pada Tahun 2000, Mandalle dipisahkan dari Segeri dan dijadikan satu kecamatan tersendiri. Yang terakhir jadi Karaeng Segeri ialah Andi Page. Kemudian dia jadi Camat Segeri, setelah meninggal dunia, dia digantikan oleh Andi Sakka, dia digantikan oleh Letnan Daeng Tiro.

Karaeng yang pernah memerintah di Segeri

  1. (1430 - 1488)- La Mantang
  2. (1488 - 1545)- Sayyid Jafar, Putra Dato Sabutung
  3. (1545 - 1653)- Datu Gollae, Keponakan dari Raja Gowa X Dg,Matanre Karaeng Imannuntungi Karaeng Tumapa’risi Kallonna
  4. (1776 - 1842)- La Tenri Sessu Opu Cenning, Sultan Abdul Wahab Arung Pancana yg juga merupakan Putera dari Payung'e Luwu yg ke 24 dan 26 yakni We Tenri Leleang, bergelar Petta Matinroe’ ri Soreang
  5. (1842 - 1850)- Lapadu Daeng Mattara Putra dari Laloasa daeng Matteru Karaeng lesso’e* yang juga merupakan Cucu dari La Tenri Sessu’
  6. (1850 - 1860)- La Ento Dg.Mattone (Lapakanna) /Karaeng Temba’i Alena*., Putra dari La Sulukeng Dg.Mattara
  7. (1861 - 1865) - La Pawawoi Karang Segeri yg kemudian Kelak Menjadi ARUMPONE
  8. (1865 - 1885)- Page La Paddare Dg.Manangkasi Putera dari Arungnge Dg.Simpuang juga merupakan Cucu dari La Tenri Sessu’.
  9. (1885 - 1892)- La Mappakaya Karaeng Loloe menggantikan Ayahandanya Page Lapaddare Dg.Manangkasi Karaeng segeri
  10. (1892 - 1919)- Calunde’ Karaeng Ambo’na I Rajeng Putera dari Laento Dg.Mattone
  11. (1919 - 1935)- Andi Tuo Dg.Mattone Petta Toa (Gunco), Putera dari La mattoana Dg.patombong Karaeng Bonto Makkio. Pada saat kependudukan jepang 1942-1945 ia juga ditunjuk sebagi Guncho
  12. (1935 - 1938)- Andi Nanggong Dg. Mattimung Petta Bonto Manai, Cucu dari La Ide Matinroe Ri Balang.
  13. (1938 - 1965)- Andi Page Dg.Manangkasi Petta Lolo Putera dari Andi Tuo Dg.Mattone (gonco).
  14. (1965 - 1967)- Andi Sakka Petta Lolo Putra Dongkang Dg Massikki Karaeng Mandalle

Setelah berakhirnya masa Pemerintahan kekaraengan Atau sistem kerajaan, Maka Segeri Pun secara Administratif Menjadi Salah Satu Kecamatan Di Kabupaten Pangkep

Pembagian administratif

  1. Kelurahan Bawasalo
  2. Kelurahan Bone
  3. Kelurahan Bontomatene
  4. Kelurahan Segeri
  5. Desa Baring
  6. Desa Parenreng

Objek wisata dan budaya

puncak sorongan dari lahan sawah

segeri juga memiliki banyak ragam kesenian, budaya dan objek wisata, antara lain:

  • Ritual Mappalili
  • Terapi Alam Mangguliling
  • Sorongan Ricefield
  • Air terjun Mare-mare
  • Mata Air Apputang
  • Telaga Biru Baring
  • Ritual Mappalili Arajang
  • Bissu Dewata
  • Bissu Dewata

Lihat pula

Catatan kaki

Tokoh Masyarakat dan Pelaku Sejarah dan Budayawan Yg masih hidup saat ini adalah:

  • H.Maddusila, BA
  • M.Nur Dg.Sijaya
  • Sirajuddin Dg.Tappa
  • Roedy Rustam

Rujukan yang disebut dalam artikel

  • http://pangkepkab.go.id/
  • Lontara Segeri
  • Rustam,Roedy 2013. Tanrere Abbatireng
  • Catatan Konterler,Baron T.Collot de Escuri,Penanggung Jawab Nederland Indiche
  • Makkulau, M. Farid W. 2007. Sejarah dan Kebudayaan Pangkep. Pangkep: Pemkab Pangkep.
  • Makkulau, M. Farid W. 2008. Sejarah Kekaraengan di Pangkep. Makassar:'Pustaka Refleksi.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya