Saudagar JeramiSaudagar Jerami (わらしべ長者 , Warashibe Chōja) adalah cerita rakyat Jepang yang mengisahkan seorang laki-laki miskin yang menjadi kaya setelah melakukan serangkaian barter, dimulai dari sebatang jerami.[1] Cerita ini kemungkinan ditulis pada zaman Heian dan kemudian dimasukkan ke dalam Konjaku Monogatarishū dan Uji Shūi Monogatari.[2][3] PlotSeorang petani rajin namun miskin berdoa kepada Buddha Welas Asih agar dibebaskan dari kemiskinan. Buddha berkata kepadanya untuk memungut benda pertama yang disentuhnya di tanah dan membawanya bepergian ke arah barat. Ia tersandung jatuh ke tanah ketika keluar dari kuil, dan menyentuh sebatang jerami yang lalu dipungutnya. Dalam perjalanan, ia menangkap lalat kuda yang mengganggunya, dan mengikat lalat itu pada ujung jerami. Di kota berikutnya, bunyi dengung lalat di ujung jerami membuat bayi yang sedang menangis menjadi terdiam. Ia lalu memberikan jerami beserta lalat kepada ibu dari bayi itu. Sebagai tanda terima kasih, ia diberi tiga buah jeruk. Perjalanan diteruskannya dengan membawa jeruk. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang gadis yang sedang kehausan. Jeruk diberikannya kepada anak gadis itu. Sebagai tanda terima kasih, ia menerima sehelai kain sutra. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang samurai dengan seekor kuda yang sedang kepayahan. Samurai meminta agar ia mau menukar kain sutra dengan kuda. Setelah diurusnya, kuda menjadi sehat kembali. Petani lalu melanjutkan perjalanan ke barat dengan menunggang kuda. Seorang jutawan terkesan dengan kuda bagus yang dimilikinya. Ia diundang untuk berkunjung ke rumah jutawan. Anak perempuan jutawan itu ternyata gadis yang pernah diselamatkannya dari kehausan dengan buah jeruk. Sang jutawan melihatnya sebagai takdir dan meminta kepadanya agar mau menikahi putrinya. Ia menikah dengan putri jutawan dan menjadi kaya. Cerita ini berkembang sebagai tradisi lisan. Detail cerita telah berubah-ubah sejalan perjalanan waktu, dan tercipta beberapa versi yang berbeda-beda. Dalam beberapa versi, tokoh utama bukanlah seorang petani, melainkan seorang prajurit yang menukarkan kudanya dengan sepetak sawah. Ia lalu menjadi petani yang sukses, tanpa menikahi putri seorang jutawan.[3] Budaya populer
Referensi
Pranala luar
|