Sanrobone, Takalar
Pada tahun 2016, jumlah penduduk Kecamatan Sanrobone hampir mencapai 14 ribu jiwa. Komoditas utama di kecamatan ini yaitu rumput laut, padi dan jagung. Di Kecamatan Sanrobone juga terdapat dua peninggalan sejarah, yaitu Benteng Sanrobone dan Masjid Tua Sanrobone. SejarahKerajaan SanroboneKerajaan Sanrobone terletak sekitar 60 km di sebelah selatan Kota Makassar. Wilayah bekas Kerajaan Sanrobone masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Takalar. Kerajaan Sanrobon didirikan oleh Karaeng Panca Belong. atau juga dikenal dengan nama Karampang Cambelong. Sebagaimana dikatakan dalam Lontara Patturioloanga ri Sanrobone (Catatan Kerajaan), bahwa Karampang Cambelong, ialah orang yang pertama kali mengambil daerah Sanrobone dan menjadikannya sebagai permukiman. Sebelum tinggal di Sanrobone, ia tinggal di Manjapai* (*Manjapai adalah nama sebuah daerah yang terletak di sebelah utara Sanrobone, sekarang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa). Pada awalnya, kerajaan Sanrobone adalah sebuah kerajaan yang berdiri sendiri, namun dalam perjalanannya kerajaan ini menjadi Kerajaan Palili dari Kerajaan Gowa (*Kerajaan Palili adalah kerajaan yang berdiri sendiri namun menjadi pengikut dari Kerajaan Gowa). Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sanrobone ialah:
Benteng SanroboneBenteng Sanrobone, itulah namanya. Ia lahir pada abad XV dari buah tangan Raja Sanrobone I, Karaeng Dampang Panca Belong. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1515 atas perintah Raja Gowa Tumapa'risi Kallonna dan rampung pada tahun 1520. Terletak di Desa Sanrobone, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar Sulsel, sekitar 80 kilometer dari Makassar. Benteng ini dulunya seluas 25.54 Ha dengan ukuran sisi barat sepanjang 573 m, sisi selatan 529 m, sisi timur 748 m dan sisi utara 332 m. Benteng ini terbuat dari batu bata dan berbentuk perahu dengan panjang sekitar 3,7 km dan mempunyai 7 pintu yaitu 4 pintu besar searah dengan mata angin dan 3 pintu kecil dengan ketebalan dinding tembok selebar empat meter. Konon benteng ini dahulu mempunyai tinggi enam meter, tetapi reruntuhan yang tampak saat ini hanya tersisa sekitar dua meter saja dari permukaan tanah. Tidak diketahui secara pasti kapan benteng ini di bangun, tetapi penulis memprediksi kemungkinan besar benteng ini di bangun (dengan batu bata) bersamaan dengan pembangunan benteng-benteng pertahanan Kerajaan Gowa Tallo dimasa pemerintahan Raja/ Karaeng Sanrobone VII, Tumenanga ri Batana. Sisa-sisa benteng yang ada pun hanya sekilas tampak seperti tembok lebar berbatu bata merah biasa dengan hiasan dua meriam panjang seberat 150 kg yang kini berkarat tak terpelihara. Selebihnya hanya tanah lapang luas dengan papan bertuliskan "Kawasan Ini Dilindungi Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala". Benteng ini runtuh bersama dengan benteng somba opu dan beberapa benteng lain yang diratakan dengan tanah oleh Cornelis Speelman, Jenderal pasukan VOC pada perang Makassar (Oktober 1666-12 Juni 1669). Total di wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa-Tallo ada 14 benteng. Kini hanya tersisa satu benteng yang masih utuh yakni Benteng Pannyua atau Fort Rotterdam. Kompleks Benteng Sanrobone semakin hancur pada masa pemberontakan DI/TII. Istana kerajaan dibakar pada tahun 1956 oleh pemberontak lantaran Raja Sanrobone ke 23 (raja terakhir 1950-1956), Mallombasi Daeng Kilo, memihak ke negara kesatuan Republik Indonesia. Akibatnya, semua catatan sejarah tentang Sanrobone dan barang kerajaan ludes tak bersisa. Yang tersisa hanya tungku besar terbuat dari batu bata merah untuk membuat roti dan tiang pemancang yang digunakan sebagai penanda upacara pengangkatan Raja Sanrobone. Hanya itu. Dalam lokasi benteng, terdapat beberapa situs bersejarah seperti makam dari Karaeng Sanrobone pertama dalam hal ini adalah makam dari Karampang Cambelong atau yang lebih populer dengan sebutan Karaeng Panca Belong, terdapat pula Ga’donga (Kompleks Makam Kuno), Mesjid Tua Sanrobone, Rumah Adat Sanrobone, Kompleks Makam Raja-Raja Sanrobone juga situs Pocci Buttaya ri Sanrobone* (*Pocci Butta ri Sanrobone sama dengan Pusat Tanah Sanrobone). Di sudut benteng, tepatnya di sebelah barat benteng terdapat petilasan dari Karaeng Lolo Bayo dan Karaeng Balaspati. WilayahKecamatan Sanrobone merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Takalar.[1] Wilayah Kecamatan Sanrobone merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kecamatan Mappakasunggu. Pemekaran wilayah ini ditetapkan dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 03 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Sanrobone. Kecamatan Sanrobone setelah dimekarkan dari Kecamatan Mappakasunggu menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Takalar. Wilayah Kecamatan Mappakasunggu yang menjadi bagian dari Kecamatan Sanrobone meliputi 4 desa, yakni Desa Sanrobone, Desa Banyuanyara, Desa Laguruda, dan Desa Paddinging.[2] Kecamatan Sanrobone merupakan salah satu dari 6 kecamatan di Kabupaten Takalar yang digolongkan terletak di kawasan pantai.[3] Pada tahun 2009, wilayah Kecamatan Sanrobone seluas 29,63 km2. Jarak Kecamatan Sanrobone ke ibu kota Kabupaten Takalar sekitar 7 km.[4] Pada tahun 2016, jumlah desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Sanrobone sebanyak 6 desa. Sebanyak 2 desa terletak di pantai, sementara 4 desa lainnya tidak terletak di pantai.[5] Desa TonasaDesa Tonasa terletak sekitar 45 kilometer dari Kota Makassar. Wilayahnya berbentuk dataran rendah dengan luas daerah sebesar 384 km2. Desa Tonasa terbagi menjadi 6 dusun. Jumlah penduduk di Desa Tonasa sebanyak 2824 jiwa menurut sensus penduduk pada tahun 2013. Penduduk di Desa Tonasa mengandalkan sektor pertanian, perkebunan dan kelautan sebagai sumber mata pencaharian. Komoditas pertanian dan perkebunannya meliputi cabai, padi, jagung, kacang, umbi-umbian dan sayur. Sedangkan di sektor kelautan, komoditasnya meliputi rumput laut, ikan, udang dan kepiting.[6] Desa PaddingingDesa Paddinging terletak sekitar 3,5 km dari ibu kota Kabupaten Takalar. Sementara lokasinya dari ibu kota Kecamatan Sanrobone sejauh 3 km. Lokasi Desa Paddinging terletak di jalur pengembangan kawasan Mamminasata. Wilayah Desa Paddinging merupakan dataran yang terbagi menjadi 4 dusun, yakni Dusun Paddinging I, Dusun Paddinging II, Dusun Bonto Beru dan Dusun Bonto Panno. Di selebah utara, Desa Paddinging berbatasan dengan Desa Tanrara, sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banyuanyara. Lalu di sebelah timur, Desa Paddinging berbatasan dengan Desa Jipang dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tonasa. Sekeliling Desa Paddinging terdiri dari hamparan sawah dan kebun. Sensus penduduk pada tahun 2018 memberikan informasi bahwa jumlah penduduk di Desa Paddinging sebanyak 1.750 jiwa.[7] Desa BanyuanyaraDesa Banyuanyara terletak sekitar 3,5 km dari ibu kota Kecamatan Sanrobone. Wilayahnya terbagi menjadi 6 dusun yaitu Dusun Kunjung, Dusun Banyuanyara, Dusun Kampung Beru, Dusun Bungung Barania, Dusun Pakalli dan Dusun Tamajannang. Desa Banyuanyara memiliki wilayah seluas 7,93 km2. Lokasi Desa Banyuanyara berada di ketinggian 36 meter di atas permukaan laut. Desa Banyuanyara berbatasan dengan Desa Sanrobone di sebelah barat dan Desa Soreang di sebelah selatan. Sementara itu, Desa Banyuanyara juga berbatasan dengan Desa Pa'batangang dan Patani di sebelah timur dan Desa Paddinging di sebelah utara.[8] Desa Ujung BajiDesa Ujung Baji adalah salah satu desa di Kecamatan Sanrobone yang terletak di pesisir.[9] PendudukPada tahun 2016, diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Sanrobone sebanyak 13.959 jiwa. Sebanyak 6.574 adalah laki-laki dan sebanyak 7.383 jiwa adalah perempuan. Dari jumlah tersebut, desa dengan jumlah penduduk terbanyak ialah Desa Banyuanyara. Penduduk Desa Banyauara sebanyak 2.877 jiwa. Sementara desa dengan penduduk yang paling sedikit jumlahnya adalah Desa Lagaruda. Jumlah penduduknya sebanyak 1.492 jiwa. Pada tahun 2015, tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Sanrobone sebesar 381 jiwa/km2 dan meningkat sebesar 475j iwa/km2 pada tahun 2016. Desa dengan kepadatan penduduk tertinggi pada periode tersebut ialah Desa Tonasa. Tingkat kepadatan penduduknya sebesar 736,46 jiwa/km2. Sementara Desa dengan kepadatan penduduk terendah pada periode tersebut ialah Desa Laguruda. Tingkat kepadatan penduduknya sebesar 325,05 jiwa/km2.[5] KomoditasKomoditas utama di Kecamatan Sanrobone ada 3, yaitu rumput laut, padi dan jagung.[10] Peninggalan bersejarahBenteng SanroboneBenteng Sanrobone dibangun pada tahun 1515 M di Desa Sanrobone. Luas benteng ini adalah 26 Ha yang dibangun menggunakan susunan batu bata. Benteng Sanrobone telah dijadikan situs budaya untuk wisata budaya dengan status cagar budaya di Kabupaten Takalar. Ketetapan awalnya dicantumkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Takalar Tahun 2012. Kemudian ditetapkan lagi melalui Peraturan Daerah Provinsi Nomor 2 Tahun 2014. Karena di dalamnya terdapat rumah adat, Makam Raja-Raja Sanrobone, dan Masjid Tua Baitul Muqqadis. Ketiga peninggalan ini telag ada sejak tahun 1603 M.[11] Masjid Tua SanroboneMasjid Tua Sanrobone adalah sebuah masjid yang terletak sekitar 50 km dari arah selatan dari Kota Makassar ke Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar. Umur Masjid Tua Sanrobone membuatnya ditetapkan sebagai masjid kuno. Masjid Tua Sanrobone telah mengalami renovasi dan penambahan bagian bangunan berbentuk U sebagai serambi.[12] Referensi
|