Sanggar bambu

Sanggarbambu

Sanggarbambu merupakan sanggar yang beraktifitas di dunia kesenian dan masih aktif hingga saat ini

.

Sanggarbambu pada awalnya berkegiatan di bidang seni rupa, lalu dengan berjalannya waktu kemudian juga berkegiatan di bidang seni teater, musik, puisi.[1]

Sanggarbambu juga dapat dikatakan sebagai perkumpulan seniman.[2]Sanggarbambu didirikan pada 1 April 1959 di Yogyakarta, tepatnya di Jl.Gendingan 119 oleh Soenarto Pr bersama-sama dengan Kirdjomulyo, Heru Sutopo, Mulyadi W, Danarto, Soeharto Pr, Syahwil, Handogo, Soemadji dan Wardoyo.[3][1] Karya-karya sanggarbambu berupa monumen dan patung tersebar di Indonesia di antaranya monumen Gatot Subroto Purwokerto, Ahmad Yani (Jakarta), Latuharhary Ambon, monumen Prasasti (Kep. Seribu) serta rangkaian patung kisah Panji Asmarabangun di Taman Mini Indonesia Indah, dan rangkaian patung dada pahlawan di Gedung Joang ’45 Jakarta.[1]

Sanggarbambu banyak melahirkan berbagai karya-karya seni.[1] Sanggarbambu juga melahirkan tokoh-tokoh di berbagai bidang seni seperti Danarto dan Emha Ainun Najib (budayawan), Ebiet G Ade dan Untung Basuki musik, Putu Wijaya, Arifin C Noer dan Linus Suryadi AG (sastra), Kusno Sujarwadi, Mien Brodjo dan Adi Kurdi (film), Motinggo Boesje dan Soesilomurti (cerpen dan novel), Soenarto Pr, Mulyadi W, Irsam, Isnaeni MH, Indros, Totok Buchori, G.M. Sudarta

[2] (senirupa).[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e [1][pranala nonaktif permanen] sanggarbambu.com: SEJARAH SINGKAT SANGGAR BAMBU
  2. ^ Agus Sachari.2007.Budaya Visual Indonesia. Penerbit:Erlangga.78
  3. ^ Sinta Nuriyah.Setelah Angin Kedua. Penerbit:Grasindo.xxi
Kembali kehalaman sebelumnya